Anda di halaman 1dari 22

SISTEM AKUNTABILITAS PUBLIK

DALAM RANGKA SANKRI


KATA PENGATAR

Assalamualaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puja dan puji syukur bagi Allah SWT


yang telah memberikan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga pembuatan
makalah yang berjudul “SISTEM AKUNTABILITAS PUBLIK DALAM
RANGKA SANKRI”, dapat terselesaikan sebagaimana diinginkan. Tak lupa
Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Makalah ini bertujuan untuk memenhui salah satu tugas mata kuliah
Sistem Administrasi Negara Indonesia, dan kami mencoba untuk memaparkan apa
yang telah kami tulis kedalam sebuah makalah ini.

Kami berharap makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
berguna bagi proses pembelajaran. Penyusunan makalah ini masih ada
kekurangan, kelemahan, dan juga keterbatasan. oleh karena itu kami selaku
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat disampaikan oleh para
pembaca dalam penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
khususnya kepada penulis sendiri. Amiin

Wassalamu ‘alaikum wr. Wb

Metro, 8 Juni 2020


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……...………………………………………………..…....2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….....…..4
A. Latar Belakang.……………………………………………….…….....4
B Ruang Lingkup……………………….……………………….............5
C Manfaat dan Tujuan Tulisan………………………..……………….………..6
BAB II KAJIAN TEORITIK……………………………………………………..7
A. Pengertian akuntabilitas……………………..........................…….….7
B. Jenis-jenis Akuntabilitas…………...……............................................7
C. Tingkatan Akuntabilitas…………………............................................8
D. Dimensi akuntabilitas……………………............................................9
E. Aspek-Aspek Akuntabilitas................................................................10
F. Alat-alat Akuntabilitas........................................................................11
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................14
A. Permasalahan........................................................................................14
B. Pembahasan………………………………………………………….14
BAB IV. PENUTUP………………………………………………………..……23
A. Kesimpulan………………………………………………………….23
B. Saran…………………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...….25

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Upaya pembangunan administrasi negara yang pada hakekatnya


merupakan penyempurnaan sistem dan proses dalam penyelenggaraan kebijakan
negara, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas administrasi negara, untuk
mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan negara. Melalui
pengkajian dan penelitian dilaksanakan pula pengembangan keilmuan
administrasi negara disesuaikan dengan perkembangan lingkungan stratejik dan
nilai-nilai yang terkandung dalam peraturan perundangan yang berlaku. Dinamika
perubahan kebijakan negara yang termuat dalam berbagai bentuk dan tingkatan
peraturan perundangan, akan berimplikasi pada sistem administrasi negara di
Indonesia. Perubahan tersebut perlu terus dipantau dan didokumentasikan secara
sistematis dan terintegrasi dalam sebuah dokumen kebijakan sebagai acuan bagi
Penyelenggara Negara, baik di tingkat Pusat maupun Daerah, yang tugasnya
berkaitan dengan penyelenggaraan dan pengembangan Sistem Administrasi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) khususnya dalam Sistem
Akuntabilitas.

Dimana Akuntabilitas mempunyai arti pertanggung jawaban yang


merupakan salah satu ciri dari terapan”Good Governance” atau pengelolaan
pemerintahan yang baik dimana pemikiran tersebut bersumber bahwa pengelolaan
administrasi publik merupakan issue utama dalam pencapaian menuju ”clean
government” (pemerintahan yang bersih). Konsep akuntabilitas di Indonesia
memang bukan merupakan hal yang baru. Hampir seluruh instansi dan lembaga-
lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas ini khususnya dalam
menjalankan fungsi administratif kepemerintahan.

Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai


digemborkan kembali pada awal era reformasi di tahun 1998. Tuntutan
masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak
mampu diterapkan secara konsisten di setiap sektor kepemerintahan yang pada
akhirnya menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu
munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
dan administrasi negara di Indonesia. Era reformasi telah memberi harapan baru
dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia. Apalagi kondisi tersebut didukung
oleh banyaknya tuntutan negara-negara pemberi donor dan hibah yang menekan
pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem birokrasi agar terwujudnya good
governance.

Implementasi akuntabilitas di Indonesia pada prinsipnya telah


dilaksanakan secara bertahap dalam lingkungan pemerintahan. Dukungan
peraturan-peraturan yang berhubungan langsung dengan keharusan pernerapan
akuntabilitas di setiap instansi pemerintah menunjukan keseriusan pemerintah
dalam upaya melakukan reformasi birokrasi. Namun demikian, masih terdapat
beberapa hambatan dalam implementasi akuntabilitas seperti; masih rendahnya
kesejahteraan pegawai, faktor budaya, dan lemahnya penerapan hukum di
Indonesia.

B. Ruang Lingkup Penulisan

Dalam rangka penyelenggaraan dan pengembangan administrasi negara


sebagai sistem yang dipraktekkan dalam penyelenggaraan negara, secara
substantif tidak dapat mengesampingkan hal-hal yang bersifat konseptual tentang
makna dan hakekat administrasi negara sebagai disiplin dan sistem yang
dipraktekkan di manca negara dengan berbagai sudut pandang yang melahirkan
paradigma tentang administrasi negara itu sendiri.

Mengingat dalam realita lembaga eksekutif (Pemerintah) lebih banyak


berperan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, maka secara silih berganti
SANKRI disebut juga sebagai Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,
yang dalam praktek tidak dapat mengesampingkan tata hubungannya dengan
kewenangan Lembaga Negara sebagaimana dimaksud UUD 1945.

Dalam rangka penerapan konsep akuntabilitas dalam sistem administrasi


negara dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan negara, maka konsep
akuntabilitas memliki peranan sangat penting, dimana konsep akuntabilitas dapat
memperjelas posisi dan peran SANKRI karena akuntabilitas merupakan salah satu
bentuk kewajiban yang harus dilakukan oleh organisasi publik atau pemerintah
atau pejabat pemerintahan sebagai suatu pertanggungjawaban setelah
melaksanakan tugas-tugasnya.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dan manfaat penulisan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Sistem Akuntabilitas Publik dalam rangka SANKRI


2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Akuntabilitas
Publik dalam rangka SANKRI
3. Untuk menjelaskan bagaimanakah realitas pelaksanaan Sistem
Akuntabilitas Publik dalam rangka SANKRI
4. Untuk menjelaskan bagaimana dampak Sistem Akuntabilitas Publik
dalam rangka SANKRI

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang
lebih tinggi atas tindakan seseorang/sekelompok orang terhadap masyarakat luas
dalam suatu organisasi (Syahrudin Rasul, 2002:8).

Sedangkan menurut UNDP, akuntabilitas adalah evaluasi terhadap proses


pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan serta
sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan
kinerja organisasi pada masa yang akan datang.

Akuntabilitas merupakan konsep yang komplek yang lebih sulit


mewujudkannya dari pada memberantas korupsi. Akuntabilitas adalah keharusan
lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekan pada pertanggungjawaban
horizontal (masyarakat) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (otoritas yang
lebih tinggi). (Turner and Hulme, 1997).

Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok


orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak pemberi
amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal.

B. Jenis Akuntabilitas

Akuntabilitas dapat hidup dan berkembang dalam lingkungan dan suasana


yang transparan dan demokratis serta adanya kebebasan dalam mengemukakan
pendapat. Makna pentinngnya akuntabilitas sebagai unsur utama good
governance antara lain tercermin dari berbagai kategori akuntabilitas. Sheila
Elwood dalam Mardiasno mengemukakan ada empat jenis akuntabilitas, yaitu:

1) Akuntabilitas hukum dan peraturan, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan


jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan
dalam penggunaan sumber dana publik. Untuk menjamin dijalankannya jenis
akuntabilitas ini perlu dilakukan audit kepatuhan.

2) Akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan prosedur yang


digunakan dalam melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik. Jenis
akuntabilitas ini dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan yang cepat,
responsif, dan murah biaya.
3) Akuntabilitas program, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan perimbangan
apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik, atau apakah pemerintah
daerah telah mempertimbangkan alternatif program yang dapat memberikan hasil
optimal dengan biaya yang minimal.

4) Akuntabilitas kebijakan, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan


pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam terhadap DPRD sebagai legislatif
dan masyarakat luas. Ini artinya, perlu adanya transparansi kebijakan sehingga
masyarakat dapat melakukan penilaian dan pengawasan serta terlibat dalam
pengambilan keputusan.

B. Tingkatan Akuntabilitas

Tingkatan akuntabilitas menurut majalah Akuntansi:

1. Akuntabilitas Personal. Akuntabilitas berkaitan dengan diri sendiri.

2. Akuntabilitas Individu. Akuntabilitas yang berkaitan dengan suatu pelaksanaan.

3. Akuntabilitas Tim. Akuntabilitas yang dibagi dalam kerja kelompok atau tim.

4. Akuntabilitas Organisasi. Akuntabilitas Internal dan Eksternal didalam


organisasi.

5. Akuntabilitas Stakeholders. Akuntabilitas yang terpisah antara stakeholders dan


organisasi.

D. Dimensi Akuntabilitas

Dimensi akuntabilitas ada 5, yaitu (Syahrudin Rasul, 2002:11):

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran (accuntability for probity and


legality)

Akuntabilitas hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap


hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi, sedangkan
akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan,
korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum menjamin ditegakkannya supremasi
hukum, sedangkan akuntabilitas kejujuran menjamin adanya praktik organisasi
yang sehat.

2. Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas manajerial yang dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas


kinerja (performance accountability) adalah pertanggungjawaban untuk
melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.

3. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program juga berarti bahwa programprogram organisasi


hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung strategi dalam
pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan
program.

4. Akuntabilitas Kebijakan

Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan


kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak dimasa
depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan
kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan.

5. Akuntabilitas Financial

Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban lembaga lembaga publik


untuk menggunakan dana publik (public money) secara ekonomis, efisien dan
efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas
financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat.
Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga-lembaga publikuntuk membuat laporan
keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi kepada pihak luar.

E. Aspek-Aspek Akuntabilitas

1. Akuntabitas adalah Sebuah Hubungan


Akuntabilitas adalah komunikasi dua arah sebagaimana yang diterangkan
oleh Auditor General Of British Columbia yaitu merupakan sebuah kontrak antara
dua pihak. Dimana kedua pihak bertanggung jawab memberikan arahan yang
memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggung jawab untuk
memenuhi semua kewajibannya.

2. Akuntabilitas Berorientasi Hasil

Pada stuktur organisasi sektor swasta dan publik saat ini akuntabilitas
tidak melihat kepada input ataupun autput melainkan kepada outcome. Hasil yang
diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung
jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi
dituntut untuk bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,
serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai
hasil yang maksimal.

3. Akuntabilitas Memerlukan Pelaporan

Pelaporan adalah tulang punggung dari akuntabilitas. Laporan kinerja


adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja
berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh
individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan
proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap
individu.

4. Akuntabilitas Itu Tidak Ada Artinya Tanpa Konsekuensi

Kata kunci yang digunakan dalam mendiskusikan dan mendefinisikan


akuntabilitas adalah tanggung jawab. Tanggung jawab itu mengindikasikan
kewajiban dan kewajiban datang bersama konsekuensi. Konsekuensi tersebut
dapat berupa penghargaan atau sanksi.

5. Akuntabilitas Meningkatkan Kinerja


Akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal,
penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses
setiap individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif
yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja. Tujuan dari
akuntabilitas adalah untuk meningkatkan kinerja, bukan untuk mencari kesalahan
dan memberikan hukuman.

F. Alat-alat Akuntabilitas

1. Rencana Strategis

Rencana strategis adalah suatu proses yang membantu organisasi untuk


memikirkan tentang sasaran yang harus diterapkan untuk memenuhi misi
mereka dan arah apa yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran
tersebut. Hal tersebut adalah dasar dari semua perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan suatu organisasi. Manfaat
dari Rencana Stratejik antara lain membantu kesepakatan sekitar tujuan,
sasaran dan prioritas suatu organisasi; menyediakan dasar alokasi sumber
daya dan perencanaan operasional; menentukan ukuran untuk mengawasi
hasil; dan membantu untuk mengevaluasi kinerja organisasi.

2. Rencana Kinerja

Rencana kinerja menekankan komitmen organisasi untuk mencapai hasil


tertentu sesuai dengan tujuan, sasaran, dan strategi dari rencana strategis
organisasi untuk permintaan sumber daya yang dianggarkan.

3. Kesepakatan Kinerja

Kesepakatan kinerja didesain, dalam hubungannya antara dengan yang


melaksanakan pekerjaan untuk menyediakan sebuah proses untuk mengukur
kinerja dan bersamaan dengan itu membangun akuntabilitas.
4. Laporan Akuntabilitas

Dipublikasikan tahunan, laporan akuntabilitas termasuk program dan


informasi keuangan, seperti laporan keuangan yang telah diaudit dan indikator
kinerja yang merefleksikan kinerja dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan
utama organisasi.

5. Penilaian Sendiri

Adalah proses berjalan dimana organisasi memonitor kinerjanya dan


mengevaluasi kemampuannya mencapai tujuan kinerja, ukuran capaian kinerjanya
dan tahapan-tahapan, serta mengendalikan dan meningkatkan proses itu.

6. Penilaian Kinerja

Adalah proses berjalan untuk merencanakan dan memonitor kinerja.


Penilaian ini membandingkan kinerja aktual selama periode review tertentu
dengan kinerja yang direncanakan. Dari hasil perbandingan tersebut, terdapat hal-
hal yang perlu diperhatikan, perubahan atas kinerja yang diterapkan dan arah
masa depan bisa direncanakan.

7. Kendali Manajemen

Akuntabilitas manajemen adalah harapan bahwa para manajer akan


bertanggungjawab atas kualitas dan ketepatan waktu kinerja, meningkatkan
produktivitas, mengendalikan biaya dan menekan berbagai aspek negatif kegiatan,
dan menjamin bahwa program diatur dengan integritas dan sesuai peraturan yang
berlaku.

BAB III

PEMBAHASAN
A. PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang


diangkat adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Publik dalam rangka


SANKRI?
2. Hambatan apa saja mempengaruhi Sistem Akuntabilitas Publik dalam rangka
SANKRI?

3. Apa upaya untuk meningkatkan Sistem Akuntabilitas Publik dalam rangka


SANKRI?

B. PEMBAHASAN

Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintahan (SAKIP)

Pemerintahan dan sistem manajemen merupakan agenda penting dalam


reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah saat ini. Sistem
manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan akuntabilitas
serta sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil (outcome). Maka
pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif yang disebut dengan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang dapat


diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban dan berupa laporan
akuntabilitas yang disusun secara periodik.

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah atau disingkat dengan


SAKIP tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mana didalamnya menyebutkan
SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur
yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data,
pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah,
dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Tujuan Sistem SAKIP adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya
pemerintah yang baik dan terpercaya. Sedangkan sasaran dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah:

1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi


secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan
lingkungannya.

2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah.

3. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan


nasional.
4. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah laporan
kinerja yang berkualitas serta selaras dan sesuai dengan tahapan-tahapan meliputi;

1. Rencana Strategis

Rencana strategis merupakan dokumen perencanaan instansi pemerintah


dalam periode 5 (lima) tahunan. Rencana strategis ini menjadi dokemen
perencanaan untuk arah pelaksanaan program dan kegiatan dan menjadi landasan
dalam penyelenggaraan SAKIP. Penjelasan lebih lanjut mengenai rencana
strategis akan ditulis pada posting selanjutnya.

2. Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari


pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah
untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.
Perjanjian kinerja selain berisi mengenai perjanjian penugasan/pemberian
amanah, juga terdapat sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang
diperjanjikan untuk dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun serta memuat rencana
anggaran untuk program dan kegiatan yang mendukung pecapaian sasaran
strategis. Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di Penyusunan Perjanjian Kinerja.

3. pengukuran kinerja

Pengukuran kinerja merupakan langkah untuk membandingkan realisasi


kinerja dengan sasaran (target) kinerja yang dicantumkan dalam lembar/dokumen
perjanjian kinerja dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD tahun berjalan.
Pengukuran kinerja dilakukan oleh penerima tugas atau penerima amanah pada
seluruh instansi pemerintah. Penjelasan lebih lanjut mengenai pengukuran akan
ditulis pada posting selanjutnya.

4. Pengelolaan Kinerja

Pengelolaan kinerja merupakan proses pencatatan/registrasi,


penatausahaan dan penyimpanan data kinerja serta melaporkan data kinerja.
Pengelolaan data kinerja mempertimbangkan kebutuhan instansi pemerintahÂ
sebagai kebutuhan manajerial, data/laporan keuangan yang dihasilkan dari sistem
akuntansi dan statistik pemerintah. Penjelasan lebih lanjut mengenai pengelolaan
kinerja akan ditulis pada posting selanjutnya.

5. Pelaporan Kinerja

Pelaporan kinerja adalah proses menyusun dan menyajikan laporan kinerja


atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah
Page | 16
dialokasikan. Laporan kinerja tersebut terdiri dari Laporan Kinerja Interim dan
Laporan Kinerja Tahunan. Laporan Kinerja Tahunan paling tidak memuat
perencanaan strategis, pencapaian sasaran strategis instansi pemerintah, realisasi
pencapaian sasaran strategis dan penjelasan yang memadai atas pencapaian
kinerja. Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di Penyusunan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.

6. Review dan Evaluasi Kinerja


Review merupakan langkah dalam rangka untuk meyakinkan keandalan
informasi yang disajikan sebelum disampaikan kepada pimpinan. Review tersebut
dilaksanakan oleh Aparat pengawasan intern pemerintah dan hasil review berupa
surat pernyataan telah direview yang ditandatangani oleh Aparat pengawasan
intern pemerintah. Sedangkan evalusi kinerja merupakan evaluasi dalam rangka
implementasi SAKIP di instansi pemerintah.

Prinsip-Prinsip Akutabilitas

Dalam pelaksanaan akuntabilitas publik perlu memperhatikan prinsip-prinsip


berikut
1) Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

2) Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan


sumbersumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku.
3) Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.
4) Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang
diperoleh, harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator
perubahan manajemen dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik
pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas (LAN dan BPKP,
Modul I, 2000: 43. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel sangat
diperlukan karena dapat membantu dan mengontrol para pekerja, makanya
lingkungan kerja yang baik dan akuntabel bisa mengubah pola dan sikap
perilaku para pekerja, untuk menciptakan lingkugan kerja yang akuntabel
diperlukan cara berikut:

1. Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan


memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
Pimpinan mempromosikanlingkungan yang akuntabel dapat dilakukan
dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by example), adanya
komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga memberikan
efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula, terhindarnya dari
aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik yaitu hambatan
politis maupun keterbatasan sumber daya, sehinggadengan adanya saran
dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi.

2. Transparansi

Tujuan dari adanya transparansi adalah

a) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara


kelompok internal dan eksternal;

b) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya


dan korupsi dalam pengambilan keputusan;

c) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan;

d) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara


keseluruhan.

3. Integritas

Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung


tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, Undang-undang,
kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas
institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik
dan/atau stakeholders.

4. Tanggungjawab (Responsibilitas)

Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan


kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi
dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk
bertanggungjawab atas keputusan yang telah dibuat. Responsibilitas
terbagi dalam responsibilitas perorangan dan responsibilitas institusi.

a) Responsibiltas Perseorangan:
 Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan
tindakan yang telah dilakukan

 Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan


keputusan
 Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan

b) Responsibilitas Institusi:

 Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya


 Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan

 Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai


dengan kompetensinya

 Adanya kepastian kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan


fungsinya untuk melindungi sumber daya organisasi.

5. Keadilan

Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus


dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan
organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena dapat
menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.

6. Kepercayaan

Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini


yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan akuntabilitas
tidak akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
7. Keseimbangan

Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan


adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan
kapasitas. Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus dapat menggunakan
kewenangannya untuk meningkatkan kinerja. Adanya peningkatan kerja juga
memerlukan adanya perubahan kewenangan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan.
Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus
disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang
dimiliki.

8. Kejelasan

Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan


mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam
melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan. Dengan demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah
mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi organisasi,
kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi.

9. Konsistensi

Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari


sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memih liki konsekuensi
terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat
melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.

Hambatan dalam Pelaksanaan Akuntablitas Publik

1. Masyarakat tidak mendukung dan peduli terhadap hak-hak publiknya dan


memberikan toleransi yang tinggi pada kurangnya akuntabilitas pejabat atau
sering disebut low literacy percentage. Sikap ini meliputi malpraktek,
nepotisme, korupsi, sogok menyogok.
2. Rendahnya imbalan gaji yang diterima oleh para pegawai cenderung
mendorong para pegawai untuk mencari penghasilan di luar pekerjaannya
dengan cara-cara yang kurang baik. Kondisi ini disebut sebagai Poor
Standard of Living.

3. Rendahnya moralitas para pejabat juga menghambat terlaksananya proses


akuntabilitas ini. Rendahnya moral ini bisa disebabkan oleh sikap hidup yang
materialistis dan konsumerisme para pejabat. Dengan moralitas yang rendah
ini mereka menjadi tidak mampu untuk menentukan mana yang baik dan
mana yang buruk. Mereka menganggap biasa hal-hal seperti korupsi,
sogokmenyogok dan memihak dengan merugikan orang lain. Kondisi semacam
ini disebut sebagai General Decline in the moral values.

4. Pengabaian terhadap hak-hak publik dan mengutamakan kepentingan pribadi.

5. Mengutamakan kepentingan kelompok

6. Adanya sentalisasi kewenangan menjadikan pejabat negara menjadi sulit


dikontrol

7. Buruknya sistem akuntansi

8. Kurangnya keinginan untuk memperkuat akuntabilitas dari semua pihak, baik


pejabat sendiri, masyarakat maupun sistem yang buruk.

Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Publik

Meningkatkan integrasi manajemen kinerja yang dibangun.

1. Penyempurnaan kualitas dokumen perencanaan indikator kinerja

2. Meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja dengan cara :

a. Monitoring pencapaian kinerja secara berkala


b. Penggunaan kontrak kinerja individu untuk mengukur capaian kinerja masing-
masing pegawai secara web base

c. Optimalisasi peran Inspektorat Jenderal dalam mengukur validitas pencapaian


target kinerja

d. Optimalisasi peran Pushaka dalam mengevaluasi capaian IKU dalam Kontrak


Kinerja

3. LAKIP tidak hanya menampilkan capaian kegiatan namun juga analisa kendala
dan strategi upaya perbaikan

4. Peningkatan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja


(saat ini sedang dirancang Diklat Perencanaan dan Penganggaran sebagai alat
untuk peningkatan kualitas AKIP di berbagai lingkungan) meski masih
menghadapi beberapa kendala dalam penerapannya.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang dapat


diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban dan berupa laporan
akuntabilitas yang disusun secara periodik. Pemerintahan dan sistem manajemen
merupakan agenda penting dalam reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh
pemerintah saat ini.

Sistem manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan


akuntabilitas serta sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil
(outcome). Maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif yang disebut dengan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

B. SARAN

Kadangkala akuntabilitas pelayanan hanya diukur dengan bagaimana


pelayanan itu dapat berjalan sesuai dengan prosedur dan standar yang telah
ditetapkan SOP pelayanan, dan hanya terfocus kepada akuntabilitas internal di
dalam organisasi namun tidak berlanjut ke luar dengan kata lain bahwa birokrasi
di indonesia hanya terpaku kepada standar dan prosedur yang berlaku yang
bersifat kaku dan prosedural yang tidak mendorong lahirnya kreativitas dalam
memberikan pelayanan dimana kebutuhan dan perkembangan akan pelayanan
yang diinginkan masyarakat tidak teraplikasikan dengan baik sehingga terjadi
kekurangan dimana didalam penyelenggaran pelayanan publik, pemerintah hanya
menerapkan norma atau nilai standar pelayanan secara sepihak berdasarkan
prosedural dan petunjuk pelaksanaan yang bersifat kaku yang membuat komitmen
aparat birokrasi lemah untuk mewujudkan akuntabilitas kepada masyarakat yang
dilayaninya. Sehingga diperlukan standar operasional prosedural pelayanan yang
responsif dan aspiratif terhadap kebutuhan masyarakat sesuai dengan norma dan
standar yang sesuai didalam masyarakat sehingga tidak terfocus kepada standar
baku yang ada.

Anda mungkin juga menyukai