BAHASA INDONESIA
NPM : 191210094
TAHUN 2019/2020
Yang terhormat, Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan
Politik, Bapak Yuditya Wardhana, S.A.N., M.Si.
Yang terhormat, Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia, Bapak Drs. Narsidi, M.Pd.
Serta seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Administrasi Negara yang saya cintai dan
banggakan.
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam. Sudah merupakan sebuah
kewajiban bagi kita untuk memanjatkan puja dan puji hanya kepada-Nya, karena atas rahmat,
kasih sayang, serta izin-Nya lah kita masih diberikan begitu banyak nikmat, baik itu nikmat
sehat, maupun nikmat waktu luang yang terkadang kita lupa untuk mensyukurinya.
Terima kasih sebanyak-banyaknya saya ucapkan kepada bapak Drs. Narsidi, M.Pd
selaku dosen pengampu MK Bahasa Indonesia, yang telah memberikan kesempatan bagi saya
untuk menyampaikan pidato singkat dalam perkuliahan kali ini. Insya Allah saya akan
membawakan sebuah pidato bertemakan : haruskah kita malu jadi orang Indonesia?.
… Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata Dan kubenamkan topi baret
di kepala Malu aku jadi orang Indonesia.
Penggalan puisi karya Taufik Ismail diatas mungkin kini dapat menggambarkan
bagaimana perasaan sebagian dari rakyat Indonesia yang tentunya paham dengan kondisi
bangsa Indonesia kini. Bagaimana tidak? Kurang lebih 6.373 (enam ribu tiga ratus tujuh
puluh tiga) triliyun rupiah hutang Indonesia per februari 2020. Yang mungkin belum lunas
dan bahkan akan terus bertambah meski bertahun-tahun nanti. Haruskah kita malu jadi orang
Indonesia?
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak Hukum tak tegak, doyong berderak-
derak…
Peringkat 8 negara terkorup se-asia tenggara, peringkat 85 dari 180 negara di dunia
per januari 2020. Korupsi bak sebuah budaya di negeri ini. Nampaknya reformasi hanya
sebuah momentum pergantian aktor dalam sandiwara politik Indonesia. Komisi
Pemberantasan Korupsi belum mampu untuk bersikap tegas dalam penanganan setiap kasus
yang terjadi. Yang ada pejabat tinggi semakin kuat berjamaah dan merapatkan barisan dalam
berkorupsi ria. Haruskah kita malu jadi orang Indonesia?
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam kehidupan sehari-hari
bagai jarum hilang menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri Mengapa sering benar aku merunduk kini
17.504 pulau, 93 ribu km2 laut, 81 ribu km pantai, tak cukup luaskah Indonesia? 25%
terumbu karang dunia, produsen cengkeh, pala, dan minyak sawit terbesar didunia, pemilik
hutan bakau dan biodisversity anggrek terbesar didunia, pensuplai 20% gas alam cair dunia,
kualitas emas terbaik dunia, makanan khas yang mendunia, 740 suku bangsa, 583 bahasa dan
dialek dari 67 bahasa induk, tak cukup kayakah Indonesia? Haruskah kita malu jadi orang
Indonesia?
Penghasil kopi ternikmat dan termahal didunia, pemilik lebih dari 4000 jenis motif
batik dan diekspor tidak kurang dari 30 juta ton setiap tahunnya, candi borobudur, komodo,
raflesia arnoldi, danau mantano, toba, dan poso, raja ampat, bunaken, kebaya, tak cukup
eksotis kah Indonesia? Haruskah kita malu jadi orang Indonesia?
Masa depan Indonesia ada dipundak kita, suka atau tidak. Suatu saat kitalah yang
akan mengurusi bangsa ini, memimpin bangsa ini, dan menanggung beban bangsa ini.
Harapan bangsa Indonesia saat ini tertuju pada kita, generasi cendikia, yang kelak akan
menjadi intelektual, profesional, negarawan, serta ekonom yang akan memajukan bangsa ini,
membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Sebagai generasi muda penerus bangsa, mari kita
wujudkan harapan seluruh rakyat Indonesia, yakni menjadikan Indonesia yang berani, kuat,
dan berjiwa seni. Menjadi Indonesia bermoral, Indonesia bersih, Indonesia bebas korupsi,
Indonesia jaya!
Demikian pidato singkat yang dapat saya samapaikan dalam perkuliahan kali ini,
segala kebenaran datang dari Allah SWT dan segala kesalahan datang dari diri saya pribadi,
mohon maaf atas segala kekhilafan, terimakasih banyak atas perhatiannya, semoga
bermanfaat bagi kita semua. Billahitaufik wal hidayah, akhirul kalam.