Anda di halaman 1dari 3

2.

Bilangan Penyabunan Suatu Lemak


Saponifikasi atau reaksi penyabunan adalah reaksi hidrolisis lemak/minyak
dengan menggunakan basa kuat seperti KOH dan NaOH sehingga menghasilkan gliserol
dan garam asam lemak. Sedangkan bilangan penyabunan adalah jumlah milligram KOH
yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah
sampel minyak/lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alcohol, maka
KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereksi dengan satu
molekul minyak/lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi
mneggunakan HCl sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui. Alcohol yang ada
dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar mempermudah
reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.
Prinsip kerja bilangann penyabunan adalah sejumlah tertentu sampel
minyak/lemak direaksikan dengan basa alkali berlebih yang telah diketahui
konsentrasinya menghasilkan gliserol dan sabun. Sisa dari KOH dititrasi dengan
mneggunakan HCl ysng telah diketahui pula konsentrasinya, sehingga dapat diketahui
berapa banyak KOH yang bereaksi setara dengan asam lemak dan asam lemak bebas
dalam sampel. Pada saat percobaan bilangan penyabunan juga digunakan titrasi blanko
(titrasi tanpa menggunakan sampel) yang berfungsi untuk mengetahui jumlah liter yang
bereaksi dengan pereaksi, sehingga dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan yang
disebabkan oleh pereaksi.
Penentuan bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahui sifat minyak dan
lemak. Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakan lemak yang satu dengan
yang lainnya. Angka penyabunan menunkjukkan berat molekul lemak/minyak secara
kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti
mempunyai berat molekul yang relative kecil dan angka penyabunan yang besar.
Sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan
relative kecil.
Pada percobaan ini digunakan 3 sampel yang berbeda, yaitu biji mete, biji kemiri,
kacang tanah, serta 1 blanko (tanpa sampel minyak). Langkah pertama dalam percobaan
ini adalah menimbang berat Erlenmeyer 250 mL (bersih). Dalam percobaan ini
digunakan sampel minyak hasil isolasi sebanyak 1 gram. Minyak yang sudah ditimbang
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan pelarut lemak sampai larut (± 5
mL), hasilnya larutan menjadi keruh. Kemudian ditambahkan 25 mL larutan KOH 0,5
M alkoholis dan tidak terjadi perubahan (larutan tetap keruh). Tujuan penambahan
larutan KOH 0,5 M adalah untuk menetralkan sifat asam. Dipasang pendingin refluks dan
dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit dihasilkan larutan tidak
berwarna dan muncul gelembung. Kemudian didinginkan sampai suhu kamar hasilnya
larutan menjadi keruh dan ditambahkan 2 – 3 tetes indicator phenolftalein. Indikator ini
merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi asam-basa. Indikator ini akan
berubah menjadi merah muda dalam suasana basa. Kemudian d ititrasi dengan larutan
HCl 0,5 M (standar) sampai warna merah muda hilang dan diperoleh larutan berwarna
putih. Dilakukan hal yang sama untuk blanko (tanpa sampel minyak).
Volume HCl yang dibutuhkan untuk sampel biji mete sebanyak 21,0 mL; biji kemiri
sebanyak 21,3 mL; kacang tanah sebanyak 20,5 mL; dan blanko sebanyak 26,5 mL.

Penentuan bilangan penyabunan.


a. Biji Mete
VHCl blanko = 26,5 mL
VHCl sampel = 21,0 mL
NHCl = 0,5
BM KOH = 56
( V HCl blanko −V HCl sampel ) x N HCl x 56 ( 26,5−21,0 ) mL x 0,5 x 56
Angka Penyabunan= =
Berat sampel (g) 1
¿ 154

b. Biji Kemiri
VHCl blanko = 26,5 mL
VHCl sampel = 21,3 mL
NHCl = 0,5
BM KOH = 56
( V HCl blanko −V HCl sampel ) x N HCl x 56
Angka Penyabunan=
Berat sampel (g)
( 26,5−21,3 ) mL x 0,5 x 56
¿
1
¿ 145,6

c. Kacang Tanah
VHCl blanko = 26,5 mL
VHCl sampel = 20,5 mL
NHCl = 0,5
BM KOH = 56
( V HCl blanko −V HCl sampel ) x N HCl x 56
Angka Penyabunan=
Berat sampel (g)
( 26,5−20,5 ) mL x 0,5 x 56
¿
1
¿ 168

Anda mungkin juga menyukai