Anda di halaman 1dari 15

Makalah Mikologi

“Jamur Candida”

Nama : Putri Zulaika

Nim : 18053

Tingkat : 3a

Dosen Pembimbing : Agraini, SKM, M.Bmd

Poltekkes Kemenkes Jambi

D-III Analis Kesehatan

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas  segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas Mikologi. Makalah ini dapat digunakan sebagai
wahana untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai referensi
tambahan dalam belajar Mikologi. Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar pembaca
dapat dengan mudah mempelajari dan memahami tentang Jamur (Fungi) Candida
secara lebih lanjut.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis untuk
menambah pengetahuan dan wawasan tentang Jamur. Jangan segan bertanya jika
pembaca menemui kesulitan. Semoga keberhasilan selalu berpihak pada kita semua.

Jambi, 05 September 2020

Putri Zulaika

18053
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................................. 1
Rumusan Masalah............................................................................................. 2
Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Candida albicans ........................................................................... 3
Morfologi Candida albicans............................................................................ 3
Pertumbuhan Candida albicans ...................................................................... 5
Kandidiasis ...................................................................................................... 6
Infeksi Candida albicans..................................................................................7
Pemeriksaan Candida albicans........................................................................9

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ......................................................................................................
..........................................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik. Mereka memerlukan

senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang

terlarut, mereka disebut sporofit. Fungi memiliki berbagai macam penampilan

tertgantung pada spesiesnya (Pelczar, 1986).

Dalam Campbell (2003), Fungi adalah eukariota, dan sebagian besar adalah

eukariota multiseluler. Meskipun fungi pernah dikelompokkan ke dalam kingdom

tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang umumnya berbeda dari eukariota

lainnya ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi struktural serta

pertumbuhan dan reproduksi.

Candida adalah salah satu genus dari ragi dan merupakan penyebab paling umum

dari infeksi jamur. Sebagian besar spesies dari Candida sebenarnya tidak berbahaya

meski menempel pada inangnya, termasuk menempel pada manusia. Candida

albicans adalah spesies yang paling sering diisolasi, dan dapat menyebabkan infeksi

(kandidiasis) pada manusia dan hewan lainnya. Banyak spesies Candida yang menjadi

flora usus, termasuk C. albicans di dalam tubuh inang mamalia, sedangkan beberapa

spesies lain hidup sebagai endosimbion pada inang serangga.

Candida albicans adalah Jamur Kandida yang telah dikenal dan dipelajari sejak

abad ke-18 yang menyebabkan penyakit yang dihubungkan dengan higiene yang

buruk. Nama Kandida diperkenalkan pada Third International Microbiology Congress

di New York pada tahun 1938, dan dibakukan pada Eight Botanical Congress di Paris
pada tahun 1954. Candida albicans penyebab Kandidiasis terdapat di seluruh dunia

dengan sedikit perbedaan variasi penyakit pada setiap area. Kandidiasis interdigitalis

lebih sering terdapat di daerah tropis sedangkan kandidiasis kuku pada iklim dingin.

Penyakit ini dapat mengenai semua umur terutama bayi dan orang tua. 5-7 Infeksi

yang disebabkan Kandida dapat berupa akut, subakut atau kronis pada seluruh tubuh

manusia. Candida albicans adalah monomorphic yeast dan yeast like organism yang

tumbuh baik pada suhu 25- 30oC dan 35-37oC.3-8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu

permasalahan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :

a. Apa pengertian Candida albicans ?

b. Bagaimana morfologi Candida albicans ?

c. Bagaimana pertumbuhan Candida albicans ?

d. Apa yang dimaksud dengan kandidiasis?

e. Bagaimana infeksi Candida albicans ?

f. Bagaimana pemeriksaan Candida albicans ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari

penyusunan makalah ini adalah :

g. Untuk mengetahui pengertian Candida albicans ?

h. Untuk mengetahui morfologi Candida albicans ?

i. Untuk mengetahui pertumbuhan Candida albicans ?

j. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kandidiasis?

k. Untuk mengetahui infeksi Candida albicans ?

l. Untuk mengetahui pemeriksaan Candida albicans ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Candida Albicans

Candida merupakan jamur yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam

dua bentuk yang berbeda yaitu blastopore (blasroconidia) adalah bentuk fenotip yang

bertanggung jawab dalam tranmisi dan penyebaran, serta germinated yeast. Oleh

karena itu Candida disebut jamur dimorfik. Perbedaan ini tergantung pada faktor

eksternal yang mempengaruhi selama proses pertumbuhan berlangsung. Bentuk

fenotip dapat menginvasi jaringan dan menimbulkan simptomatik karena dapat

menghasilkan mycelia.

Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus

memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok

blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum (Tjampakasari, 2008).

Jamur Candida albicans dapat dibiakkan pada berbagai media pertumbuhan

antara lain pada PDA (Potatto Dextrose Agar), agar tajin (Rice Cream Agar), agar

dengan 0,1% glukosa, SDA (Sabaroud Dextrose Agar) dan CMA (Corn Meal Agar).

Pada media SDA atau Glucose Yeast Extract Peptone Water, Candida

albicans berbentuk bulat atau oval yang biasa disebut dengan bentuk khamir dengan

ukuran 3,5– 6 × 6– 10 µm. Koloni bewarna krem, agak mengkilat dan halus. Pada

media CMA dapat membentuk Clamydospora (Jawetz, 2012). 

B. Morfologi Candida albicans

Candida albicans yaitu organisme yang memiliki dua wujud dan bentuk secara

simultan/dimorphic organism. Pertama adalah yeast-like state (non-invasif dan sugar


fermenting organism). Kedua adalah fungal form memproduksi root-like.

Jamur Candida tumbuh dengan cepat pada suhu 25-37oC pada media perbenihan

sederhana sebagai sel oval dengan pembentukan tunas untuk memperbanyak diri, dan

spora jamur disebut blastospora atau sel ragi/sel khamir. Morfologi mikroskopis C.

albicans memperlihatkan pseudohyphae dengan cluster di sekitar blastokonidia bulat

bersepta panjang berukuran 3-7x3-14 µm. Jamur membentuk hifa semu/pseudohifa

yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora structure/struktur seperti akar yang

sangat panjang/rhizoids dan dapat memasuki mukosa (invasif). 4-5 Dinding sel

Kandida dan juga C. albicans bersifat dinamis dengan struktur berlapis, terdiri dari

beberapa jenis karbohidrat berbeda (80- 90%).

Gambar 1. Jamur Candida albicans

Klasifikasi dari Candida albicans adalah sebagai berikut :

Kingdom         : Fungi

Phylum            : Ascomycota

Subphylum      : Saccharomycotina

Class                : Saccharomycetes

Ordo                : Saccharomycetales

Family             : Saccharomycetaceae

Genus              : Candida

Spesies            : Candida albicans


C. Pertumbuhan Candida albicans

Mannan (polymers of mannose) berpasangan dengan protein membentuk

glikoprotein (mannoprotein), lalu α-glucans yang bercabang menjadi polimer glukosa

yang mengandung α-1,3 dan α-1,6 yang saling berkaitan, dan chitin, yaitu α-1,4.

Unsur pokok yang lain adalah adalah protein (6-25%) dan lemak (1-7%). Yeast cells

homopolimer N-acetyl-D-glucosamine (Glc-NAc) yang mengandung ikatan dan germ

tubes memiliki komposisi dinding sel yang serupa, meskipun jumlah α-glucans,

chitin, dan mannan relatif bervariasi karena faktor morfologinya. Jumlah glucans jauh

lebih banyak dibanding mannan pada C. albicans yang secara imunologis memiliki

keaktifan yang rendah. Struktur dinding C. albicans secara mikroskopis dapat dilihat

pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. (1) Struktur dinding C. Albicans (2) Bentuk mikroskopis C. albicans

Yang bercabang, juga dapat membentuk hifa sejati.3-7 Pseudohifa dapat dilihat

dengan media perbenihan khusus. Candida albicans dapat dikenali dengan

kemampuan untuk membentuk tabung benih/germ tubes dalam serum atau dengan

terbentuknya spora besar berdinding tebal yang dinamakan chlamydospore. Formasi

chlamydospore baru terlihat tumbuh pada suhu 30-37 oC, yang memberi reaksi positif

pada pemeriksaan germ tube. Identifikasi akhir semua spesies jamur memerlukan uji

biokimiawi.
D. Kandidiasis

Kandidiasis merupakan infeksi jamur sistemik yang paling sering dijumpai yang

terjadi bila C. albicans masuk ke dalam aliran darah terutama ketika ketahanan

fagositik host menurun. Respons imun cell-mediated terutama sel CD4 penting dalam

mengendalikan kandidiasis (seperti pada kandidiasis), seringkali muncul beberapa

bulan sebelum munculnya infeksi oportunistik yang lebih berat. Kandidiasis

mukokutan pada orang dengan HIV-AIDS/ODHA merupakan salah satu indikator

progresivitas HIV dapat muncul dalam tiga bentuk, yaitu kandidiasis vulvovagina,

orofaring, dan esofagus (belum digolongkan infeksi oportunistik kecuali jika sudah

mengenai esofagus). Strain kandida yang menginfeksi ODHA tidak berbeda dengan

pasien imunokompromais lainnya (tersering adalah C. albicans). Strain lain yang

pernah dilaporkan adalah C. glabrata, C. parapsilosis, C. tropicalis, C. kruseii, dan

C. dubliniensis. Kandida rekurens dapat disebabkan oleh strain yang sama atau strain

yang berbeda.

Kandidiasisi orofaring dikenal dengan tiga bentuk yaitu pseudomembran,

eritematosa, dan cheilitis angularis. Kandidiasis pseudomembran mempunyai gejala

berupa rasa terbakar, gangguan mengecap, dan sulit menelan makanan padat atau cair.

Kandidiasis pseudomembran membentuk plak putih 1-2 cm atau lebih luas di mukosa

mulut, jika dilepaskan pseudomembran tersebut akan meninggalkan bercak

kemerahan atau perdarahan. Kandidiasis eritematosa berupa plak kemerahan halus di

palatum mukosa bukal, atau permukaan dorsal lidah. Cheilitis angularis tampak

berupa kemerahan, fisura, atau keretakan di sudut bibir. Kandidiasis esofagus

biasanya muncul disertai kandidiasis orofaring (80% kasus), dengan gejala klinis

berupa disfagia, odinofagia, atau nyeri retrosternum, juga dapat tidak menunjukkan
gejala (40% kasus).

E. Infeksi Candida albicans

Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi

merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida

albicans merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral

pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan

adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Candida. Terdapat 150

jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.

tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii )

dapat menjadi patogen, dan C. albicansmerupakan jamur terbanyak yang terisolasi

dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat

sekitar 30-40% Candida albicans pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada

neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi

palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang,

90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien

HIV/AIDS.

Pada orang yang sehat, Candida albicans umumnya tidak menyebabkan masalah

apapun dalam rongga mulut. Namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat

tumbuh secara berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut

dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Patogenitas jamur

Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses

infeksi Candida adalah adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan

produksi enzim ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel Candida ke

dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa diketahui berhubungan
dengan patogenitas dan proses penyerangan Candida terhadap sel host. Produksi

enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga sering dihubungkan

dengan patogenitas Candida albicans.

b. Faktor Host

Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.

Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat

menurunkan jumlah saliva. Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis

oral karena efek pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva

dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari Candida, itu sebabnya kandidiasis oral

dapat terjadi pada kondisi Sjogren syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-

obatan yang dapat mengurangi sekresi saliva. Selain dikarenakan faktor lokal,

kandidiasis juga dapat dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia dan penyakit

sistemik seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti

leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum

luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi Candida albicans di rongga mulut,

adalah :

1. Saliva

Gigi tiruan yang dipasang di dalam rongga mulut akan berkontak dengan saliva

dan membentuk lapisan organik tipis yang disebut pelikel yang mengandung protein

yang dapat mengikat mikroorganisme Candida albicans sehingga melekat pada

permukaan gigitiruan dan menyebabkan saliva pada pemakai gigi tiruan tidak dapat

mengalir dengan baik sehingga perlekatan mikroorganisme pada mukosa semakin

besar.

2. pH
Candida albicans adalah spesies Candida yang paling banyak ditemukan dalam

rongga mulut normal rata-rata 45% yaitu pada dorsum lidah, mukosa dan permukaan

gigi yang ditutupi plak.Jumlah Candida albicans pada pH yang normal (7,2-7,5)

adalah kurang dari 100 koloni atau 300-500 organisme permilimeter saliva.

Pemakaian gigi tiruan dapat menyebabkan pH antara permukaan gigi tiruan yang

berkontak dengan mukosa bersifat lebih asam (pH 5,0-5,5), sehingga dapat

meningkakan pertumbuhan Candida albicans dalam rongga mulut.

3. Adhesi

Mekanisme perlekatan Candida albicans melibatkan interaksi antara sel

ligan Candida dan sel reseptor inang. Reseptor ligan Candida albicans adalah

mannoprotein.

4. Mannoprotein

Dinding sel Candida albicans terdiri atas mannan polisakarida, glukan dan kitin.

Mannan dan mannoprotein merupakan lapisan terluar dinding sel Candida

albicans dengan persentasi 15,2-22,9%, protein 6-25%, lipid 1-7% dan kitin kira-kira

0,6-9%.

5. Hidrofobik Permukaan Sel

Hidrofobik permukaan sel Candida albicans  melibatkan perlekatan blastospora

pada sel epitel rongga mulut. Hidrofobik sel Candida albicans berikatan dengan

jaringan rongga mulut yang merupakan sel hidrofilik.

6. Bakteri Rongga Mulut

Bakteri rongga mulut seperti Streptococcus sanguis, Streptococcus

gordinii, Streptococcus anginosus akan mendukung kolonisasi dan

proliferasi Candida albicans di rongga mulut.

7. Hifa
Bentuk hifa Candida albicans  dihubungkan dengan perlekatannya pada sel epitel

rongga mulut. Germ tube Candida albicans akan meningkatkan perlekatan ke sel

mukosa, hal ini merupakan mekanisme virulensi spesies Candida. Beberapa faktor

yang mengatur perubahan bentuk blastospora Candida albicans ke bentuk hifa

diantaranya temperatur 37-40◦ C, pH media pertumbuhan 6,5-7, dan media

pertumbuhan.

F. Pemeriksaan Candida albicans

Ada banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit

kandidiasi, berikut adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan :

a) Pemeriksaan langsung Candida albicans dengan larutan KOH

b) Pemeriksaan langsung Candida albicans dengan pewarnaan gram

c) Pemeriksaan kultur pada Candida albicans

d) Identifikasi Candida albicans dengan Corn Meal Candida Agar

e) Identifikasi Candida albicans dengan Germ Tube

f) Pemeriksaan kultur dengan Hichrome Candida Agar pada Candida albicans

g) Pemeriksaan Candida albicans dengan uji biokimiawi

h) Pemeriksaan aktivitas fosfolipase Candida albicans


BAB III

PENUTUP

A. Penutup

Candida merupakan jamur yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam

dua bentuk yang berbeda yaitu blastopore (blasroconidia) adalah bentuk fenotip yang

bertanggung jawab dalam tranmisi dan penyebaran, serta germinated yeast. Oleh

karena itu Candida disebut jamur dimorfik.

Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus

memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok

blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum.

Berbagai faktor virulensi terlibat dalam patogenesis Candida albicans.Peran kunci

dimainkan oleh dinding sel dan protein yang disekresikan.Permukaan sel Candida

albicans adalah titik kontak pertama dengan hospes, dan berperan penting dalam

adhesi, kolonisasi, dan imunomodulasi.

Jamur ragi termasuk spesies Candida albicans yang merupakan flora komensal

normal pada manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut

sampai anus).

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga

Giammanco GM. Candida. Diunduh dari: www.mold.ph. Tanggal: 04/9/2020.

Jawetz, Melnick, & Adelberg / Geo F. Brooks.(2012). “Mikrobiologi

Kedokteran” EGC. Jakarta.

Jurnalpemeriksaan mikrobiologi pada candida albicans. Diunduh dari: http://e-

repository.unsyiah.ac.id/JKS/article/viewFile/5013/4444.Tanggal:04/9/20

Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press. Hal: 131

Tjampakasari. 2008. Biologi jilid 3. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai