Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuan
sebagai wujud partisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik
dalam tingkat preklinik maupun klinik. Untuk mencapai hal tersebut perawat
harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya (Potter
& Perry, 2005). Perubahan yang terjadi saat ini adalah pemikiran dan penilaian
masyarakat yang kritis khususnya terhadap mutu pelayanan di bidang kesehatan.
Mutu pelayanan kesehatan erat kaitannya dengan kepuasan pelanggan /pasien.
Pernyataan ini didukung oleh (Wati, H, Hamzah, & Amir, 2012) pada
penelitiannya di RSU Daya Makassar tahun 2012 yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pelanggan dengan
jumlah responden 94, dengan metode ancidental sampling.
Penelitian lain yaitu (Rachmania, 2015). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan
dalam kategori baik yaitu sebanyak 73 orang (90,1%) dan kepuasan pasien juga
dalam kategori puas yaitu sebanyak 70 orang (86,4%). Hasil uji statistik Kendall
Tau yaitu nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,381 dengan taraf signifikasi 0,000<0
(∝< 0,05) ada hubungan antara mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan
pasien rawat inap di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta. Keperawatan
adalah bagian integral dari disiplin ilmu kesehatan (Fundamental). Menurut
Gilles, 60% pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan
keperawatan. Hal ini berarti bahwa perawat memegang peranan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu profesi keperawatan
dituntut untuk melakuakan pelayanan asuhan keperawatan secara professional.
Salah satu bentuk aplikasi praktik pelayanan keperawatan professional adalah
penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat.
Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
yang komprehensif melibatkan pasien dan keluarga yang mempengaruhi mutu
kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien dapat dimulai dengan
adanya suatu upaya perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak
pasien masuk sampai pasien pulang. Essensi dari penerimaan pasien baru adalah
agar keluarga atau pasien dapat mengetahui prosedur tindakan, kelanjutan
pengobatan, perawatan, tata tertib ruangan dan keluarga/pasien dapat beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan bagi perawat dapat meningkatkan
komunikasi antara perawat, keluarga/ pasien, mengetahui kondisi pasien baru,
mengurangi kecemasan keluarga/ pasien serta membina hubungan saling percaya
(Nursalam, 2015). Penerimaan pasien baru ini merupakan salah satu standar
dalam pelayanan keperawatan yang dikemukakan oleh JCHO (Join Commision on
Accreditation Health Care Organization). Keberhasilan dalam tindakan
penerimaan pasien baru secara langsung akan mempengaruhi terhadap penilaian
awal klien terhadap pelayanan suatu rumah sakit.
Sentralisai obat merupakan salah satu bentuk aplikasi praktik peran
perawat dalam hal advokasi terhadap klien dari terjadinya ketidaktepatan dalam
penggunaan obat yang dapat menimbulkan kerugian , resistensi tubuh terhadap
obat dan kuman penyakit akibat penggunaan obat yang tidak terkontrol oleh
pasien. Namun, dalam praktik pelaksanaan dilapangan masih ditemukan praktik
sentralisasi obat yang belum maksimal seperti belum adanya inform consent,
kurangnya pemahaman perawat terhadap pelaksanaanya, serta sarana prasarana
yang belum memadai. Pernyataan ini didukung oleh penelitian (Fembi, P &
Aveline, 2012) dengan jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan
Survei. Populasi diambil dari semua perawat di Ruang Dahlia RSUD dr. T. C.
Hillers Maumere, dengan sampel jenis Non-Probability Sampling yaitu sampling
jenuh sebanyak 19 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan lembar
observasi.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki
pengetahuan kurang yaitu berjumlah 10 orang (53%). Sikap perawat dalam
pelaksanaan sentralisasi obat sudah cukup baik dimana sebagian besar memiliki
sikap positif walaupun masih ada yang bersikap negatif yaitu berjumlah 6 orang
(32%). Dalam pelaksanaan sentralisasi obat sebagian besar perawat tidak
melakukan tindakan/praktik yaitu berjumlah 12 orang (63%). Sehingga dapat
dikatakan keberhasilan dari tindakan sentralisasi obat tergantung dari
pengetahuan, sikap dan tindakan perawat. Oleh karena itu, pentingnya masalah
manajemen keperawatan penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat untuk
diangkat menjadi topik diskusi demi mewujudkan pelayanan keperawatan yang
professional dan berkualitas.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana pelaksanaan penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat di
Rumah Sakit?

1.3. Tujuan
Menjelaskan pelaksanaan tindakan penerimaan pasien baru dan sentralisasi
obat di rumah sakit.

1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan wawasan
dalam lingkup Manajemen Keperawatan, terutama dalam hal penerimaan pasien
baru dan sentralisasi obat.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan informasi bagi mahasiswa dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan yang professional, dalam hal penerimaan pasien baru dan
sentralisasi obat.
2. Bagi Institusi Pemberian Layanan Keperawatan
Sebagai masukan untuk perbaikan mutu pelayanan dalam proses
pelaksanaan asuhan keperawatan profesional kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai