Anda di halaman 1dari 23

PENYAKIT JANTUNG DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Obstetri,


Dosen Pengampu : Riana Pascawati, SST., M.Keb

Disusun oleh :

Kelompok 2
Alysa Nurfitriani P17324118058
Azni Azhari P17324118030
Clarissa Putri Salsabilla P17324118022
Devi Purnamasari P17324118004
Intan Fatimah Azzahra P17324118038
Neng Riska Rifka S P17324118044
Nida Salma Majidah P17324118020

Tingkat-2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas nikmat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Penyakit Jantung
Dalam Kehamilan, Persalinan, dan Nifas” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Obstetri. Dalam penulisan makalah ini tentunya ada pihak-pihak yang turut serta
mendukung kelancarannya, maka dari itu penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Ibu Yulinda, S.,ST., M.PH selaku ketua jurusan Kebidanan Bandung
Poltekkes Kemenkes Bandung
2. Ibu Riana Pascawati, SST., M.Keb dosen pengampu mata kuliah Obstetri
yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan, dorongan,
dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan banyak dukungan.
4. Orang tua kami tercinta yang senantiasa memberikan semangat, doa, dan
dukungan baik moril maupun materil.
Penulis menyadari dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk hasil penyusunan makalah yang lebih baik.
Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi para pembaca.

Bandung, Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. 2

DAFTAR ISI........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 4

1.2 Tujuan..................................................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................... 5

2.1 Definisi Penyakit Jantung Dalam Kehamilan, Persalinan, dan Nifas...... 5

2.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi............................................................. 5

2.3 Diagnosis dan Klasifikasi......................................................................... 6

2.4 Dampak terhadap Kehamilan, Persalinan, dan Nifas.............................. 7

2.5 Penanganan dalam Kehamilan, Persalinan, dan Nifas........................... 10

BAB III STUDI KASUS......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi pada kehamilan dan
persalinan. Prevalensi penyakit jantung pada kehamilan adalah sekitar 1-
4% dan 10-15% menyebabkan mortalitas maternal. Penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar dari 2012
hingga 2014 menemukan 47 kasus kehamilan dengan penyakit jantung
(1,1%) yang didominasi oleh penyakit jantung rematik (51,6%) diikuti oleh
penyakit jantung bawaan (17,02%) dan sisanya adalah penyakit katup
non-RHD, kardiomiopati, penyakit jantung hipertensi dan penyakit
jantung lainnya (Warsita, 2019).
Kematian ibu hamil akibat penyakit jantung dapat diakibatkan
secara langsung (komplikasi obstetri) dan tidak langsung (penyakit yang
memberat akibat kehamilannya). Kehamilan pada wanita dengan
penyakit jantung tidak hanya menimbulkan risiko kematian bagi ibu,
tetapi juga morbiditas serius seperti gagal jantung, stroke, dan aritmia
jantung. Dampak pada fetus juga tidak luput, dengan morbiditas dan
mortalitas neonatal akibat retardasi pertumbuhan janin dan prematuritas
(Warsita, 2019).

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui definisi penyakit jantung dalam kehamilan,
persalinan dan nifas
1.2.2 Untuk mengetahui etiologi dan faktor predisposisi penyakit jantung
dalam kehamilan, persalinan dan nifas
1.2.3 Untuk mengetahui diagnosis dan klasifikasi penyakit jantung dalam
kehamilan, persalinan dan nifas
1.2.4 Untuk mengetahui dampak terhadap kehamilan, persalinan dan
nifas penyakit jantung dalam kehamilan, persalinan dan nifas
1.2.5 Untuk mengetahui penanganan dalam kehamilan, persalinan dan
nifas penyakit jantung dalam kehamilan, persalinan dan nifas

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Jantung Dalam Kehamilan, Persalinan, dan Nifas


Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi
karena kehamilan dapat memberatkan penyakit jantung yang dideritanya.
Penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim. Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan salah
satu penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi pada kehamilan atau
persalinan (Sundariyati, 2017).
Penyakit jantung yang berat dapat menyebabkan partus prematurus
atau kematian intrauterin karena oksigenasi janin terganggu. Dengan
kehamilan pekerjaan jantung menjadi sangat berat sehingga klas I dan II
dalam kehamilan dapat masuk ke dalam klas III atau IV (Sundariyati,
2017).

2.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi


2.2.1 Etiologi
1) Kelainan Primer
Kelainan primer dapat berupa kelainan kongenital, bentuk
kelainan katub, iskemik dan cardiomiopati. Jadi kelainan primer
ini lebih disebabkan karena kelainan pada fisiologi jantungnya.
(Sundariyati, 2017).
2) Kelainan Sekunder
Kelainan sekunder berupa penyakit lain, seperti hipertensi,
anemia berat, hipervolemia, perbesaran rahim, dan lain-lain.
(Sundariyati, 2017).
2.2.2 Faktor Predisposisi
a) Kelainan jantung konginetal
b) Perubahan hemodinamik pada kehamilan
c) Penyakit jantung koroner
d) Bertambahnya volume darah selama kehamilan pada penderita
penyakit jantung
e) Penyakit jantung
f) Perubahan gaya hidup (Prawirohardjo, 2008)

5
2.3 Diagnosis dan Klasifikasi
2.3.1 Diagnosis
1) Anamnesis
Dari anamnesis sering sudah diketahui bahwa wanita itu
penderita penyakit jantung, baik sejak masa sebelum ia hamil
maupun dalam kehamilan-kehamilan yang terdahulu.
Terutama penyakit demam rheumatik mendapat perhatian
khusus dalam anamnesis, walaupun bekas penderita demam
rheumatik tidak selalu menderita kelainan jantung. Gejala
yang muncul biasanya berupa dispnea atau ortopnea
progresif, batuk malam hari, hemoptisis, sinkop, dan nyeri
dada.
2) Pemeriksaan Fisik
Banyak perubahan fisiologi pada kehamilan normal
cenderung menyebabkan diagnosis penyakit jantung menjadi
lebih sulit. Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria, satu
diantaranya sudah cukup untuk membuat diagnosis penyakit
jantung dalam kehamilan:
a. Bising diastolik, presistolik, atau bising jantung terus
menerus
b. Pembesaran jantung yang jelas
c. Bising jantung yang nyaring, terutama bila disertai thrill
d. Aritmia yang berat dan persisten
Penyakit jantung yang berat tidak sulit untuk dikenal. Akan
tetapi, karena diagnosis penyakit jantung yang menyertai
kehamilanlebih sulit untuk terdiagnosis, maka jika terdapat
kemungkinan penyakit jantung harus meminta pendapat
seorang dokter yang lebih ahli (Prawirohardjo, 2008).
3) Pemeriksaan Penunjang
Sebagian besar pemeriksaan kardiovaskular diagnostik
bersifat noninvasif dan dapat dilakukan dengan aman pada
wanita hamil. Pemeriksaan konvensional adalah
elektrokardiografi, ekokardiografi, dan radiografi toraks akan
memberikan data yang diperlukan. Jika diindikasikan, dapat
dilakukan kateterisasi jantung dengan fluoroskopi sinar-x
terbatas. Pada kasus yang indikasinya jelas, semua resiko
teoritis yang minimal akan dikalahkan oleh manfaat yang akan
diperoleh oleh ibu (Hadi, 2017).

6
2.3.2 Klasifikasi
Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4
golongan. Klasifikasi fungsional yang diajukan oleh New York
Heart Association adalah:
a) Klas I : aktivitas tidak terganggu (tidak perlu membatasi
kegiatan fisik).
b) Klas II : aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat
istirahat (bila melakukan aktifitas fisik maka terasa lelah,
jantung berdebar-debar, sesak nafas atau terjadi angina
pektoris).
c) Klas III : aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja
sedikit saja merasa lelah, sesak nafas, jantung berdebar).
d) Klas IV : waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan
(memperlihatkan gejala-gejala dekompensasio walaupun
dalam istirahat) (Sundariyati, 2017).

2.4 Dampak terhadap Kehamilan, Persalinan, dan Nifas


2.4.1 Kehamilan
Selama kehamilan, penurunan resistensi vaskular sistemik
dan peningkatan curah jantung memperparah sianosis dan
hipoksia yang sudah terjadi. Komplikasi ibu umumnya bergantung
pada klasifikasi fungsional pada ibu (klasifikasi NYHA). Kelas I-II
memiliki angka mortalitas ibu <1%. Sementara kelas III-IV memiliki
angka mortalitas ibu 7% atau lebih.
Komplikasi juga meliputi :
a) Dekompensasi Kordis
Dalam kehamilan prekordium mengalami pergeseran ke kiri
dan pula sering terdengar bising sistolik di daerah apeks dan
katup pulmonal. Kita harus waspada dalam mebuat diagnosis
penyakit jantung dalam kehamilan. Jadi hendaknya jangan
kita membuat diagnosis penyakit jantung pada wanita yang
tidak menderitanya, dan sebaiknya penyakit jantung yang ada
jangan sampai tidak dikenal. Dari uraian di atas, dapat
dipahami bahwa penyakit jantung menjadi lebih berat pada
kehamilan bahkan dapat terjadi dekompensasi kordis. Apabila
tenaga cadangan jantung dilampaui, maka tejadi
dekompensasi kordis (jantung tidak dapat lagi menunaikan
tugasnya) (Prawirohardjo, 2008).

7
b) IUGR
Setiap ibu memerlukan penatalaksanaan sesuai dengan
status
anatomis dan fungsionilnya. Kerjasama yang erat antara
dokter
kardiologi dan dokter obstetri merupakan hal yang penting.
Pada kasus kehamilan dengan penyakit jantung,
kemungkinan terjadi IUGR pada bayi. Penatalaksanaan
antenatal pertama yang disertai dengan pengkajian riwayat
dengan cermat dan rujukan yang bersifat segera ke klinik
pengobatan ibu. Kemudian bekerjasama dengan dokter
kardiolog tersier. Penting juga untuk persiapan orang tua
untuk kasus bayi yang mengalami IUGR (Angelina, 2011).
c) IUFD
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada
kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita
hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula
dan mati. Selain itu, janin dapat menderita hipoksia dan gawat
janin dalam persalinan, sehingga neonatus lahir mati atau
dengan nilai APGAR rendah. Pemeriksaan antenatal yang
disertai dengan pengkajian riwayat dengan cermat dan
rujukan yang bersifat segera ke klinik pengobatan, kemudian
bekerjasama dengan dokter kardiolog tersier (Prawiroharjo,
2008) (Angelina dkk, 2011).
d) Abortus
Abortus pada kehamilan dengan penyakit jantung dapat
terjadi
apabila ibu (penderita) menderita hipoksia dan sianosis.
Pemeriksaan antenatal yang disertai dengan pengkajian
riwayat dengan cermat dan rujukan yang bersifat segera ke
klinik pengobatan, kemudian bekerjasama dengan dokter
kardiolog tersier (Angelina dkk, 2011).
e) Prematuritas
Secara klinis tampak bahwa makin meningkat kelas
fungsional
penyakit jantung yang diderita, maka volume plasma
cenderung lebih rendah. Ditemukan komplikasi prematuritas
pada penderita penyakit jantung dalam kehamilan.

8
Penatalaksanaan dari tim multidisipliner dibutuhkan dipusat
spesialis yang merawat kehamilan yang beresiko tinggi pada
jantung (Angelina dkk, 2011).

f) Dismaturitas
Penyakit jantung berpengaruh tidak baik bagi kehamilan, dan
janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan
sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang
kemudian dapat disusul pula dengan abortus. Apabila
konseptus dapat hidup terus, anak dapat lahir cukup bulan
akan tetapi dengan berat badan rendah (dismaturitas). Perlu
penatalaksanaan dari tim multidisipliner dibutuhkan di pusat
spesialis yang merawat kehamilan yang berisiko tinggi pada
jantung (Prawirohardjo, 2008).
g) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Ditemukan komplikasi BBLR pada kehamilan dengan penyakit
jantung. Perlu penatalaksanaan dari tim multidisipliner
dibutuhkan di pusat spesialis yang merawat kehamilan yang
beresiko tinggi pada jantung (Prawirohardjo, 2008).

2.4.2 Persalinan
Beberapa efek pada ibu hamil dengan penyakit jantung yang dapat
terjadi selama proses persalinan antara lain:
a) Kegagalan jantung (dekompensasi kordis). Dapat terjadi pada
Ibu selama persalinan akibat peningkatan beban kerja
jantung, sedangkan kondisi jantung Ibu yang sudah dalam
keadaan lemah atau sakit, dapat semakin parah hingga gagal
jantung, sehingga akan terjadi payah jantung akibat
kompensasi yang kurang baik dari jantung Ibu selama
persalinan (Farrer, 2001).
b) Hipoksemia pada Ibu dan janin. Hal ini dapat terjadi pada Ibu
dengan kelainan pembuluh darah koroner. Beban kerja
jantung yang meningkat selama proses intranatal membuat
jantung harus bekerja ekstra untuk memenuhi kebutuhan
oksigen bagi Ibu dan juga janin, namun dengan adanya
kelainan pada jantung Ibu, pasokan oksigen untuk Ibu dan
janin akan terganggu sehingga berisiko mengalami

9
hipoksemia dan gawat janin selama persalinan (Manuaba,
2004).
c) Kematian maternal dan bayi. Selama persalinan kala I dan
kala II, curah jantung ibu meningkat lebih besar, sehingga
kerja jantung berkali lipat lebih cepat dari normal. Dengan
adanya penyakit jantung pada Ibu, maka kerja jantung
menjadi tidak optimal, dan bila terjadi henti jantung selama
persalinan, maka Ibu dan janin akan berujung pada kematian
(Manuaba, 2004).

2.4.3 Nifas
Pengawasan nifas sangat penting diperhatikan, komplikasi-
komplikasi nifas seperti:
a) perdarahan post partum,
b) anemia,
c) infeksi dan
d) tromboemboli akan lebih berbahaya pada pasien-pasien
dengan penyakit jantung (Sundariyati, 2017).

2.5 Penanganan dalam Kehamilan, Persalinan, dan Nifas


2.5.1 Kehamilan
Penderita penyakit jantung harusnya dikonsulkan sebelum
kehamilan karena mempertimbangkan risiko dari kehamilan,
intervensi yang diperlukan dan potensi risiko terhadap janin.
Namun ada pula penderita yang tidak terkoreksi terus hamil, pada
keadaan ini keuntungan dan kerugian terminasi kehamilan atau
melanjutkan kehamilan perlu dipertimbangkan dengan cermat.
Keputusan untuk melanjutkan kehamilan harus
mempertimbangkan dua hal penting yaitu risiko medis dan nilai
seorang bayi bagi ibu tersebut dan pasangannya. Beberapa
kelainan jantung dengan risiko kematian ibu yang tinggi antara lain
sindroma Eisenmenger, hipertensi pulmonal dengan disfungsi
ventrikel kanan dan sindroma Marfan dengan dilatasi aorta yang
signifikan.l Penanganan penyakit jantung pada kehamilan
ditentukan oleh kapasitas fungsional jantung. Pada semua wanita
hamil, tetapi khususnya pada penderita penyakit jantung,
pertambahan berat badan yang berlebihan, dan retensi cairan
yang abnormal harus dicegah.

10
Memburuknya kondisi jantung dalam kehamilan sering te{adi
secara samar namun membahayakan. Pada kunjungan rutin harus
dilakukan pemeriksaan denyut jantung, pertambahan berat badan
dan saturasi oksigen. Pertambahan berat badan yang berlebihan
menandakan perlunya penanganan yang agresif. Penurunan
saturasi oksigen biasanya akan mendahului gambaran radiologi
(foto toraks) yang abnormal.
Penanganan ibu hamil dengan penyakit jantung
membutuhkan kerja sama tim yang kompak dan terpadu dari
berbagai disiplin ilmu seperti obstetri ginekologi, kardiologi, ilmu
penyakit dalam, dan anestesi.
Adapun penanganan penyakit jantung berdasarkan kelasnya
sebagai berikut :
a) Kelas I dan II
Umumnya penderita dapat meneruskan kehamilan
sampai cukup bulan dan melahirkan pervaginam. Namun
tetap harus diwaspadai terjadinya gagal jantung pada
kehamilan, persalinan dan nifas. Faktor pencetus utama
terjadinya gagal jantung adalah endokarditis, oleh karena itu
semua wanita hamil dengan penyakit jantung harus sedapat
mungkin dicegah terjadinya infeksi terutama infeksi saluran
napas atas .
Dalam penanganan penyakit jantung selama kehamilan
terdapat 4 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Cukup istirahat (10 jam istirahat malam, ½ jam setiap kali
setelah makan) dan hanya pekerjaan ringan yang
diizinkan.
2. Harus dilakukan pencegahan terhadap kontak dengan
orang-orang yang dapat menularkan infeksi saluran
nafas atas, merokok, penggunaan obat-obat yang
memberatkan pekerjaan jantung.
3. Tanda-tanda dini dekompensasio harus cepat diketahui,
seperti adanya batuk, ronki basal, dispnoe dan
hemoptoe.
4. Sebaiknya pasien masuk rumah sakit 2 minggu sebelum
persalinan untuk istirahat. Persalinan biasanya
pervaginam, kecuali ada indikasi obstetri untuk seksio
sesarea (Lasksmi, 2008).
b) Kelas III dan IV

11
Bila seorang ibu hamil dengan kelainan jantung kelas III
dan IV ada dua kemungkinan penatalaksanaan yaitu :
terminasi kehamilan atau meneruskan kehamilan dengan tirah
baring total dan pengawasan ketat, dan ibu dalam posisi
setengah duduk.
Kelas III sebaiknya tidak hamil, kalau hamil pasien harus
dirawat di Rumah Sakit selama kehamilan, persalinan dan
nifas, dibawah pengawasan ahli penyakit dalam dan ahli
kebidanan, atau dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
abortus terapeutikus (Lasksmi, 2008).

2.5.2 Persalinan
a. Persalinan Pervaginam
Metode persalinan pervaginam lebih direkomendasikan
karena saat intrapartum setiap kontraksi uterus yang terjadi
akan mengakibatkan autotransfusi yang mengembalikan
volume darah ke sistemik sebesar 300-500cc dan
peningkatkan transiet tekanan sistolik (35mmHg) maupun
diastolik (25mmHg). Pada gangguan kardiovaskuler hal ini
akan meningkatkan risiko terjadinya dekompensitio cordis
terutama saat kala II. Sehingga percepatan kala II dengan
forceps ekstraksi lebih direkomendasikan (Warsita, 2019).
Persalinan untuk penderita kelainan jantung idealnya
adalah singkat dan bebas nyeri. Induksi persalinan dilakukan
bila serviks sudah matang. Kadang kala penderita penyakit
jantung yang berat memerlukan pemantauan hemodinamik
yang invasif dengan pemasangan kateter arteri dan arteri
pulmonalis. Seksio sesaria dilakukan hanya atas indikasi
medis.
Pemantauan ibu dan janin sebaiknya dike4akan selama
persalinan. Pemantauan EKG berkelanjutan selama
persalinan sangat dianjurkan. Kateter Swan-Ganz sangat
bermanfaat karena dapat memberikan informasi akurat
mengenai status cairan tubuh dan fungsi jantung kiri. Kateter
Swan-Ganz memungkinkan pengukuran tekanan kapiler paru
yang merupakan gambaran paling akurat dari hubungan
antara volume darah dengan kapasitas vaskuler, serta

12
hubungan antara tekanana vena sentral dengan output
jantung.
Standar penanganan penderita kelainan jantung dalam
masa persalinan adalah :
1. Diagnosis yang akurat
2. Jenis persalinan berdasarkan pada indikasi obstetri
3. Penanganan medis dimulai pada awal persalinan
a) Hindari partus lama
b) Induksi dilakukan bila serviks sudah matang
4. Pertahankan stabilitas hemodinamik
a) Pemantauan hemodinamik invasif bila diperlukan
b) Mulai dengan keadaan hemodinamik yang sudah
terkompensasi
c) Penanganan yang spesifik tergantung pada kondisi
jantung.

b. Persalinan Perabdominam
Pada dasarnya, persalinan perabdominam dapat
membantu beban ibu selama proses persalinannya, karena
ibu tidak perlu mengejan yang dapat meningkatkan beban
curah jantung, hal tersebut juga dibuktikan dengan penelitian
yang dilakukan pada beberapa negara maju bahwa mortalitas
perinatal dan mortalitas maternal memberikan hasil yang lebih
rendah insidensinya pada kelahiran perabdominam
(caesarean-section) (1,6%), jika dibandingkan dengan
kelahiran pervaginam (5%).
Berdasarkan penelitian Subbagian Fetomaternal,
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK Undip (2013),
sebagian besar ibu hamil dengan penyakit jantung menjalani
persalinan pervaginam yaitu 54,2% (32 kasus) dan secara
keseluruhan terdapat 27 kasus ibu hamil yang menjalani
persalinan perabdominam.
Pertimbangan pemilihan indikasi seksio sesarea sebaiknya
tidak menggunakan indikasi penyakit jantung. Tindakan
persalinan perabdominam tidak akan mengurangi keparahan
penyakit jantung yang diderita atau frekuensi komplikasi yang
timbul pada jantung, dibandingkan melahirkan pervaginam.
Kecuali pada hipertensi pulmonal yang berat karena berbagai
sebab, sindrom marfan dan aneurisma aorta sebaiknya

13
dilakukan pembedahan secara elektif tetapi perawatan intensif
diperlukan pada saat postpartum. Karena, prosedur bedah
akan meningkatkan beban jantung berupa stress karena
dioperasi, infeksi, anestesi yang lama, perdarahan yang
banyak, serta risiko tromboemboli yang makin meningkat.
Cara persalinan perabdominal dipilih bila ada indikasi
obstetrik dan pertimbangan khusus kondisi hemodinamik
maternal. Berdasarkan panduan Eropa, persalinan
perabdominal dipilih untuk dilakukan pada pasien dengan
penggunaan oral antikoagulan pada persalinan prematur,
gagal jantung berat, diseksi aorta kronik atau akut, serta
kondisi diameter aorta yang membesar > 45 mm. Metode
persalinan perabdominal dapat dilakukan monitoring ketat
hemodinamik namun meningkatkan risiko tromboemboli,
infeksi dan perdarahan post partum. Pada penelitian ini
sebanyak 22 kasus (46,81%) dilakukan persalinan
perabdominal. Selain itu pada seksio caesarea (SC) dilakukan
anestesi spinal dengan risiko hipotensi pada gangguan
jantung akan dapat meningkatkan kerja jantung saat
mengkompensasi (Warsita, dkk, 2019).

2.5.3 Nifas
Beban kerja jantung yang lebih berat pada masa hamil
masih dapat dijumpai pada fase dini masa nifas. Pada wanita
normal yang tidak memperlihatkan tanda-tanda distres jantung
selama kehamilan, persalinan maupun kelahiran masih tetap
dapat mengalami dekompensasi postpartum. Maka dari itu,
selama masa nifas diperlukan perawatan yang cermat.
Pada postpartum terjadi perubahan hemodinamik ibu hamil,
sebagai berikut:
1) Pirau retroplasenta berakhir sehingga darah akan kembali
menuju sirkulasi umum sebesar 500-600 cc
2) Terjadi retraksi otot jantung, sehingga tahanan perifer akan
meningkat.
3) Terjadi perubahan retensio air dan garam kembali menuju
sirkulasi umum untuk dapat dikeluarkan melalui ginjal.
4) Terdapat kemungkinan perdarahan postpartum.
Jika terjadi kemungkinan perdarahan postpartum, maka
memerlukan uterotonika untuk menimbulkan kontraksi uterus.

14
Kontraksi uterus dapat dirangsang oleh pemberian oksitosin bolus
atau drip, sehingga perdarahan postpartum dapat dikendalikan.
Tindakan lain untuk menghentikan perdarahan adalah melakukan
masase bimanual menurut Easment-Hamilton.
Pada jantung normal situasi tersebut bukan merupakan hal
yang berat, tetapi penyakit jantung kelas II dan III besar
kemungkinan terjadi dekompensasio kordis akut sehingga
memerlukan penanganan adekuat dari ahli penyakit jantung. Hati-
hati dalam pemberian ergometrin-preparat ergot karena dapat
menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga tahanan
perifer makin meningkat, dan vasokonstriksi pembuluh darah
koroner sehingga akan menambah beratnya dekompensasio
kordis.
Pengawasan postpartum dilakukan di rumah sakit selama 14
hari sampai dapat dipastikan keadaan jantungnya stabil untuk
aktivitas puerperiumnya. Profilaksis antibiotik juga dapat diberikan
untuk mencegah terjadinya infeksi postpartum dan untuk
mencegah endokarditis.
Setelah postpartum, hematokrit akan meningkat 2-3%.
Komposisi darah menjadi normal 5-8 minggu karena diuresis akan
mengkompensasi hemodilusi darah.
Namun, prinsip perawatan postpartum dengan mobilisasi dini
tidak berlaku bagi postpartum dengan penyakit jantung.
Kemampuan mobilisasi harus dilakukan sesuai dengan :
- Kelas penyakit jantungnya
- Apakah terjadi dekompensasio kordis postpartum
- Apakah terjadi perdarahan postpartum
Laktasi dibolehkan bagi wanita yang sanggup secara fisik,
namun bagi penderita penyakit jantung kelas III dan IV tetap
dilarang untuk menyusui (Sundariyati, 2017).
Konseling tentang kontrasepsi harus mencakup keseluruhan
informasi tentang metode kontrasepsi yang tersedia serta efek
samping yang dapat ditimbulkan. Secara umum kontrasepsi
hormonal kurang dianjurkan, oleh karena resiko tromboemboli
yang dapat terjadi. Namun pemberian kontrasepsi progestin
parenteral masih dianjurkan (Sundariyati, 2017). Menurut
Medical Eligibity WHO Recommended, wanita dengan riwayat
penyakit jantung tidak dianjurkan memakai kontrasepsi hormonal
kombinasi dan kontrasepsi suntik progestin. Tetapi dianjurkan

15
untuk memakai kontrasepsi pil progestin, implan, dan AKDR (Jika
kondisi berkembang saat menggunakan metode ini,
pertimbangkan untuk beralih ke metode non-hormonal)

16
BAB III

STUDI KASUS

Kasus:
Seorang ibu G1P0A0 hamil 34 minggu datang ke BPM untuk melakukan ANC. Ibu
pernah menderita penyakit jantung, ibu mengeluh sulit untuk melakukan aktifitas
normal, mudah lelah, sulit bernafas dan merasakan nyeri pada daerah dada bagian
kiri, dan sering BAK. Didapatkan hasil pemeriksaan TD : 160/110 mmHg, Nadi :
70x/menit, Respirasi : 12x/menit, Suhu : 38 0C, TFU 32 cm, memanjang, sudah
masuk PAP, DJJ : +155 x/menit

I. PENGKAJIAN DATA

A. IDENTITAS

Nama : Ny. Yayah Rohayah


Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawati
Alamat : Jl. Raya Sukajadi No. 23 RT 01/02
Nama suami : Tn. Udin
Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : PNS
Alamat : Jl. Raya Sukajadi No. 23 RT 01/02

B. ANAMNESA

Pada tanggal : 10-06-2020


Pukul : 08.00 WIB
1. Kunjungan ke : VI
2. Alasan kunjungan : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
Keluhan utama :
a. Ibu sulit untuk melakukan aktifitas normal, mudah lelah
b. Ibu sulit bernafas dan merasakan nyeri pada daerah dada bagian kiri
c. Ibu sering BAK

17
3. Riwayat Psikososial

a. Kehamilan ini : Ibu mengatakan kehamilannya ini


adalah kehamilan yang direncanakan
b. Emosi saat pengkajian : Stabil
c. Status perkawinan : Perkawinan ke-1, usia menikah 22
tahun dengan suami 24 tahun, lama perkawinan 2 tahun, status
perkawinan syah
d. Perilaku kesehatan : Baik, ibu tidak merokok, tidak minum
alkohol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan
e. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Ibu mengatakan
pengambilan keputusan oleh suami

4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat haid
Siklus : 25 hari
Teratur/tidak : Teratur
b. Riwayat kehamilan
Kehamilan ke : G1P0A0
HPHT : 09-10-2019
TP : 16-07-2020
Keluhan :
Trimester I : ANC 1 kali, di Puskesmas, Keluhan sering BAK dan mual
Trimester II : ANC 2 kali, di Puskesmas, Keluhan tidak ada
Trimester III : ANC 2 kali, di Puskesmas, Keluhan kelelahan, sering
pusing, kaki kadang bengkak
Pergerakan anak pertama kali dirasakan hamil 16 minggu
Pergerakan janin dalam 24 jam : 10 s.d 20 kali
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Tidak ada
6. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi
7. Riwayat kesehatan
a. Penyakit kronik yang pernah diderita atau keturunan
Ibu mengatakan pernah menderita penyakit jantung
8. Riwayat kebiasaan
a. Pola nutrisi
Makan 3 x/hari, dengan porsi lebih banyak, menu bervariasi
Minum 7-8 gelas/hari

18
b. Pola eliminasi
BAB 1x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek
BAK 5-6x/hari, warna jernih kekuningan, nyeri saat BAK tidak ada
c. Pola tidur dan istirahat
Ibu mengatakan istirahat baring/tidur siang sekitar 1 jam/hari
Tidur malam 8 jam
d. Personal hygine
Mandi 2x/hari, keramas 1x2 hari, gosok gigi 2x/hari
Ganti pakaian dalam 3x/hari atau bila terasa lembab
e. Pola latihan dan aktifitas sehari-hari
Ibu mengatakan selalu mengikuti kegiatan senam hamil dan jalan-jalan pagi
f. Pola seksual
Sesuai kebutuhan
g. Imunisasi TT
Sudah 2x Tgl : I : 09/04/2019 II : 09/05/2019

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Sulit Bernafas
2. Tanda-tanda Vital :
TD :160/110 mmHg
Nadi :70x/menit
Respirasi :12x/menit
Suhu :380C
3. LILA : 24 cm
4. TB : 145 cm
5. BB Sebelum Hamil : 43 kg
6. BB setelah hamil : 59 kg
7. Kepala dan rambut
Warna rambut : Hitam
Distribusi : Merata
Kekuatan : Tidak rontok
Kebersihan : Bersih
Keadaan kulit Kepala : Tidak Berketombe
8. Muka
Edema : Tidak ada
Pucat : Ya
Closma Gravidarum : Ada
9. Mata
Conjungtiva : Sedikit pucat

19
Sclera : Putih
Penglihatan : Baik
10. Mulut
Gigi : Bersih
Gusi : Tidak Berdarah
Mukosa Bibir : Lembab
11. Telinga
Pengeluaran : Tidak ada
Pendengaran : Baik
12. Hidung
Pengeluaran : Tidak ada
Pendengaran : Baik
13. Leher
Pembengkakan kelenjar tiroid : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar tifoid : Tidak ada
Pembesaran vena jagularis : Tidak ada
14. Dada
Simetris : Ya
Pergerakan dada : Tidak teratur
Murmur : Terdapat suara tiupan dan berdesing
15. Mammae
Simetris : Ya
Benjolan : Tidak ada
Hiperpigmengtasi areola : Ada
Bentuk payudara : Bulat
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : Keluar Colostrum
16. Abdomen
Pembesaran : Sesuai usia kehamilan
Warna : Seasuai warna kulit ibu
Bekas luka : Tidak ada
Linea : Nigra
Striae : Livida
Palpasi
Leopold I : Teraba Bagian lunak tidak melenting ( bokong )
Leopold II : Teraba punggung kiri
Leopold III : Teraba bagian keras melenting (kepala)
Leopold IV : sudah msuk PAP
TBBJ : 2790 gram

20
DJJ : +155 x/menit
TFU : 32 cm
17. Genetalia
a. Vagina
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Pembesaran Kelenjar : Tidak ada
Pengeluaran cairan : Tidak ada
Bekas episiotomi : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Chadwick : Tidak ada
b. Anus
Hemoroid : Tidak ada
18. Ekstremitas
a. Tangan
Kuku : Bersih
Oedema :Tidak ada
b. Kaki
Varises : Tidak ada
Oedema : Ada
Refleks patella : +/+
19. Punggung
Lordosis : Ya
Kiposis : Tidak
Skoliosis : Tidak
Ketuk Costovebrata : Tidak

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah
Hb : 11 gram%
Golongan Darah :O
Rhesus :+
b. Urine
Protein :-
Reduksi :-
II. Interpretasi Data
G1P0A0 hamil 34 minggu dengan kemungkinan penyakit jantung, janin tunggal
hidup intraurine.

21
III. Diagnosa Potensial
Pada Ibu : Takikardi
Pada bayi : Gawat janin, Prematuritas
IV. Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter spesialis jantung untuk penanganan penyakit jantung
V. Intervensi
1. Lakukan komunikasi interpersonal
2. Beritahu hasil pemeriksaan
3. Jelaskan pada ibu bahwa kehamilannya mengalami komplikasi penyakit
jantung
4. Beritahu ibu tentang resiko penyakit jantung
5. Rujuk ibu ke rumah sakit
VI. Implementasi
1. Melakukan komunikasi interpersonal dengan ibu agar tercipta suasana
yang nyaman serta untuk membina hubungan yang baik dan saling
percaya antara ibu dan bidan
2. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan, bahwa keadaan janin
dalam keadaan kurang baik.
3. Menjelaskan pada ibu bahwa kehamilannya mengalami komplikasi
penyakit jantung dan apabila tidak segera ditangani akan menggangu
kesehatan ibu dan janinnya.
4. Memberitahu ibu tentang resiko yang akan terjadi pada kehamilan dengan
penyakit jantung, seperti:
5. Dapat terjadi abortus, prematuritas, dismaturitis, lahir dengan APGAR
rendah atau lahir mati, dan IUFD.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan penunjang
elektrokardiografi dan memberikan surat rujukan dengan dokter spesialis
jantung.
VII. Evaluasi
1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu mengerti dan bersedia mengikuti penjelasan dan saran dari bidan
3. Ibu bersedia periksa dengan dokter spesialis jantung.

22
DAFTAR PUSTAKA

Angelina, dkk. (2011). Patologi pada Kehamilan: Manajemen dan Asuhan


Kebidanan/editor Elisabeth, Robson, dkk. Jakarta: EGC.

Defrin. (2016). Penyakit Jantung dalam Kehamilan. Padang: Bagian Obstetri


dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Diakses dari: http://repo.unand.ac.id/pdf [2020]

Farrer, Helen. (2001). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta :EGC.

Hadi, NAT. (2017). Kehamilan Dengan Penyakit Jantung. Jakarta. Diakses


dari: http://eprints.undip.ac.id/pdf [2020]

Laksmi PW, Alwi I, Setiati S, Manajoer AM, Ranita R. (2008). Penyakit-


Penyakit Pada Kehamilan Peran Seorang Internis. Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Diakses dari: https://simdos.unud.ac.id/pdf [2020]

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2004). Kepaniteraan Klinik Obstetri dan


Ginekologi. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo,S., (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Sundariyati, I Gusti Harry. (2017). Kehamilan dengan Penyakit Jantung.


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Warsita, I Gusti Ngurah dkk. (2019). Karakteristik pasien hamil dengan


penyakit jantung di RSUP Sanglah. Denpasar. Diakses dari:
https://www.medicinaudayana.org/index.php/medicina/article [2020].

Wiknjosastro H. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Wiyati dan Wibowo. (2013). Luaran Maternal dan Perinatal pada Hamil
dengan Penyakit Jantung di RSUP Subbagian Fetomaternal.
Semarang: Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.

23

Anda mungkin juga menyukai