Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Haninda Bharata, M.Pd.

DISUSUN OLEH

1. ANALIA (2023021019 )
2. FAILA SOVA (2023021013 )
3. NURHALIZA (2023021010 )

UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020/2021
DAFTAR ISI

A. Pengertian Kurikulum............................................................................ 1
B. KonsepDimensi Kurikulum.................................................................. 2
C. Konsep Model Kurikulum..................................................................... 4
D. Kesimpulan........................................................................................... 11
MENGANALISIS KONSEP DIMENSI DAN MODEL KONSEP
KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Kurikulum

Dalam bahasa Latin, kurikulum berasal dari kata currere yang berarti
berlari (running) sebagai suatu pengalaman hidup1. Kurikulum pada hakikatnya
berasal dari istilah curir (pelari) dan curere (tempat berpacu) yang pada
mulanya digunakan dalam dunia olahraga, jadi dari kedua istilah tersebut
kurikulum memiliki arti sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari
mulai dari start sampai finish dengan tujuan memperoleh medali/penghargaan.
Kemudian, hal tersebut diadaptasi ke dalam dunia pendidikan menjadi
sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari atau ditempuh seseorang peserta
didik demi mendapatkan ijazah sebagai penghargaannya.Jadi berdasarkan
pengertian di atas, kurikulum mengandung dua hal pokok: Adanya mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dan tujuan utama nya yaitu untuk
memperoleh ijazah.

Seiring perkembangan zaman perkembangan kurikulum menurut para ahli,


diantaranya :

1. Prof. Dr. S. Nasution, M.A

Dalambukunya yang berjudul  Kurikulumdan Pengajaran, beliau


menyatakan bahwa kurikulum adalah serangkaian rencana yang disusun demi
melancarkan proses belajar-mengajar. Rencana tersebut dilakukan di bawah
bimbingan dan tanggung jawab lembaga pendidikan dan para pengajar di
lembaga tersebut.

1
Marsh, Colin J., Key Concept for Understanding Currculum, (Britain: Routledge, 2009), -4th ed.
2. Dr. H. Nana Sudjana

Dalambukunya yang berjudul Pembinaandan Pengembangan Kurikulum


di Sekolah, beliau berpendapat bahwa kurikulum merupakan kumpulan niat
dan harapan yang teertuang dalam bentuk program pendidikan yang mana
dilaksanakan oleh guru di sekolah.

Dan masih banyak pengertian kurikulum lainnya menurut para


ahli.Namun, di Indonesia sampai saat ini diyakini pengertian Kurikulum
menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS)2 adalah “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kurikulum juga merupakan alat atau sarana
yang dirumuskan demi tercapainya tujuan pendidikan melalui proses
pengajaran.

B. Konsep Dimensi Kurikulum

Berikut beberapaka konsep kurikulum dari 3 para ahli :

1. R. Ibrahim (2005)

R.Ibrahim3 mengelompokkan kurikulum menjadi 3 dimensi, yaitu


kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai system, dan kurikulum
sebagai bidang studi. Dimensi pertama memandang kurikulum sebagai
rencana kegiatan belajar bagi siswa di Sekolah atau sebagai perangkat tujuan
yang ingin dicapai. Suatu kurikulum dapat juga menunjuk pada suatu
dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar
mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan
sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun
kurikulum dan pemegang kebijakan pendidikan dan masyarakat.
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3
Ibid., hal. 5
Dimensi kedua memandang kurikulum sebagai bagian dari system
persekolahan, system pendidikan dan bahkan system masyarakat. Suatu
system kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur kerja
bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi dan
menyempurnakan. Hasil dari suatu sistem adalah tersusunnya suatu
kurikulum dan fungsi dari sistem kurikulum adalah memelihara kurikulum
agar tetap dinamis.

Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi yaitu bidang


studi kurikulum. Hal ini merukan kajian para ahli kurikulum dan ahli
pendidikan dan pengajaran mereka yang mendalami bidang kurikulum
mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum, melalui studi
kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka
menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang
studi kurikulum.

2. Nana Syaodih Sukmadinata (2005)


Nana Syaodih Sukmadinata4 mengemukakan pengertian kurikulum
ditinjau dari tiga dimensi yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai
rencana. Kurikulum sebagai ilmu dikaji konsep, asumsi, teori-teori dan
prinsip-prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum sebagai sistem
menjelaskan kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem-sistem
lain, komponen-komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur,
jenjang, jenis pendidikan, menejemen kurikulum dan sebagainya. Kurikulum
sebagai rencana diungkap beragam rencana dan rancanagan atau desain
kurikulum. Rencana bersifat menyeluruh untuk semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan atau khusus untuk jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Demikian pula dengan rancangan atau desain, terdapat desain konsep, tujuan,
isi, proses, masalah, kebutuhan siswa.

4
Ibid., hal. 6
3. S. Hamid Hasan (1988)

Said Hamid Hasan5 mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah


kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi lainnya
saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu, (1) Kurikulum
sebagai suatu ide/ gagasan, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang
sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3)
Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis
dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis. (4) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan. Pembahasan lebih lanjut dimensi kurikulum
dalam enam dimensi kurikulum, yaitu kurikulum sebagai suatu ide, kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis, kurikulum sebagai suatu kegiatan, kurikulum
sebagai hasil belajar, kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu, dan kurikulum
sebagai suatu sistem.
a. Kurikulum sebagai suatu Ide
Ide atau konsep kurikulum bersifat dinamis, dalam arti akan selalu
berubah mengikuti perkembangan zaman, minat, dan kebutuhan peserta
didik, tuntutan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Ide tentang
kurikulum hanya ada dalam pemikiran seseorang yang terlibat dalam
proses pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketika
seseorang berpikir tentang tujuan sekolah, materi yang harus
disampaikan pada peserta didik, kegiatan yang harus dilakukan oleh
guru, orang tua, dan peserta didik, objek evaluasi, maka itulah dimensi
kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi. Ide atau konsepsi seseorang
tentang kurikulum tentu berbeda. Perbedaan ide tersebut sangat penting
untuk dianalisis, bahkan dapat dijadikan sebagai landasan dalam
pengembangan kurikulum6.

b. Kurikulum sebagai Suatu Rencana Tertulis

Ibid., hal. 6
5

6
Zainal Arifin, Konsep dan Model PengembanganKurikulum, (Bandung: RemajaRosdakarya
Offset, 2011), hal. 9
Dimensi kurikulum sebagai suatu ide biasanya dijadikan langkah
awal dalam pengembangan kurikulum, yaitu ketika melakukan studi
pendapat. Dari sekian banyak ide yang berkembang dalam studi pendapat
tersebut, maka akan dipilih dan ditentukan ide-ide mana yang dianggap
paling kreatif, inovatif, dan konstruktif sesuai dengan visi-misi dan
tujuan pendidikan nasional. Pemilihan ide-ide tersebut pada akhirnya
akan dipilih dalam sebuah pertemuan konsultatif berdasarkan tingkat
pengambil keputusan tertinggi. Di Indonesia, pengambil keputusan yang
tertinggi adalah Menteri Pendidikan Nasional. Menteri Pendidikan
Nasional juga menjadi penentu kebijakan kurikulum yang berlaku secara
nasional. Mengingat pengaruhnya yang besar dan kuat, serta memiliki
kedudukan strategi, maka tim pengembang kurikulum biasanya akan
mengacu pada ide atau konsep kurikulum menurut menteri tersebut.
Selanjutnya, ide-ide Mendiknas Mendiknas dituangkan dalam sebuah
kebijakan umum sampai menjadi dimensi kurikulum sebagai rencana.7
c. Kurikulum sebagai Suatu Kegiatan
Dimensi kurikulum sebagai rencana biasanya tertuang dalam suatu
dokumen tertulis. Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai
seperangkat rencana dan cara mengadministrasikan tujuan, isi dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dimensi ini menjadi perhatian banyak orang karena wujudnya


dapat dilihat, mudah dibaca, dan dianalisis. Dimensi kurikulum ini pada
dasarnya merupakan realisasi dari dimensi kurikulum sebagai ide. Aspek-
aspek penting yang perlu dibahas antara lain pengembangan tujuan dan
kompetensi, struktur kurikulum, kegiatan dan pengalaman belajar,
organisasi kurikulum, manajemen kurikulum, hasil belajar, dan sistem
evaluasi. Dalam praktiknya, seringkali kurikulum sebagai rencana
banyak mengalami kesulitan karena ide-ide yang ingin disampaikan

7
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2011), hal. 9
terlalu umum dan banyak yang tidak dimengerti oleh para pelaksana
kurikulum.8
d. Kurikulum sebagai Hasil Belajar
Kurikulum dalam dimensi ini merupakan kurikulum yang
susungguhnya terjadi di lapangan (real curriculum). Peserta didik
mungkin saja memikirkan kurikulum sebagai ide, tetapi apa yang
dialaminya merupakan kurikulum sebagai kenyataan. Antara ide dan
pengalaman mungkin sejalan, tetapi mungkin juga tidak. Banyak ahli
kurikulum yang masih mempertentangkan dimensi ini, dalam arti apakah
suatu kegiatan termasuk kurikulum atau bukan.
Meskipun demikian, banyak juga ahli kurikulum yang memandang
bahwa suatu kegiatan, aktivitas, atau proses termasuk kurikulum.
Pengertian kurikulum sebagai dimensi aktivitas memandang kurikulum
merupakan segala aktivitas dari guru dan siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah.

Kurikulum harus dimaknai dalam satu kesatuan yang utuh. Jika


suatu kegiatan tidak termasuk kurikulum, berarti semua kegiatan di
sekolah atau di luar sekolah (program latihan profesi atau kuliah kerja
nyata) tidak termasuk dalam kurikulum. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semua kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah atas
tanggung jawab sekolah merupakan bagian dari kurikulum.9

e. Kurikulum sebagai Suatu Disiplin Ilmu


Hasil belajar adalah kurikulum, tetapi kurikulum bukan hanya hasil
belajar. Hasil belajar merupkan bagian dari kurikulum yang terdiri atas
berbagai domain, meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-
nilai. Secara teoretis, domain hasil belajar tersebut dapat dipisahkan,
tetapi secara praktis domain tersebut harus bersatu. Kurikulum sebagai
hasil belajar merupakan kelanjutan dan dipengaruhi oleh kurikulum
sebagai kegiatan dan kurikulum sebagai ide10.

8
Ibid., hal. 9-10
9
Ibid., hal. 10
10
Ibid., hal. 11
Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum
sangat memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai
dengan apa yang telah direncanakan dan yang menjadi tujuan dari
kurikulum tersebut.
f. Kurikulum sebagai Suatu Sistem
Sebagai suatu disiplin ilmu, berarti kurikulum memiliki konsep,
prinsip, prosedur, asumsi, dan teori yang dapat dianalisis dan dipelajari
oleh pakar kurikulum, peneliti kurikulum, guru atau calon guru, kepala
sekolah, pengawas, atau tenaga kependidikan lainnya yang ingin
mempelajari tentang kurikulum. Semua peserta didik dari berbagai
jenjang pendidikan wajib mempelajari tentang kurikulum. Tujuan
kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu adalah untuk mengembangkan
ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.11

C. Konsep Model Kurikulum

Empat aliran atau teori pendidikan memiliki model konsep kurikulum dan
praktik pendidikan yang berbeda. Model konsep kurikulum dari teori
pendidikan klasik disebut kurikulum akademis, pendidikan pribadi disebut
kurikulum humanistik, teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis, dan
dari pendidikan interaksionis disebut kurikulum rekostruksi sosial.

a. Kurikulum subjek akademis


Kurikulum sebagai subjek akademis adalah model konsep tertua dan
masih sering dipakai sampai saat ini, karena kurikulum ini cukup praktis,
mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum subjek
akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme)
yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan. Kurikulum ini, orang yang berhasil dalam belajar adalah orang
yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang disediakan
atau dipersiapkan oleh guru.
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis, yaitu:

11
Ibid., hal. 11-12
1. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan.Murid-murid belajar
bagaimana memperoleh dan menguji fakta, serta bukan mengingatnya.
2. Studi yang bersifat integratif
Pengorganisasian tema-tema berdasarkan fenomena-fenomena alam,
proses kerja ilmiah dan problema-problema yang ada. Maka,
dikembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi (kurikulum
terintegrasi). Ada beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan:
 Tetapkan tema-tema yang membentuk kesatuan kesatuan.
 Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu.
 Menyatuka berbagai cara / metode belajar.
3. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Ciri-ciri subjek subjek akademis:
 Bertujuan untuk memberikan ide pengetahuan yang solid serta melatih
para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
 Metode yang paling sering digunakan adalah metode ekspositori dan
inkuiri.
 Materi / ide-ide yang diberikan oleh guru yang kemudian dielaborasi
oleh siswa sampai terkuasai, dengan proses berikut: konsep utama
disusun secara sistematis, kemudian dikaji, selanjutnya dicari berbagai
masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara penyusunannya.

Jadi analisisnya kurikulum subjek akademis adalah bersumber dari pendidikan


klasik yang berorientasi pada masa lalu dan lebih mengutamakan pada
pendidikan. Kurikulum ini memiliki 3 pendekatan yaitu struktur pengetahuan,
mengelompokan berbagai tema dengan fenomena, dan pendekatan yang paham
pada dasar-dasar. Kurikulum subjek akademis ini untuk dapat memberikan ide
karena metode ini paling sering digunakan.

b. Kurikulum Humanistik
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi
(persoznalized educationi) yaitu John Dewey dan JJ Rousseau. Konsep ini
lebih mengutamakan siswa yang merupakan subjek yang menjadi pusat utama
kegiatan pendidikan. Selain itu, pendidik humanis lebih juga berpegang pada
konsep Gestalt, bahwa seorang anak merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan
saja dari segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi,
sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).Ada tiga aliran yang termasuk dalam
pendidikan humanistik, yaitu:
1. Pendidikan Konfluen, menekankan keutuhan pribadi, individu harus
merespons secara utuh (baik segi pikiran, perasaan, maupun tindakan),
terhadap kesaruan yang menyeluruh dari lingkungan.
2. Kritikisme Radikal, pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak
menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.
3. Mistikisme Modern, yaitu perasaan yang menekankan latihan dan
pengembangan kepekaan, kehalusan budi pekerti, melalui pelatihan
kepekaan, yoga, meditasi, dan sebagainya.

Kurikulum konfluen memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut:


1. Partispasi, Kurikulum ini STD dalam belajar.
2. Integrasi, adanya interaksi, interpenetrasi, dan Integrasi dari pemikiran,
perasaan dan tindakan.
3. Relevasi, adanya kerelevanan adalah kurikulum antara kebutuhan, minat
dan kehidupan murid.
4. Pribadi anak, memberikan tempat utama pada pribadi anak untuk
berkembang dan beraktualisasi potensi secara utuh.
5. Tujuan, memiliki tujuan mengembangka pribadi yang utuh.

Dalam evaluasi, kurikulum humanistik lebih mengutamakan proses dari


pada hasil, dan tidak memiliki kriteria kriteria yang diambil. Sasaran kurikulum
ini adalah perkembangan anak agar menjadi manusia yang lebih terbuka dan
lebih mandiri.
Jadi analisisnya kurikulum humanistik adalah siswa sebagai subjek utama
dalam kegiatan pendidikan yang diarahkan kepada membina yang utuh dalah
segi fisik, intelektual, sosial, dan afektif. Ada 3 aliran di dalamnya menekankan
keutuhan pribadi (konfluen), mengembangkan potensi anak (Kritikisme
Radikal), dan menekankan pelatihan kepekaan (Mistikisme Modern).

c. Kurikulum Rekonstruksi Sosial


Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema
yang dihadapinya dalam masyarakat. Pada kurikulum ini, pendidikan bukan
upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan kerja sama. Kerja
sama dan interaksi yang terjadi bukan hanya antara guru dan siswa, melainkan
antara siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan serta siswa dengan
sumber belajar lainnya. Ciri-ciri desain kurikulum rekonstruksi sosial adalah
sebagai berikut:
1. Bertujuan utama menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman,
hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang gangguan manusia
dalam masyarakat.
2. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang kedekatan.
3. Pola-pola organasi Kurikulum ini disusun seperti sebuah roda, ditengah-
tengahnya sebagai poros merupakan masalah yang menjadi tema utama.
Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen yang sama
dengan model kurikulum lain tetapi isi dalam bentuk-bentuknya
berbeda. Kurikulum sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan
akan direncanakan mempunyai komponen-komponen pokok tujuan, isi,
organisasi, dan strategi.12

Jadi analisisnya kurikulum Rekonstruksi Sosial adalah focus pada


problema yang dihadapi masyarakat karena pendidikan ini bukan hanya guru
dan siswa melainkan siswa dengan siswa atau dengan lingkungan dan sumber
belajar lainnya. Kurikulum ini mengajarkan siswa untuk sanggup menghadapi
tantangan kegiatan belajar yang di pusatkan pada masalah sosial.

d. Kurikulum Teknologis
Perkembangan teknologi pada abad ini sangat pesat. Perkembangan
teknologi tersebut mempengaruhi semua bidang, termasuk bidang

12
Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar PengembanganKurikulumSekolah, (Yogyakarta: BPFE,
2008), hal. 9-11
pendidikan. Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan bidang
pendidikan dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
1. Perangkat lunak (software) atau disebut juga teknologi sistem (system
technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan pada penggunaan alat-alat
teknologis yang menunjang efisiensi dan kewenangan pendidikan.
2. Perangkat keras (hardware) atau sering disebut juga teknologi alat (tools
technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan pada penyusuna program
atau rencana pembelajaran dengan menggunakan sistem pendekatan.

Ciri-ciri kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologis


pendidikan (Kurikulum teknologis), yaitu:
1. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi
dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan
instruksional.
2. Metode yang digunakan biasanya bersifat individual, kemudian pada saat
tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara
kelompok. Pelaksanaan menjalankan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut.
- Penegasan tujuan kepada siswa.
- Pelaksanaan sistem
- Pengetahuan tentang hasil
- Organisasi bahan ajar
- Evaluasi
3. Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kriteria,
yaitu:
a. Prosedur pengembagan kamus dan disempurnakan oleh Kurikulum
yang lain.
b. Hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa
diuji coba ulang, dan agarnya memberikan hasil yang sama.
Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah penanganan pada
kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat bantu, bukan hanya
sebagai alat bantu, tetapi bersatu dengan program pengolahan dan
pelayanan pada penguasaan kompetensi.

Jadi analisisnya kurikulum adalah dalam pengembangan kurikulum


teknologis kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media
elektronik serta media cetak. Pengembangan yang betul-betul berstruktur
dan bersatu dengan alat dan media yang membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Ini merupakan hambatan utama dalam pengembangan kurikulum
teknologis.
Kesimpulan

Kurikulum adalah bagian penting dalam pendidikan dimana kualitas suatu


Negara ditentukan oleh kualitas pendidikan. Meskipun banyak definisi
kurikulum yang satu dengan yang lain saling berbeda, dikarenakan dasar
filsafat yang dianut oleh para penulis berbeda-beda. Walaupun demikian ada
kesamaan satu fungsi, yaitu bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kurikulum mengandung sekian banyak unsu konstruktif
supaya pembelajaran berjalan dengan optimal. Sejumlah pakar kurikulum
berpendapat bahwa jantung pendidikan berada pada kurikulum. Baik dan
buruknya hasil pendidikan ditentukan oleh kurikulum, apakah mampu
membangun kesadaran kritis terhadap peserta didik ataukah tidak. Dengan
demikian, kurikulum memegang peran penting bagi keberhasilan sebuah
pendidikan dan bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Marsh, Colin J..2009. Key Concept for Understanding Currculum. Britain:


Routledge. -4th ed.

Zainal Arifin. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Burhan Nurgiyantoro. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.


Yogyakarta: BPFE. hal. 9-11

Anda mungkin juga menyukai