Anda di halaman 1dari 13

ANALISA KASUS SISTEM ENDOKRIN (KANKER PANKREAS)

KASUS
Tn. A berumur 59 tahun keadaran compos mentis beragama islam pasien
mengatakan sudah 2 hari merasa mual muntaH, pusing, berat badan menurun dan
gangguan pernafasan, pasien mengatakan sering merasakan sakit ulu hati , ayah pasien
pernah menderita diabetes mellitus. Hasil pemeriksaan fisik S: 38°C, N: 64 x/mnt, TD:
100/70 mmHg, RR: 26 x/mnt, BB: 45Kg. saat palpasi pada bagian dada terdapat nyeri
tekan, inspeksi abdomen terdapat pembesaran abnormal
Kuadran I:
Hepar  hepatomegali(+), nyeri tekan(+), shifting dullness
Kuadran II:
Gaster  nyeri tekan abdomen(+), distensi abdomen(+)
Lien  splenomegali
Kuadran III:
Massa (skibala, tumor)(+), nyeri tekan(+)
Kuadran IV:
Nyeri tekan pada titik Mc Burney(+)
Perkusi     : batas – batas hati (ada pembengkakan pada KW1)
Auskultasi: bising usus (+), borborygmi (-), hiperperistaltik (+), hipoaktif(+)
a. Sistem Perkemihan
BAK        : > 1500 ml / 24 jam, penggunaan kateter (-), gatal (+)
Ginjal
Inspeksi    : pembesaran daerah pinggang (+)
Palpasi      : nyeri tekan (+)
Perkusi     : nyeri ketok (-).
b. Sistem Muskuluskeletal
Inspeksi                : Pembengkakan (+)
Palpasi                  : kekakuan sendi (-)& nyeri (+)
Warna Kulit         : perubahan warna kulit (+)
Kekuatan otot      :
                                                     4          4
                                                                            
                                                     4          4

c. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Kepala
Inspeksi    : distribusi rambut, ketebalan, kerontokan
Leher      
Inspeksi    : pembesaran kelenjar thyroid (-), perubahan warna (+)
Palpasi      : nyeri tekan (+).
d. Sistem Reproduksi
Anamnesa : keluhan waktu coitus (kemampuan ereksi ,rasa nyeri, ejakulasi dini)
Genetalia
Inspeksi    : kebersihan, odema (-), benjolan (-)
Palpasi      : nyeri tekan (+)
e. Sistem Persepsi Sensori
Mata
Inspeksi    : kesimetrisan mata (+)
Palpasi      : nyeri tekan (-), pembengkakan kantong mata (-)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
B. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
C. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakiy (mis. Infeksi, kanker)
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
1. Manajemen nyeri
a. Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
c. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk megurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Pemberian analgesic
a) Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analagesik (mis. Narkotika, non narkotik, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelm dan sesudah pemberian analgesic
 Monitor efektifitas analgesic
b) Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal,jika
perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengobtimalkan respons pasien
 Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
c) Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
d) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
B. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
1. Manajemen nutrisi
a. Obsrvasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
di toleransi
c. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika perlu
 Ajarka diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
2. Promosi berat badan
a. Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB berkurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, elektrolit serum
b. Terapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis. Makanan dengan
teksur halus, makanan yang di blender, makanan cair yang diberikan melalui
NGT atau gastrostomy, total perenteral nutrion sesuai indikasi)
 Hidangkan makanan secara menarik
 Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pad pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai
c. Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
C. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
1. Manajemen hipertermia
a. Observasi
 Indikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
b. Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipertermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen dan aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
c. Eedukasi
 Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
ANALISA KASUS SISTEM PENCERNAAN

KASUS

Tn. A sudah 5 hari ini mengeluh badannya terasa lemas, nafsu makan hilang.
Setiap kali makan Tn. A selalu mengeluh mual dan ingin muntah. Bila terkena makanan
yang pedas ulu hatinya terasa nyeri skala nyeri 6. Tiga hari ini Tn. A mulai sering mual
dan muntah, berat badannya dari 56 kg turun menjadi 48 kg. Suhu badannya 38,2⁰C,
nadi = 88 x/menit dan TD 130/90 mmHg. Tn. A lali dibawa ke rumah sakit dan
didiagnosa Typhus Abdominalis. Oleh dokter Tn. A disarankan untuk opname. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan lidah Tn A kotor berwarna putih, wajah pucat. Terdapat
nyeri tekan pada perut bagian kiri atas. Setiap kali makan, Tn. A hanya mampu
menghabiskan ½ dari porsi yang disajikan. Pada auskultasi didapatkan bising usus 10
x/menit. Pada pemeriksaan fisik di sistempencernaan didapatkan adanya gangguan,
begitu pula pada system-system lainnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nurien


B. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
C. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nurien
1. Manajemen gangguan makan
a. Observasi
 Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
b. Terapeutik
 Yimbang berat badan secara rutin
 Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang
sesuai
 Lakukan kontrak perilaku (mis. Targer berat badan, tanggung jawab perilaku)
 Dampingi kekamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali
makanan
 Berikan pengutan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku
 Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
 Rencanakan program pengobatan untuk perawatan dirumah (mis. Mesis,
konseling)
c. Edukasi
 Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan (mis. Pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebih)
 Ajarkan pengaturan diet yang tepat
 Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
d. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan
pilihan makan
2. Manajemen nutrisi
a. Obsrvasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
di toleransi
c. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika perlu
 Ajarka diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
B. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
1. Manajemen nyeri
a. Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
c. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk megurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Pemberian analgesik
a. Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analagesik (mis. Narkotika, non narkotik, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelm dan sesudah pemberian analgesic
 Monitor efektifitas analgesic
b. Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal,jika
perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengobtimalkan respons pasien
 Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
c. Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
C. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
1. Manajemen hipertermia
a. Observasi
 Indikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
b. Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipertermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen dan aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
c. Eedukasi
 Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai