oleh:
Dudella Desnani Firman Yasin
NIM 156070300111034
Judul Jurnal:
Assessment of knowledge and skills of triage amongst nurses working in the emergency
centres in Dar es Salaam, Tanzania
Penulis:
1. Robert Aloyee
2. Sebalda Leshabari
3. Petra Brysiewicz
Sumber:
African Journal of Emergency Medicine (2014) 4, 14–18
Identifikasi Masalah:
Triage adalah sebuah kunci dalam sebuah Pusat pelayanan gawat darurat. Triage bertujuan
untuk memprioritaskan keselamatan pasien dengan memastikan waktu perawatan dan sumber
daya yang dibutuhkan berdasarkan derajat keparahan atau derajat suatu penyakit. Triage juga
merupakan suatu usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan
sumber daya yang ada. Perawat di ruang gawat darurat merupakan orang pertama yang
ditemui oleh pasien ketika pasien datang ke unit pelayanan gawat darurat. Pengetahuan dan
pengalaman perawat merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam suatu pengambilan
keputusan. Dalam pengambilan keputusan sangat didukung dengan pengetahuan dimana
ketika pengetahuan perawat tinggi maka akan menghasilkan suatu peningkatan pengambilan
keputusan. Oleh karena itu kemampuan perawat dalam hal triage sangat penting untuk
keselamatan pasien dan kebutuhan pasien yang mendesak untuk diberikan suatu intervensi
yang tepat agar didapatkan suatu pelayanan yang efektif.
Tujuan Penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan ketrampilan perawat
dalam hal melakukan sebuah triage yang bekerja pada pelayanan gawat darurat di Dar es
rumah sakit Salaam, Tanzania
Metode:
Studi ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif cross-sectional dan berdasarkan
pengamatan. Penelitian ini dilakukan di ruang pelayanan gawat darurat rumah sakit nasional
dan tiga rumah sakit kabupaten kota di Dar es Salaaam, Tanzania. Populasi dalam penelitian
ini adalah perawat yang bekerja di pelayanan gawat darurat yang bekerja di rumah sakit yang
disebutkan diatas yaitu sebanyak 66 perawat. Karena sedikit maka tidak dilakukan untuk
ukuran sampel dan tidak ada sampling. 30 perawat berasal dari ED rumah sakit nasional dan
12, 12, dan 8 berasal dari rumah sakit kabupaten atau kota lainnya yang bekerja di pelayanan
gawat darurat. Pembelajaran diberikan pada semua perawat yang terdaftar dan bekerja pada
pelayanan gawat darurat dari setiap rumah sakit yang dipilih kecuali perawat yang sedang
cuti pada saat dilakukan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan tiga instrument yaitu ; 1. Kuesioner terstruktur, 2. Sebuah checklist
pengamatan dan 3. Peralatan triage catatan audit. Kuesioner yang digunakan merupakan
suatu pengembangan yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan literatur tentang triage di
pelayanan gawat darurat dan berdasarkan saran para ahli yaitu dokter dan perawat yang telah
dikonsultasikan. Kuesioner terdiri dari 17 pertanyaan meliputi ; Data demografi, pengetahuan
triage, batas waktu penungguan, dan meprioritaskan kategori perawatan. Pengisian kuesioner
membutuhkan waktu 30 menit. Checklist observational digunakan untuk mengamati
ketrampilan triage dari responden ketika melakukan triage. Peralatan triage penilaian catatan
audit dilakukan dengan menggunakan peralatan triage dasar (Termometer, oximeters pulsa,
mesin tekanan darah, glukometer dan lain-lain) serta bentuk-bentuk penilaian triage, pedoman
triage/ kebijakan dan pengkajian skala nyeri. Data dikumpulkan dari bulan April sampai Juni
2010.
Kesimpulan:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang bekerja di EC Harus
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam hal triage, karena pengetahuan tentang
triage dapat memunculkan suatu pengambilan keputusan secara detail dan teliti. Penilaian
triage tidahk hanya dilakukan dalam kamar triage namun harus dilakukan secara terus
menerus atau dilakukan re-assesment. EC tanpa perawat triage dapat mengakibatkan
penundaan yang berpotensi mematikan bagi pasien. Kurangnya peralatan dasar untuk
penilaian juga ditemukan menjadi faktor yang memberikan kontribusi untuk penundaan, ini
dapat mengakibatkan kegagalan sehingga mengarah pada keakuratan pengambilan keputusan.
Aplikasi di Indonesia:
Hasil penelitan diatas sangat sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia dimana di
Indonesia masih banyak perawat yang belum memiliki pelatihan khusus triage dengan adanya
faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan triage diharapkan di Indonesia juga bisa
mengadakan suatu pelatihan khusus pada perawat yang bekerja di departemen emergency
agar penilaian triage dapat secara tepat dilakukan. Di penelitian ditemukan bahwa faktor-
faktor yang paling penting yang berhubungan dengan pasien yaitu pengalaman dan keterampilan
di dalam faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan staf yaitu tanda-tanda vital pasien dan tipe
dari penyakit. Selain itu, ditemukan bahwa dasar dari pembuatan dan pengambilan keputusan
berkaitan dengan staf dan faktor-faktor bukan staf yang berhubungan dengan pasien adalah benar.
Dengan demikian jika terdapat kurang pengetahuan tentang triage dalam ECs di Rumah sakit
maka perlu untuk mendirikan suatu program pelatihan yang berbasis unit formal yang akan
membantu untuk membangun dan meningkatkan pengetahuan perawat darurat dan dengan
adanya ketrampilan tentang prioritas penanganan pasien dapat mencegah terjadinya kematian dan
kecacatan di Indonesia.
Critical Appraisal
Safety of telephone triage in out-of-hours care: A systematic review
Oleh: Rismawan Adi Yunanto
Judul Jurnal:
Safety of telephone triage in out-of-hours care: A systematic review
Penulis:
1. Linda Huibers
2. Marleen Smits
3. Vera Renaud
4. Paul Giesen
5. Michel Wensing
Sumber:
Scandinavian Journal of Primary Health Care, 2011; 29: 198–209
Identifikasi Masalah:
Telephone triage adalah salah satu metode yang ditawarkan kepada pasien yang
membutuhkan bantuan dalam rangka menjamin tercapainya konsep keselamatan pasien
(patient safety). Kondisi ini diutamakan ketika pasien tidak berada dekat dengan tenaga
medis ataupun pelayanan medis yang tidak dapat terkontrol secara langsung. Telephone
triage di beberapa negara dapat dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga non medis. Studi
sebelumya menjelaskan bahwa telephone triage menjamin terpenuhinya konsep patient safety
pada kondisi pelayanan out-of-hours.
Tujuan Penelitian:
Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan telephone triage
dalam out-of-hours care ditinjau dari aspek patient safety
Metode:
Studi ini adalah sistematik review yang dilakukan dengan melakukan kajian pada riset
tentang telephone triage dalam pelayanan out-of-hours dan berfokus pada telephone triage
oleh pasien yang membutuhkan bantuan segera. Database yang digunakan adalah PubMed
dan EBASE dengan karakteristik adalah yang terpublish diatas bulan Maret tahun 2010. Kata
kunci pencarian yang telah dilakukan adalah: (telephone AND (triage OR consult ∗ OR
hotlines)) AND (harm ∗ OR safe ∗ OR mortality OR hospitalisation OR accuracy OR
appropriateness OR sensitivity OR specifi city OR (patient simulation) OR incident OR
(adverse outcome) OR (adverse event) OR error) .
Inklusi terhadap penelitian dan ekstraksi terhadap data-data yang didapat dilakukan
sendiri oleh peneliti secara mandiri. Dua tipe post-hoc studi telah dilakukan dalam review ini
dengan observational studies dengan kontak langsung pada pasien (unselected and highly
urgent contacts) dan prospective observational studies dengan menggunakan pasien yang
memiliki resiko tinggi (with a highly urgent health problem).
Hasil dan Pembahasan:
Tiga belas studi observasional menunjukkan bahwa pada average triage, 97% pasien
aman (95% CI 96.5 – 97.4%) dari seluruh pasien yang berada pada kondisi out-of-hours dan
89% (95% CI 86.7 – 90.2%) pasien dengan high urgency. Sepuluh studi yang menggunakan
simulasi pasien resiko tinggi menunjukkan bahwa pada rata-rata 46% (95% CI 42.7 – 49.8%)
dalam kondisi yang aman. Adverse events mendeskripsikan bahwa dalam studi didapatkan
nilai mortalitas (n=6 studi), hospitalisasi (n=5), kedatangan di pelayanan emergency (n=1),
dan medical errors (n=6).
Di beberapa negara, telephone triage memiliki peran yang sangat krusial dalam
memberikan pelayanan terhadap kondisi out-of-hours pada pasien yang sedang tidak berada
dekat dengan pelayanan kesehatan. Kondisi ini juga memiliki keuntungan untuk dapat
mengontrol kondisi overload kerja dari tenaga kesehatan dan juga biaya yang tinggi ketika
harus menjamin keamanan yang sangat tinggi pada proses pelayanan pasien secara langsung.
Komputerisasi yang tepat akan memberikan kemudahan bagi tenaga medis dalam proses
mengoperasikan telephone triage yang menjadi sarana dalam memberikan pelayanan yang
baik pada fase out-of-hours. Pendekatan lain yang perlu dilakukan adalah dengan dengan
memberikan pelatihan yang tepat kepada perawat yang bertanggung jawab terhadap
telephone triage. Pembuatan protokol yang tepat terkait assessment awal akan sangat
membantu perawat dalam melakukan skoring pada fase telephone triage untuk menentukan
urgensi dar pasien yang sedang membutuhkan pertolongan. Pendidikan dan pelatihan pada
perawat yang bertanggung jawab pada telephone triage sangat memegang peranan penting
dalam berespon terhadap panggilan yang urgent dan akan memberikan respon yang tepat
terhadap kondisi yang dihadapi
Kesimpulan:
Berdasarkan telaah literature yang telah dilakukan diketahui bahwa upaya
peningkatan pasien safety dalam pelaksanaan telephone triage pada pasien dengan kondisi
high risk masih sangat terbuka lebar. Belum familiar nya dan masih jarangnya penggunaan
triage melalui telephone ini kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi perawat dalam
pelaksanaan praktek klinik sehari-hari.
Aplikasi di Indonesia:
Hasil penelitian ini sangat visible untuk dapat dilakukan di Indonesia karena fakta
yang terjadi di Indonesia adalah sudah terdapat EMS di beberapa rumah sakit besar dan
memiliki efek yang sangat baik dalam berespon terhadap kondisi kegawatdaruratan.
Telephone triage dapat menjadi bagian dari EMS yang telah berjalan di Indonesia dan dapat
dioptimalkan sebagai salah satu media telenursing yang belum banyak dikembangkan di
Indonesia. Sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia sudah sangat memadai untuk dapat
mengaplikasikan telephone triage dalam memberikan respon terhadap kondisi
kegawatdaruratan yang diterima oleh perawat yang bertugas dalam telephone triage.