1 SM PDF
1 SM PDF
ABSTRAK
Latar Belakang Kejahatan seksual adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
terhadap orang lain yang menimbulkan kepuasan seksual bagi dirinya dan mengganggu
kehormatan orang lain. Bantuan dokter dalam kasus kejahatan seksual berupa pemeriksaan
pada korban baik itu pemeriksaan fisik maupun pengumpulan sampel dari tubuh korban.
Namun dalam kenyataan di lapangan sangat sulit bagi dokter untuk melakukan hal – hal
tersebut.
Tujuan Untuk mengetahui bagaimana aspek medis kasus kejahatan seksual
Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel adalah rekam medis kasus
kejahatan seksual di dua rumah sakit di kota Semarang yaitu RSUP dokter Kariadi dan RSUD
Dokter Adhyatma MPH. Data rekam medis yang diperoleh dicatat menggunakan draft yang
mengacu pada standar WHO terhadap kasus kejahatan .
Hasil Didapatkan 95 kasus kejahatan seksual dari tahun 2015 – 2016 yang dilaporkan pada
RSUP dokter kariadi dan RSUD dokter Adhyatma, MPH. 90% dari total kasus menerima
informed consent yang diberikan oleh dokter. 57 % kasus terdapat hasil anamnesis waktu dan
tanggal kejadian, 41 % kasus terdapat hasil anamnesis umum, 68% kasus terdapat hasil
anamnesis riwayat seksual dan riwayat menstruasi korban. 13 kasus mengandung pertanyaan
apa yang dilakukan korban seusdah kejadian, 98% kasus terdapat kronologis kejadian, 94%
kasus terdapat identitas pelaku, sebanyak 74 kasus terdapat lokasi kejadian, 14% kasus
terdapat hasil riwayat obat – obat yang dikonsumsi korban, dan 88 % kasus terdapat deskripsi
jenis kejadian seksual. Sebanyak 97% dari total kasus yang didapat terdapat hasil pemeriksaan
fisik dan sebanyak 80% dari total kasus terdapat hasil pemeriksaan genitalia. Sebanyak 20%
kasus terdapat dokumentasi pemeriksaan. Sebanyak 5% dari total kasus hasil pemeriksaan
swab dan cairan sperma, sebanyak 1% dari total kasus yang dilakukan pemeriksaan darah dan
urin. 17% dari total kasus terdapat hasil pemeriksaan kehamilan.
Kesimpulan Aspek Medis Kejahatan seksual meliputi informed consent, anamnesis,
pemeriksaan fisik yang terdiri dari pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan Top to Toe, dan
pemeriksaan genital, Pemeriksaan penunjang yang terdiri dari pengambilan swab dan
pemeriksaan cairan sperma, pemeriksaan darah dan urin, dan pemeriksaan kehamilan. Dokter
dalam Kasus kejahatan seksual juga berperan dalam pengumpulan barang bukti pada tubuh
korban.
Kata kunci : Kejahatan Seksual, Aspek Medis, Peran dokter dalam Kasus kejahatan Seksual
ABSTRACT
MEDICAL ASPECT OF SEXUAL ABUSE
Background sexual abuse is any act perpetrated by a person against another person that
creates sexual pleasure for himself and disrupt the honor of another person. Doctor Assistance
in the case of Sexual Abuse case is examination on the victim either physical examination or
collecting sample from victim’s body, but in reality it is very difficult for doctor to do the
examination of sexual abuse victim.
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 1012-1029
1012
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Sie Ariawan Samatha, Tuntas Dhanardhono, Sigid Kirana Lintang Bhima
yang dikeluarkan oleh WHO dan National Seksual tahun 2015 -2016
rekam medis.
Usia Korban
Dalam penelitian ini didapatkan 19
Dewasa;
kasus kejahatan seksual yang dilaporkan di 23
kasus yang ditangani oleh dokter spesialis kasus didapatkan anamnesis waktu dan
kasus ditangani oleh dokter spesialis kasus terdapat anamnesis umum. Sebanyak
oleh dokter umum. (Gambar 4.) hubungan seksual terakhir korban dan
riwayat menstruasi. Sebanyak 13 ( 14% )
Dokter pemeriksa Kasus
Kejahatan
Dokter Seksual kasus didapatkan apa yang dilakukan
Spesialis
Kandungan korban sesudah mengalami kejahatan
dan Dokter
Kebidanan; Spesialis seksual. 93 ( 98% ) kasus terdapat riwayat
10; 11% Forensik;
19; 20% kronologis kejadian. Sebanyak 90 ( 94% )
kasus kejahatan seksual diketahui identitas
pelaku. 64 ( 67% ) kasus ditanyakan lokasi
dan keadaan sekitar tempat kejadian kasus
Dokter
Umum; 66; kejahatan seksual. Sebanyak 13 ( 14% )
69%
kasus ditanyakan riwayat obat – obat yang
dikonsumsi korban sebelum dan saat
Gambar 4. Grafik Dokter Pemeriksa Kasus kejadian berlangsung dan sebanyak 84% (
Kejahatan Seksual
Pemeriksaan swab dan Cairan 5 ( 5% ) bertindak secara hati – hati dan teliti. 13
sperma Informed consent dalam tindakan
Pemeriksaan darah dan urin 1 ( 1% ) pemeriksaan kejahatan seksual berperan
Pemeriksaan Kehamilan 12 ( 13 % ) untuk menghindari permasalahan yang
menyangkut aspek hukum dikemudian
Dokumentasi Foto Hasil Pemeriksaan hari. Informed consent juga berperan
Dalam penelitian ini didapatkan dalam mencegah dokter pemeriksa untuk
sebanyak 19 ( 20% ) kasus memiliki melakukan tindakan yang mengganggu
dokumentasi pemeriksaan yang dilakukan privasi dari pasien dan melakukan tindakan
oleh dokter pemeriksa dan sebanyak 76 ( yang tidak nyaman kepada pasien. 13
80% ) kasus tidak memiliki foto
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 1012-1029
1019
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Sie Ariawan Samatha, Tuntas Dhanardhono, Sigid Kirana Lintang Bhima
Informed consent menurut WHO sudah melebihi dari lima hari akan
juga sangat penting apabila terdapat membingungkan dokter dalam hasil
permasalahan hukum yang mewajibkan pemeriksaan cairan sperma.17
dokter pemeriksa untuk mengambil Anamnesis Umum
persetujuan dari korban kejahatan seksual Pemeriksaan Anamnesis umum
mengenai tindakan yang dilakukan menurut WHO bertujuan untuk membantu
terhadap korban.14 dokter dalam melakukan tatalaksana awal
Peran Informed consent menurut yang harus dilakukan saat pasien pertama
M. Helmi MD , M.Sc. sangat penting hal kali datang atau mengatasi kedaruratan
ini dikarenakan bahwa semua tindakan korban kejahatan seksual.18
medis harus dapat dipertanggung Anamnesis umum dalam A
jawabkan, baik dari segi biaya, prosedur, National Protocol for Sexual Assault
sampai dengan komplikasi yang dapat Medical Forensic Examination berperan
terjadi, sehingga informed consent dalam mempengaruhi hasil pemeriksaan
merupakan hak dari pasien untuk yang nanti akan dilakukan oleh dokter.19
mengetahui semua tindakan yang akan Riwayat Menstruasi dan Riwayat
dilakukan terhadap dirinya.15 hubungan seksual sebelumnya
Aspek Anamnesis Pemeriksaan HPHT menurut
Waktu dan Tanggal Kejadian William Ernohazy Jr., MD sangat penting
Anamnesis waktu tempat tanggal dan berguna bagi dokter untuk
kejadian berperan penting dalam memfasilitasi korban yang hamil akibat
pemeriksaan kasus kejahatan seksual. kasus kejahatan seksual serta untuk
Anamnesis waktu dan tanggal kejadian memfasilitasi korban dalam pencegahan
membantu dokter dalam menentukan tanda penyakit menular seksual yang diakibatkan
klinis pada tubuh korban seperti bekas oleh pelaku kejahatan seksual.20
perlukaan dan warna kemerahan pada Pemeriksaan HPHT dan riwayat
16
tubuh korban . hubungan seksual sebelumnya menurut A
Tamkin Khan dalam jurnal yang National Protocol for Sexual Assault
berjudul Preventing Rerape : Examination Medical Forensic Examination sangat
of Rape Victim menyatakan bahwa penting untuk menghindari kesalahan
menanyakan waktu dan tanggal kejadian diagnosis apakah perlukaan terjadi akibat
sangat penting karena apabila kejadian
pasangan seksual yang sah atau akibat dari sesudah mendapat tindakan kejahatan
perkosaan. seksual.16
Kronologis Kejahatan Seksual Menanyakan apa yang dilakukan
Tujuan anamnesis kronologis korban sesudah mengalami tindakan
menurut WHO adalah untuk mendapatkan kejahatan seksual memiliki 2 peran penting
informasi mengenai latar belakang yaitu turut dalam membantu penyelidik
kejadian secara runut. Dokter dalam mengumpulkan sampel pelaku dari tubuh
melakukan anamnesis kronologis harus korban dan aktivitas yang dilakukan oleh
mempersilahkan pasien untuk korban tersebut dapat mempengaruhi hasil
menceritakan secara rinci menurut kalimat interpretasi pemeriksaan laboratorium
dan sudut pandang korban. Dokter harus forensik.21
menghindari penggunaan kata yang Identitas Pelaku Kejahatan seksual
bersifat menyudutkan dan menuduh agar Identitas pelaku kejahatan seksual
pasien cenderung membuka diri sehingga yang ditanyakan oleh dokter saat
mau menceritakan secara rinci kronologis melakukan anamnesis terhadap korban
kejadian. Kronologis juga berperan untuk kejahatan seksual sangat penting dalam
menjadi bukti hukum apabila kasus membantu proses hukum dari suatu kasus
tersebut dilanjutkan ke ranah hukum.18 kejahatan seksual.16
Anamnesis kronologis dalam buku Magalhães T dalam jurnal yang
rape investigation handbook sangat berjudul Biological Evidence Management
penting hal ini dikarenakan kronologis for DNA Analysis in Cases of Sexual
merupakan gambaran yang penting untuk Assault menyatakan menanyakan identitas
dokter pemeriksa dalam melakukan pelaku bertujuan untuk mendapatkan data
prosedur pemeriksaan berikutnya. 21 – data yang diperlukan dalam hukum dan
Apa yang dilakukan korban sesudah pembuatan visum et repertum.22
mengalami tindakan kejahatan seksual Lokasi dan Keadaan Sekitar Saat
Pentingnya pemeriksaan ini adalah Terjadinya Kejahatan Seksual
untuk mempermudah dokter dalam Lokasi dan keadaan sekitar saat
melacak sampel yang ditinggalkan oleh terjadinya kejahatan seksual harus
pelaku kejahatan seksual. Korban ditanyakan kepada pasien karena memiliki
kejahatan seksual biasanya merasa kotor makna yang sangat penting. Pemeriksaan
ini harus dilakukan tanpa memberikan
pada tubuh korban dan didokumentasikan. korban adanya suatu objek yang
Hasil dokumentasi ini digunakan sebagai dimasukkan ke lubang anus
barang bukti medis dalam proses hukum Magalhães T dalam jurnal yang
yang merupakan proses penyelesaian suatu berjudul Biological Evidence Management
kasus kejahatan seksual.16 for DNA Analysis in Cases of Sexual
Pemeriksaan top to toe dalam buku Assault menyatakan bahwa pemeriksaan
victim of sexual violence: A hand book of anogenital sangat penting dalam
helper berperan untuk menemukan adanya mengumpulkan bukti – bukti yang
luka – luka yang dialami korban yang akan selanjutnya didokumentasikan untuk
didokumentasikan sebagai barang bukti menjadi barang bukti dalam proses hukum
pada proses hukum korban. Apabila kasus kejahatan seksual.22
terdapat luka pada tubuh korban harus Pemeriksaan Anogenital menurut
dideskripsikan secara detail dan Kliegman R. dalam buku Nelson textbook
didokumentasikan.26 of pediatric berperan dalam menemukan
Pemeriksaan Anogenital luka yang bersifat akut berupa edema,
Peran dokter menurut WHO dalam eritema, petekie, perdarahan atau laserasi,
pemeriksaan anogenital ini terdiri dari18 yang dikonfirmasi dengan menggunakan
1. Memeriksa genitalia eksterna dan kolposkopi untuk dokumentasi yang akan
anus , memeriksa mons pubis , menilai digunakan oleh penyidik dalam proses
labia mayora , labia minora , hymen , hukum suatu kasus kejahatan seksual.27
clitoris dan perineum Dokumentasi Foto Hasil Pemeriksaan
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan Dokumentasi foto yang adekuat
menggunakan spekulum apabila dan tersusun rapi diperlukan dalam kasus
ditemukan adanya darah atau sekret kekerasan seksual. Daftar foto yang
dilakukan swab diambil beserta gambar kolposkopik
3. Memeriksa anus korban dengan disusun dalam penomoran yang baik
menggunakan rectal touche disertai deskripsi foto. Pemetaan tubuh dan
4. Dokter pemeriksa disarankan untuk genitalia digunakan untuk menggambarkan
melakukan pemeriksaan digital rectal cedera.28
examination apabila ketika melakukan Dokumentasi foto hasil
anamnesis didapatkan dari pengakuan pemeriksaan ini menurut Margareth M.
stark berperan bagi dokter dalam meminta
pendapat dan masukkan kepada dokter diperoleh dari tubuh korban diperlukan
lain. Dokumentasi pemeriksaan ini juga untuk pemeriksaan DNA yang dapat
dapat digunakan sebagai media digunakan oleh penyidik dalam
pembelajaran bagi dokter lain dengan tetap menemukan pelaku kejahatan seksual.16
menjaga kerahasiaan pasien. Dokumentasi Peran dokter dalam mengumpulkan
hasil pemeriksaan ini tidak boleh swab dan sampel yaitu30
digunakan untuk kepentingan non medis 1. Melakukan swab sesuai dengan teknik
selain untuk kepentingan hukum. 16 pemeriksaan yang benar
Aspek Pemeriksaan Penunjang 2. Melakukan pemeriksaan terhadap
Pemeriksaan Swab dan Sampel sampel dan swab yang didapat dari
Pemeriksaan Swab dan sampel tubuh korban bila terdapat fasilitas di
menurut Magalhães T dalam jurnal rumah sakit / merujuk sampel kepada
berjudul Biological Evidence Management laboratorium yang lebih berkompeten
for DNA Analysis in Cases of Sexual untuk dilakukan pemeriksaan
Assault sangat penting untuk dijadikan 3. Mampu menjelaskan kepada penyidik
sebagai bukti adanya kontak seksual antara mengenai hasil dari sampel secara
korban dengan pelaku dan membantu detail dan lengkap
penyidik dalam menemukan pelaku Pemeriksaan darah dan urin
kejahatan seksual.22 Pemeriksaan darah dan urin harus
Joanne Archambault menyatakan dilakukan terutama apabila ada riwayat
bahwa 44% tersangka didapatkan dengan konsumsi obat – obat dan alkohol. Peran
menggunakan analisis DNA yang sampel darah dan urin adalah untuk
diperoleh dari pemeriksaan swab dan dilakukan pemeriksaan analisis
sampel, sehingga dengan melakukan toksikologi. Pemeriksaan toksikologi ini
pemeriksaan swab dan pengumpulan sangat dipengaruhi oleh lama waktu ketika
sampel sangat membantu investigasi dan korban meminum obat atau alkohol hingga
29
penyelesaian kasus kejahatan seksual. melapor ke rumah sakit. Semakin lama
Pemeriksaan cairan biologis pada durasi korban melapor sesudah meminum
tubuh merupakan hal yang sangat penting obat atau alkohol maka semakin kecil pula
hal ini dikarenakan hasil dari pemeriksaan zat – zat yang dapat ditemukan dalam
ini digunakan sebagai bukti dalam sebuah darah akibat proses dari metabolisme
kasus kejahatan seksual. Swab yang tubuh.16
dan sampel, pemeriksaan darah dan urin, 2. Diharapkan rumah sakit lebih
pemeriksaan kehamilan dan memperbaik protokol penanganan
pendokumentasian. korban kejahatan seksual disertai
Dalam kasus kejahatan seksual, dengan sistem pencatatan yang
dokter memiliki peran yang sangat penting. terstruktur
Sejak awal datangnya pasien mulai dari
melakukan informed consent, melakukan DAFTAR PUSTAKA
anamnesis yang detail, pemeriksaan fisik 1. Triwijati NKE. Pelecehan Seksual :
yang baik dan menyeluruh yang dilakukan Tinjauan Psikologis. 2007;
pada tubuh korban. 2. Sumera M. Perbuatan Kekerasan
Dokter dalam menangani kasus atau Pelecehan Seksual terhadap
kejahatan seksual tidak hanya berperan Perempuan. Perbuatan Kekerasan
dalam melakukan pemeriksaan fisik atau Pelecehan Seksual terhadap
melainkan juga memiliki peran yang besar Peremp. 2013;Vol. I/No.(3):39–49.
dalam pengumpulan sampel medis yang 3. WHO. Violence against women
digunakan untuk pemeriksaan penunjang [Internet]. November 2016.
guna membantu dalam penyelesaian kasus Available from:
kejahatan seksual. Dokter juga mampu http://www.who.int/mediacentre/fac
dalam mendokumentasikan luka yang tsheets/fs239/en/
dapat digunakan sebagai bahan 4. Perempuan K. Lembar Fakta
pertimbangan dalam penyelesaian suatu Catatan Tahunan (CATAHU)
kasus kejahatan seksual. Peran yang vital Komnas Perempuan Tahun 2013
ini perlu dipahami oleh setiap dokter yang Kegentingan Kekerasan Seksual:
menangani kasus kejahatan seksual agar Lemahnya Upaya Penanganan
bukti – bukti forensik dapat dikumpulkan Negara. 2014;2014. Available from:
secara komprehensif guna penanganan www.komnasperempuan.or.id/.../Le
kasus kejahatan seksual dengan baik. mbar-Fakta-Catatan-Tahunan-
Saran CATAHU- Komnas-Perempuan-
1. Diharapkan setiap dokter untuk Tahun-2014.pdf
meningkatkan kepatuhan dalam 5. Hakimi M, Hayati E, Marlinawati
pengisian form dari kasus kejahatan V. Silence for the sake of harmony.
seksual Domestic violence and women’s