Web Jurnal:
http://ejournal.kemenperin.go.id/jli
Reduksi pencemar limbah cair industri tahu dengan tumbuhan melati air
(Echinodorus palaefolius) dalam sistem kombinasi constructed wetland
dan filtrasi
ABSTRACT
Kata kunci: Tofu industry wastewater contains high organic material which reduces dissolved
constructed wetlands; oxygen, contaminates water, and odor that potentially contaminates and pollutes
jasmine plants receiving surface water. Constructed wetland is one of the recently proven efficient
Echinodorus technologies for wastewater treatment. This is due to vegetation diversity. Constructed
palaefolius; wetland systems have been developed using water jasmine plants combined with filtration
tofu industry systems for the reduction of BOD, TSS, and oil and grease in tofu wastewater as a
wastewater function of detention time. Detention times were varied at 5, 7, 9, 11, 13, and 15 days.
The results revealed that the reduction of BOD, TSS, and oil and grease was influenced
by detention time. The reduction efficiency of BOD, TSS, and oil and grease decreased
with increasing the detention time. The combined system of constructed wetland and
filtration using water jasmine plants effectively reduces the pollution parameters in tofu
industry wastewater with a reduction efficiency for BOD, TSS, and oil and greasel of 52-
95%, 45-67%, and 59-78% respectively with concentration of 97 mg/L, 40 mg/L, and 4.2
mg/L at the detention time of 15 days. This results fulfill the requirement of the liquid
waste standard according to the Minister of Environment Regulation No. 5 year 2014.
© 2018 Penulis. Dipublikasikan oleh Baristand Industri Padang. Akses terbuka dibawah lisensi CC BY-NC-SA
http://dx.doi.org/10.24960/jli.v8i1.3832.39-46 39
Jurnal Litbang Industri - Vol. 8 No. 1, Juni 2018 : 39 – 46
1. Pendahuluan ini adalah bisa hidup pada kondisi yang anaerob (Sri et
al., 2013; Sy, 2006).
Limbah cair industri tahu dihasilkan dari proses Constructed wetland dapat diimplementasikan secara
pembuatan tahu pada saat perendaman, penggumpalan, insitu dan eksitu tapi memerlukan waktu detensi yang
dan pengepresan. Pada umumnya, limbah cair industri cukup lama (Vymazal, 2010). Sistem constructed
tahu memiliki karakteristik berupa pH, TSS (Total wetland dinilai tepat diimplementasikan di Indonesia
Suspended Solids), COD (Chemical Oxygen Demand), karena negara ini kaya akan keragaman jenis vegetasi
BOD (Biochemical Oxygen Demand), amoniak, minyak air. Disamping itu selain CW praktis untuk digunakan,
dan lemak, nitrit, dan nitrat yang tinggi dan masih ia juga tepat guna, sederhana, mudah dan murah dalam
melebihi baku mutu limbah cair yang ditetapkan. Secara pemeliharannya (Kasman et al., 2018). Beberapa
fisik, limbah cair industri tahu berupa cairan kental penelitian yang telah melaporkan bahwa constructed
berwarna putih keruh karena tingginya kandungan wetland dapat menurunkan pencemar organik dan
padatan tersuspensi dan berbau tengik karena tingginya anorganik secara efektif diantaranya adalah dengan
kandungan zat organik (Faisal et al., 2015; Rahayu et al., menggunakan tanaman mensiang (Scirpus grossus L.f),
2017). Proses dekomposisi zat organik oleh (Komala et al., 2007; Sy, 2008b, 2006), teratai
mikroorganisme aerob memerlukan oksigen dalam (Nympahea Firecrest) (Nindra and Hartini, 2015),
jumlah besar untuk memperoleh energi. Proses ini Eceng gondok (Ratnani, 2012), melati air (Echinodorus
menurunkan konsentrasi oksigen terlarut di dalam air palaefolius) (Kasman et al., 2018; Prayitno, 2013;
(Fachrurozi et al., 2010). Sasono and Pungut, 2013), Zantedeschia aethiopica,
Kekurangan oksigen terlarut menyebabkan Strelitzia reginae, Anturium andreanum, Agapanthus
penguraian zat organik dilakukan oleh mikroorganisme africanus (Zurita et al., 2009), Typha angustifolia
anaerob yang mengeluarkan gas asam sulfida (H2S) dan (Weerakoon et al., 2013).
gas metana (CH4) yang berbau seperti telur busuk. Tumbuhan melati air (Echinodorus palaefolius)
Tingginya konsentrasi zat organik dalam limbah cair merupakan tanaman hias yang dapat hidup dalam
tahu termasuk kandungan amoniak akan menyebabkan berbagai musim dan selalu membutuhkan air pada media
terjadinya penurunan kandungan oksigen dalam air tanamnya. Secara taksonomi, melati air dapat
sehingga kebutuhan oksigen biologi dan kebutuhan diklasifikasikan kedalam kingdom Plantae, famili
oksigen kimia dalam perairan tinggi (Belén et al., 2012; Alismataceace, genus Echinodorus dan spesies
Ratnani, 2012). Echinodorus Palaefolius L. (Lestari and Kencana,
Penelitian pengolahan limbah cair industri tahu telah 2015).
banyak dilakukan. Diantaranya adalah dengan Tumbuhan melati air mudah tumbuh, tidak
menggunakan sistem Multi Soil Layering/MSL (Sy, memerlukan perawatan yang khusus dan mempunyai
2008a), menggunakan biofilter (Herlambang, 2001). kemampuan menyerap dan mengurai polutan serta
Falling-film freeze(Belén et al., 2012), Sequencing menurunkan kandungan polutan tersebut. Berdasarkan
Batch Reactor (Rahayu et al., 2017) dan menggunakan penelitian sebelumnya, pengolahan grey water dengan
Constructed wetland (Fachrurozi et al., 2010; Komala melati air pada sistem CW dengan variasi waktu detensi
et al., 2007; Nindra and Hartini, 2015; Sasono and dan kondisi tanaman dapat menurunkan BOD dan TSS
Pungut, 2013; Sy, 2008b, 2006). hingga 79% dan 98% secara berurut (Kasman et al.,
Constructed wetland (CW) merupakan lahan 2018). Hal ini bisa dimungkinkan karena beberapa
artifisial yang dibangun dengan memanfaatkan proses faktor, salah satunya adalah karena sistem perakaran
alami yang melibatkan vegetasi lahan basah tanaman melati air. Sistem perakaran melati air terletak
(hydrophyte), tanah, dan kumpulan mikroba terkait di dasar perairan, reproduksinya fleksibel, kuat, panjang
untuk membantu dalam pengolahan air limbah secara dan menjalar sehingga sangat efektif dalam memperluas
biologi (Vymazal, 2011). CW dirancang untuk area tempat mikroorganisme melekat (Prayitno, 2013;
mengambil keuntungan dari banyak proses yang sama Sasono and Pungut, 2013)
yang terjadi di lahan basah alami, tetapi melakukannya Implementasi CW dapat dikombinasikan dengan
dalam lingkungan yang lebih terkendali. Mekanisme filtrasi untuk meningkatkan efisiensi reduksi pencemar
pengolahan limbah cair pada CW mengacu pada (Vymazal, 2011). Proses filtrasi dengan menggunakan
kemampuan tumbuhan menguraikan dan mereduksi media filter alami dapat menjadi pengolahan primer
pencemar. Secara umum konsep penguraian terdiri atas untuk mengurangi beban pengolahan pencemar sebelum
fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, diolah pada sistem CW. Proses filtrasi sangat diperlukan
fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan intereaksi dengan bila konsentrasi TSS suatu limbah cair tinggi. Pada
mikroorganisme pengurai polutan (Sri et al., 2013; Sy, penelitian ini, pengolahan limbah cair industri tahu
2006; Vymazal, 2010). dilakukan pada reaktor CW yang menggunakan tanaman
Prinsip dasar sistem pengolah limbah pada CW melati air yang dikombinasi dengan sistem filtrasi untuk
adalah pada proses respirasi tanaman hydrophyte yang mengamati efisiensi reduksi parameter pencemar limbah
mampu mengisap oksigen dari udara melalui daun, cair industri tahu meliputi BOD, TSS dan minyak dan
batang, dan akarnya yang kemudian dilepaskan kembali lemak menggunakan sistem kombinasi CW dan filtrasi.
pada daerah sekitar perakaran (rhizosphere). Hal ini
dimungkinkan karena jenis tanaman hydrophyte 2. Metode
mempunyai ruang antar sel atau lubang saluran udara
(aerenchym) sebagai alat transportasi oksigen dari Penelitian dilakukan dengan mengamati pengaruh
atmosfir ke bagian perakaran. Kelebihan lain tanaman variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas
40 http://dx.doi.org/10.24960/jli.v8i1.3832.39-46
Reduksi pencemar limbah cair industri tahu ...... (Monik Kasman et al.)
meliputi waktu detensi atau waktu tinggal limbah saat dilapisi media filter yang terdiri atas pecahan genteng
terjadi proses pengolahan pada sistem kombinasi CW dan ketebalan 6 cm; karbon aktif dengan ketebalan 5 cm;
dan filtrasi. Waktu detensi menentukan waktu atau pasir silika dengan ketebalan 5 cm; dan batu zeolit
lamanya proses kontak yang terjadi antara limbah dengan ketebalan 5 cm. Bak filtrasi berfungsi sebagai
dengan sistem pengolahan. Variabel terikat meliputi bak kontrol dan bak pra pengolahan limbah cair sebelum
konsentrasi akhir pencemar BOD, TSS, dan minyak dan bak sub surface flow wetland. Bak sub surface flow
lemak. Konsentrasi awal dan akhir dari limbah cair wetland mempunyai panjang 1 meter, lebar 30 cm, dan
industri tahu dibandingkan dan dianalisis secara tinggi 30 cm. Lapisan dasar dilapisi batu pecah dengan
deskriptif. Keefektifan reduksi BOD, TSS, dan minyak ketebalan 6 cm, lapisan kedua (atas) adalah tanah humus
dan lemak mengacu pada efisiensi reduksi dan baku dengan ketebalan 15 cm. Lapisan atas ditanami melati
mutu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup air (Echinodorus palaefolius). Instalasi dilengkapi
(PerMen LH) No 5 tahun 2014 tentang baku mutu dengan bak penampung sebagai tempat homogenisasi
limbah cair industri. limbah cair industri tahu. Waktu detensi sangat
dipengaruhi oleh permeabilitas dan konduktivitas
2.1. Alat dan bahan hidrolis media (Prayitno, 2013). Waktu detensi
mempengaruhi efisiensi dan efektifitas pengolahan
Reaktor constructed wetland (CW) terdiri dari bak karena menentukan lamanya kontak antara
filtrasi dan constructed wetland dengan aliran bawah mikroorganisme dengan limbah cair, serta oksigen yang
permukaan (sub surface flow wetland/SSF Wetland) dikeluarkan oleh akar tanaman. Susunan reaktor
yang terbuat dari kaca. Bak filtrasi mempunyai dimensi constructed wetland dapat dilihat pada Gambar 1.
dengan panjang 50 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 30 cm,
2.2. Penanaman dan aklimatisasi melati air dalam sistem CW diaklimatisasi sebagai tahap adaptasi
tanaman dengan limbah dan mencegah terjadinya shock
Penanaman melati air dilakukan dalam pot-pot loading. Pada tahap ini, melati air beradaptasi dengan
tanaman dengan memilih tanah humus sebagai media sifat dan karakteristik limbah cair industri tahu dan
tumbuh. Kondisi media tanam dijaga tetap lembab dan lingkungan hidupnya. Aklimatisasi dilakukan selama 2
basah. Secara teoritis, melati air tumbuh lebih subur di bulan.
lingkungan yang lembab dan basah. Reaktor CW
ditempatkan di luar ruangan (outdoor) dengan cahaya 2.3. Eksperimen
matahari yang cukup. Setelah melati air tumbuh subur,
tanaman dipindahkan ke instalasi reaktor CW dan Eksperimen dilakukan dengan memvariasikan waktu
instalasi dilengkapi dengan bak penampung limbah, bak detensi. Waktu detensi limbah cair industri tahu dalam
penampung air olahan (outlet), dan perpipaan. Sebelum reaktor constructed wetlands, meliputi, 5, 7, 9, 11, 13,
limbah cair industri tahu dialirkan, tanaman melati air dan 15 hari. Pengamatan dilakukan untuk melihat
http://dx.doi.org/10.24960/jli.v8i1.3832.39-46 41
Jurnal Litbang Industri - Vol. 8 No. 1, Juni 2018 : 39 – 46
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu SNI.06-6989.3-2004 (TSS) dan SNI 06-6989.15-2004
BOD (Biochemical Oxygen Demand), (TSS (Total (minyak lemak).
Suspended Solid) dan minyak lemak sebagai parameter
pencemar yang terkandung dalam limbah cair industri 3. Hasil dan pembahasan
tahu, mengacu pada PerMen LH No 5 tahun 2014.
Sampel limbah cair industri tahu berasal dari efluen 3.1. Karakteristik limbah cair industri tahu
Pabrik tahu Sri Rezeki, Daerah Talang Banjar,
Kecamatan Jambi Timur. Sampel limbah cair industri Secara visual sampel limbah cair industri tahu
tahu diambil dan dimasukkan dalam bak penampung berwarna putih keruh dengan endapan dan berbau
limbah. Sampel diambil dengan metoda grab sampling, menyengat. Karakterisasi limbah cair industri tahu
selama tiga hari berturut-turut, kemudian dimasukkan dengan konsentrasi pencemarnya disajikan pada Tabel 1.
dalam bak penampung awal (inlet reaktor). Sampel Dari Tabel 1 terlihat bahwa limbah tahu bersifat asam,
dihomogenkan dengan diaduk secara manual sebelum dengan pH rata-rata 3,827. Selain pH yang tidak
masuk ke reaktor CW. Sampel di bak penampung memenuhi baku mutu, terlihat juga bahwa limbah cair
limbah dialirkan kontinyu secara kaskade ke dalam bak industri tahu memiliki tingkat pencemar organik yang
reaktor menggunakan pipa pvc. Debit dan kecepatan tinggi dengan nilai BOD, COD, TSS d an minyak dan
aliran diatur berdasarkan waktu detensi dengan lemak berturut-turut mencapai 726 - 1929 mg/L, 1474
mengatur katup/ valve (kran inlet). Pengaliran sampel - 2258 mg/L, 128 – 352mg/L dan 19 – 28 mg/L yang
dilakukan selama 15 hari. Sampel air olahan (outlet) telah melewati baku mutu yang ditentukan. Hal ini
diambil pada hari ke-5, ke-7, ke-9, ke-11, ke-13 dan ke- diperkirakan karena bahan baku yang digunakan adalah
15, yang disebut dengan waktu detensi. Sampel uji kedele yang kaya akan protein dan zat organik, serta
dikumpulkan dari inlet (sebelum diolah), outlet bak penggunaan asam asetat dalam proses pembuatan tahu
filtrasi dan outlet bak constructed wetland. Pengujian yang menyebabkan limbah tersebut menjadi asam (Sy,
sampel mengacu pada SNI 6989.72 – 2009 (BOD), 2008a).
Tabel 1.
Konsentrasi parameter pencemar limbah cair industri tahu
Konsentrasi
Parameter Satuan Baku Mutu *
Rata-rata Rentang
Tingginya konsentrasi BOD dan COD juga Gambar 2 terlihat bahwa efisiensi reduksi untuk BOD,
menunjukkan tingginya aktivitas mikroorganisme dalam TSS dan minyak lemak didapatkan berturut-turut 52-
limbah cair industri tahu sehingga akan menurunkan 95%, 45-67% dan 59-78%. Waktu detensi 15 hari
jumlah oksigen terlarut dalam air. Konsentrasi TSS dan memberikan efisiensi reduksi tertinggi dengan
minyak lemak yang tinggi juga akan menyebabkan konsentrasi 97 mg/L, 40 mg/L dan 4,2 mg/L untuk BOD,
limbah cair industri tahu sangat keruh dan TSS dan minyak lemak (Gambar 3) yang dapat
berlendir/berbusa. mememenuhi sampai di bawah baku mutu limbah cair
industri tahu PerMen LH No 5 tahun 2014.
3.2. Pengaruh waktu detensi terhadap parameter Dari Gambar 2 juga dapat dilihat kecenderungan
pencemar efisiensi reduksi BOD lebih tinggi dinadingkan dengan
minyak lemak dan TSS. Efisiensi reduksi mencapai
Pengolahan limbah cair secara biologi, dengan sistem 95%, 78% dan 67% berturut-turut untuk BOD, minyak
constructed wetland sangat dipengaruhi oleh waktu lemak dan TSS. Lebih tingginya reduksi BOD
detensi atau waktu tinggal (Vymazal, 2011, 2010). kemungkinan disebabkan karena proses penguraian zat
Semakin lama waktu detensi, semakin rendah organik lebih banyak terjadi pada daerah perakaran oleh
konsentrasi pencemar dan semakin tinggi efisiensi mikroorganisme dengan menanfaatkan oksigen yang
reduksi. Pengaruh waktu detensi terhadap persentase diserap dari udara melalui batang, daun batang, akar
reduksi dan konsentrasi BOD, TSS dan minyak lemak dan rhizome tumbuhan melati air. Sementara itu minyak
air limbah tahu yang diolah dengan kombinasi sistem lemak, TSS lebih sulit diuraikan dibandingkan zat
CW dan filtrasi disajikan pada Gambar 2 dan 3. Dari
42 http://dx.doi.org/10.24960/jli.v8i1.3832.39-46
Reduksi pencemar limbah cair industri tahu ...... (Monik Kasman et al.)
organik dan kemungkinan sebagian hanya terserap dalam semakin menurun pada ke-15 menjadi 97mg/L. System
lapisan tanah dan sebagian lolos bersama aliran outlet. kombinasi constructed wetland dan filtrasi ini terbukti
efektif untuk menurunkan konsentrasi BOD.
Terjadinya penurunan konsentrasi BOD dari limbah
tahu yang diolah dengan CW disebabkan karena
100 keberadaan mikroorganisme pada system perakaran
BOD
TSS
tanaman melati air saat terjadinya proses oksidasi oleh
90
Minyak Lemak bakteri aerob yang tumbuh di sekitar rhizosphere
80
tanaman melati air dan bakteri heterotrof dalam air
Persentase reduksi (%)
30 2000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1800 Inlet
Waktu Detensi (Hari) Outlet (filtrasi)
1600 Outlet CW
reduksi BOD, TSS dan minyak lemak air limbah industri 1200
tahu yang diolah dengan tumbuhan melati air 1000
800
600
450
BOD 400
400 TSS 200
Minyak Lemak
350 0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Konsentrasi (mg/L)
300
Waktu Detensi (Hari)
250
http://dx.doi.org/10.24960/jli.v8i1.3832.39-46 43
Jurnal Litbang Industri - Vol. 8 No. 1, Juni 2018 : 39 – 46
kasar dapat disisihkan dengan metoda filtrasi. Sedangkan cair industri tahu rata-rata yakni 22,167 mg/L dan masih
partikel yang halus yang lolos dari bak filtrasi yang melebihi dari baku mutu yang telah ditentukan oleh
bersifat organik akan membentuk sedimentasi pada PerMen LH No 5 tahun 2014 yaitu 10 mg/L. Pengaruh
bagian dasar bak CW dan akan didekomposisi oleh waktu detensi terhadap konsentrasi minyak lemak
mikroba yang berada pada bagian perakaran tanaman limbah industri tahu sebelum dan sesudah diolah dengan
melati air. tumbuhan melati air dapat dilihat pada Gambar 6. Sama
Dari Gambar 5 terlihat bahwa proses filtrasi sangat halnya dengan TSS, penurunan konsentrasi minyak
membantu menurunkan konsentrasi TSS sampai lemak juga telah dibantu oleh proses filtrasi sehingga
dibawah baku mutu. Terlihat bahwa TSS pada bak sampai memenuhi baku mutu yang ditetapkan (Gambar
filtrasi berkisar 116 mg/L pada hari ke 7 dan menurun 6). Penurunan konsentrasi kandungan minyak lemak
menjadi 59 mg/L pada hari ke15. TSS Hasil pengujian pada bak CW dengan tanaman melati air sejalan dengan
pada bak CW dengan tanaman melati air waktu detensi. Semakin lama waktu detensi, maka
memperlihatkan penurunan konsentrasi TSS dipengaruhi semakin rendah konsentrasi minyak lemak. Hal ini
oleh lamanya waktu detensi. Konsentrasi TSS makin diduga karena terjerapnya minyak pada media tumbuh
menurun seiring dengan bertambahnya waktu detensi reaksi aktivitas metabolisme oleh mikroorganisme pada
yaitu dari 192 mg/L pada hari ke 5 menjadi 40 mg/L tanaman melati air dan akar tanaman melati air.
pada hari ke 15 dan dapat memenuhi baku mutu untuk
semua perlakuan waktu detensi.
Penurunan TSS setelah proses pengolahan dengan 24
menggunakan melati air disebabkan karena porositas 22
250
3.6. Perbandingan efisiensi CW dengan berbagai
jenis tanaman
200
Banyak penelitian penggunaan CW dengan berbagai
150 jenis tanaman untuk pengolah air limbah telah
dilaporkan. Efisiensinya dapat dibandingkan dengan
100
melihat keberhasilannya. Kebanyakan penelitian
50 menunjukkan bahwa sistem dengan tanaman mencapai
efisiensi pengolahan yang tinggi. Vegetasi memiliki efek
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
positif, dimana dapat mendukung efisiensi pengolahan
Waktu Detensi (Hari)
yang lebih tinggi terutama untuk limbah bersifat organik
yang ditentukan oleh kebutuhan oksigen biokimia dan
Gambar 5. Pengaruh waktu detensi terhadap konsentrasi permintaan oksigen kimia (BOD, COD) dan nutrisi
TSS limbah industri tahu sebelum dan sesudah diolah seperti total nitrogen(TN), nitrogen amonia (NH4-N),
dengan tumbuhan melati air dan total fosfor (TP). Hal ini dapat dijelaskan oleh
peningkatan pasokan oksigen ke rizosfer melalui akar
3.5. Minyak lemak tanaman. Perbandingan efisiensi CW dengan berbagai
jenis tumbuhan pada beragam air limbah ditampilkan
Minyak dan lemak merupakan senyawa trigliserida pada Tabel 2.
dari gliserol. Konsentrasi minyak lemak air baku limbah
44 http://dx.doi.org/10.24960/jli.v8i1.3832.39-46
Reduksi pencemar limbah cair industri tahu ...... (Monik Kasman et al.)
Tabel 2
Perbandingan efisiensi CW dengan berbagai jenis tumbuhan pada beragam air limbah
Vegetasi Jenis Air Limbah Parameter Efisiensi Referensi
Scirpus grossus L.f limbah cair industri crumb BOD 95-98% (Sy, 2006)
ubber COD 89-97%,
TSS 80-92%,
Amoniak Total 84-92%
N Total 86-93%
Scirpus grossus L.f limbah cair industri karet BOD 98-99% (Komala et al., 2007)
remah COD 96-98%
TSS 89-97%
NH3 93-95%
total nitrogen 81-95%
Zantedeschia aethiopica Air Limbah domestik BOD >80% (Zurita et al., 2009)
Strelitzia reginae COD >80%
Anturium andreanum Org-N 50.6%
Agapanthus africanus NH4 72.2%
Total-P 50%
TC 96.9%
Eceng gondok Air limbah industri tahu COD (Ratnani, 2012)
Typha angustifolia Air limbah dengan lumpur BOD5 80% (Weerakoon et al.,
septik tank TSS) 44% 2013)
fecal coliform 96.5%
total coliform (TC), 96.1%
Echinodorus palaefolius Air limbah industri BOD 61% (Prayitno, 2013)
penyamakan kulit COD 69%
Echinodorus palaefolius air limbah puskesmas BOD 92% (Sasono and Pungut,
COD 92% 2013)
Equisetum hymale air limbah puskesmas BOD 86% (Sasono and Pungut,
COD 84% 2013)
Echinodorus palaefolius grey water BOD 72% (Kasman et al., 2018)
TSS 98%
Echinodorus palaefolius Air limbah industri tahu BOD 52-95%, Pada penelitian ini
TSS 45-67%
Minyak lemak 59-78%
http://dx.doi.org/10.24960/jli.v8i1.3832.39-46 45
Jurnal Litbang Industri - Vol. 8 No. 1, Juni 2018 : 39 – 46
cair industri karet menggunakan tumbuhan mensiang Sy, S., 2008a. Pengaruh variasi tingkat beban organik
(Scirpus Grossus L.F) (studi kasus: limbah cair dan laju alir terhadap efisiensi pengolahan air limbah
industri karet remah PT. Batang Hari Barisan industri tahu dengan reaktor MSL. Bul. BIPD XVI,
Padang. Bionatura 9, 258–278. 9–19.
Lestari, G., Kencana, I.K., 2015. Tanaman Hias; Sy, S., 2008b. Kemampuan tumbuhan menslang (Scirpus
Lanskap, 1st ed. Penebar Swadaya, Jakarta. Grossus L.T) dalam mereduksi parameter pencemar
Nindra, D.Y., Hartini, E., 2015. Efektivitas tanaman air limbah hotel. Bul. BIPD XVI, 30–41.
teratai (Nympahea firecrest) dan eceng gondok Sy, S., 2006. Penggunaan sistem pflanzenklaranlage
(Eichhornia crassipes) dalam menurunkan kadar untuk meminimalisir limbah cair industri crumb
biochemical oxygen demand) pada limbah cair rubber. Bul. BIPD XIV, 43–56.
industri tahu. VISIKES J. Kesehat. Masy. 14, 123– Vymazal, J., 2011. Plants used in constructed wetlands
130. with horizontal subsurface flow: a review.
Prayitno, P., 2013. Pengurangan COD dan BOD limbah Hydrobiologia 674, 133–156. doi:10.1007/s10750-
cair terolah industri penyamakan kulit menggunakan 011-0738-9
taman tanaman air dengan tanaman melati air. Maj. Vymazal, J., 2010. Constructed wetlands for wastewater
Kulit, Karet, dan Plast. 29, 37–42. treatment. Water 2, 530–549. doi:10.3390/w2030530
doi:10.20543/mkkp.v29i1.217 Weerakoon, G.M.P.R., Jinadasa, K.B.S.N., Herath,
Rahayu, S.S., Purwanto, ., Budiyono, ., 2017. Effect of G.B.B., Mowjood, M.I.M., van Bruggen, J.J.A.,
temperature, sludge, total suspended solids (TSS) on 2013. Impact of the hydraulic loading rate on
biogas production in tofu wastewater treatment using pollutants removal in tropical horizontal subsurface
AnSBR reactor. Adv. Sci. Lett. 23, 2468–2471. flow constructed wetlands. Ecol. Eng.
doi:10.1166/asl.2017.8752 doi:10.1016/j.ecoleng.2013.09.016
Ratnani, R.D., 2012. Kemampuan kombinasi eceng Zurita, F., De Anda, J., Belmont, M.A., 2009. Treatment
gondok dan lumpur aktif untuk menurunkan of domestic wastewater and production of
pencemaran pada limbah cair industri tahu. commercial flowers in vertical and horizontal
Momentum 8, 1–5. subsurface-flow constructed wetlands. Ecol. Eng. 35,
Sasono, E., Pungut, 2013. Penurunan kadar BOD dan 861–869. doi:10.1016/j.ecoleng.2008.12.026
COD air limbah UPT puskesmas janti Kota Malang
dengan metode contructed wetland. J. Tek. WAKTU
11, 60–70.
Sri, A.C., Suswati, P., Wibisono, D.G., 2013.
Pengolahan limbah domestik dengan teknologi taman
tanaman air (constructed wetlands). Indones. Green
Technol. J. 2, 70–77.
46 http://dx.doi.org/10.24960/jli.v8i1.3832.39-46