Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi Ibu Hamil


Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu
hamil. Status gizi merupakan penentu utama dalam keberhasilan pemenuhan
nutrisi untuk ibu hamil. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan
yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Gizi
ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang harus dikonsumsi ibu selama
masa kehamilannya, dengan porsi dua kali makan (sekitar 10 – 15% kilokalori)
dari orang yang tidak hamil.1,2

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil


2.2.1 Usia
Usia seorang ibu berkaitan dengan perkembangan organ reproduksinya. Usia
reproduksi yang sehat dan aman adalah antara 20 hingga 35 tahun. Kehamilan
pada usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal dan memiliki emosi
yang cenderung labil sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilan. Sedangkan kehamilan pada
usia lebih dari 35 tahun terkait dengan berkurangnya fungsi organ dan daya tahan
tubuh. Selain itu, berkaitan dengan berbagai penyakit yang menyertai selama
kehamilan.3 Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi tertinggi risiko kekurangan
energi kronis pada ibu hamil ditemukan pada usia 15-19 tahun yaitu sebesar
33,5%.4
2.2.2 Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima
informasi dan memiliki pengetahuan yang lebih luas. Sebaliknya, pendidikan
yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
baru. Seseorang dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
memiliki pengetahuan atau informasi gizi yang lebih baik sehingga bisa
memenuhi asupan gizinya.5
Pendidikan berhubungan dengan status gizi ibu hamil karena dengan tingkat
pendidikan yang baik maka ibu akan memiliki motivasi untuk mencari informasi
mengenai gizi baik dari buku, koran, ataupun majalah. Jika ibu ke Posyandu atau
tempat pelayanan kesehatan yang membahas masalah gizi, maka ibu akan aktif
bertanya dan mengikuti penyuluhan tentang gizi. Ibu hamil dengan pengetahuan
gizi yang baik diharapkan dapat memilih asupan makanan yang bernilai gizi baik
dan seimbang bagi dirinya sendiri, janin, dan keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah, dkk di Puskesmas Sidorejo Kota
Lubuklinggau pada tahhun 2013 yang menyatakan bahwa 76,5% ibu dengan
pendidikan tinggi memiliki status gizi yang baik, sedangkan 78,3% ibu dengan
pendidikan rendah memiliki status gizi kurang.5
2.2.3 Tingkat Sosial Ekonomi
Faktor yang mempengaruhi status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial
ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk
membeli bahan makanan tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga dan
harga bahan makanan itu sendiri. Keluarga dengan pendapatan terbatas
kemungkinan besar kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Zuraidah, dkk di Puskesmas Sidorejo Kota Lubuklinggau pada
tahun 2013 menyatakan bahwa 90% ibu dengan pendapatan tinggi memiliki status
gizi baik.5
2.2.4 Motivasi Ibu
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar
maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha
yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Teori motivasi sekarang yang
banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Motivasi biasanya timbul karena
adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, minat, tujuan yang ingin dicapai, atau
karena adanya harapan yang diinginkan. Dalam hal ini berkaitan dengan usaha ibu
hamil untuk menaikkan berat badan selama kehamilan guna dapat melahirkan
bayi dengan berat badan lahir normal, dan mengurangi komplikasi kehamilan dan
persalinan akibat kekurangan energi kronis seperti perkembangan janin terhambat
hingga kematian baik ibu dan bayi.6
Salah satu faktor yang dapat membuat seseorang termotivasi adalah faktor
internal atau sering disebut faktor dari dalam dirinya. Untuk memperoleh
kehamilan yang sehat ibu harus memotivasi dirinya dengan cara mengkonsumsi
makanan yang seimbang selama kehamilan, karena bila ibu hamil mengkonsumsi
makanan yang bergizi akan mendatangkan kehamilan yang sehat dan kebutuhan
nutrisi ibu selama hamil dapat terpenuhi dilihat dari kenaikan berat badan yang
sesuai selama kehamilan.6
Pada penelitian yang dilakukan oleh Manik, dkk ditemukan pengaruh
langsung dan besaran motivasi terhadap kenaikan berat badan ibu hamil dengan
KEK trimester III di Puskesmas Kecamatan Kayu Manis Kota Bogor tahun 2017
adalah sebesar 13,38% dan pengaruh tidak langsung sebesar 5,90%. Variabel
motivasi memiliki pengaruh langsung dan positif secara signifikan terhadap
kenaikan berat badan ibu hamil dengan kek trimester III.6
2.2.5 Peran Bidan
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang sangat berpengaruh dalam
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Bidan selaku petugas kesehatan
diharapkan mampu menjalankan peran, fungsi, dan kompetensinya dalam
melakukan pelayanan kesehatan terkait dengan peran, fungsi dan kompetensinya,
bidan memiliki banyak tugas serta peran seperti sebagai fasilitator, advokator,
konselor, motivator, dan komunikator meliputi pendidikan antenatal seperti
pentingnya nutrisi ibu yang dapat dilihat dari kenaikan berat badan selama hamil,
makanan yang baik selama kehamilan, persiapan persalinan, hingga kesehatan
tumbuh kembang anak. Bidan harus memberikan fasilitas, supervisi, asuhan dan
memberikan nasihat yang dibutuhkan serta penyuluhan kepada wanita selama
hamil, persalinan, dan pasca persalinan. Seorang bidan juga seharusnya
memberikan informasi secara jelas kepada pasien. Pemberian informasi sangat
diperlukan karena untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan dan sikap
masyarakat yang salah tentang kesehatan seperti kenaikan berat badan sesuai
masa kehamilan, makanan yang baik dan tidak baik dikonsumsi selama
kehamilan, dan lain-lain.6
Pada penelitian yang dilakukan oleh Manik,dkk ditemukan pengaruh langsung
dan besaran peran bidan terhadap kenaikan berat badan ibu hamil dengan KEK
trimester III di Puskesmas Kecamatan Kayu Manis Kota Bogor tahun 2017 adalah
sebesar 26,57% dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,72%. Variabel peran bidan
memiliki pengaruh langsung dan positif secara signiikan terhadap kenaikan berat
badan ibu hamil dengan kek trimester III.6
2.2.6 Pola Makan
Pola makan selama kehamilan berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil
yang dapat dilihat dari kenaikan berat badan ibu selama hamil. Ibu hamil
memerlukan makanan yang sehat untuk memenuhi asupannya selama hamil dan
untuk pertumbuhan janin di dalam kandungannya. Kekurangan energi kronis
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya menyangkut pola makan dan gaya
hidup yang tidak sehat. Pola makan yang sehat tercermin dalam pemilihan menu
makan yang seimbang. Dalam pemilihan bahan makanan tidak hanya melihat
kuantitasnya tetapi juga kualitas dari makanan tersebut.6
Pada penelitian yang dilakukan oleh Manik, dkk ditemukan pengaruh
langsung dan besaran pola makan terhadap kenaikan berat badan ibu hamil
dengan KEK trimester III di Puskesmas Kecamatan Kayu Manis Kota Bogor
tahun 2017 adalah sebesar 28,33% dan tidak ada pengaruh tidak langsung.
Variabel pola makan memiliki pengaruh langsung dan positif secara signiikan
terhadap kenaikan berat badan ibu hamil dengan kek trimester III.6

2.3 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


Kebutuhan gizi ibu selama hamil lebih tinggi dibandingkan kebutuhan gizi ibu
sebelum hamil, begitu juga saat usia kehamilan bertambah maka makin tinggi
pula jumlah zat gizi yang dibutuhkan. Asupan gizi yang optimal yang disesuaikan
dengan usia kehamilan diperlukan untuk mencapai kehamilan yang sehat.7-8
Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau
mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh dan cadangan makanan. Untuk
memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu memperhatikan makanan yang
dikonsumsi selama kehamilannya. Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh dan janin yang dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan
yang dikonsumsi bukan untuk dirinya sendiri tetapi ada individu lain yang ikut
mengkonsumsi makanan yang dimakan. Penambahan kebutuhan gizi selama
hamil meliputi:7,9
a. Energi
Tambahan energi selain untuk ibu, janin juga perlu untuk tumbuh
kembang. Banyaknya energi yang dibutuhkan hingga melahirkan sekitar
80.000 Kkal atau membutuhkan tambahan 300 Kkal sehari. Menurut
RISKESDAS 2007 Rerata nasional Konsumsi Energi per Hari adalah 1.735,5
kkal. Kebutuhan kalori tiap trimester antara lain pada trimester I, kebutuhan
kalori meningkat minimal 2.000 kilo kalori/hari. Pada trimester II, kebutuhan
kalori akan meningkat untuk kebutuhan ibu yang meliputi penambahan
volume darah, pertumbuhan uterus, payudara dan lemak. Sedangkan pada
trimester III, kebutuhan kalori akan meningkat untuk pertumbuhan janin dan
plasenta.7,9
b. Protein
Penambahan protein selama kehamilan tergantung kecepatan pertumbuhan
janinnya. Kebutuhan protein pada trimester I hingga trimester II kurang dari 6
gram tiap harinya, sedangkan pada trimester III sekitar 10 gram tiap harinya.
Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi VI 2004 menganjurkan penambahan
17 gram tiap hari. Kebutuhan protein bisa didapat dari nabati maupun hewani.
Sumber hewani seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu. Sedangkan
sumber nabati seperti tahu, tempe dan kacang-kacangan Protein digunakan
untuk pembentukan jaringan baru baik plasenta dan janin, pertumbuhan dan
diferensiasi sel, pembentukan cadangan darah dan Persiapan masa
menyusui.7,9
c. Lemak
Lemak dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin selama
dalam kandungan sebagai kalori utama. Lemak merupakan sumber tenaga
dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Selain itu, lemak disimpan untuk
persiapan ibu sewaktu menyusui. Kadar lemak akan meningkat pada
kehamilan tirmester III.7,9
d. Karbohidrat
Sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin adalah karbohidrat. Jenis
karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti roti, serelia,
nasi dan pasta. Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral serta
meningkatkan asupan serat untuk mencegah terjadinya konstipasi.7,9
e. Vitamin
Wanita hamil membutuhkan lebih banyak vitamin dibandingkan wanita
tidak hamil. Kebutuhan vitamin diperlukan untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Kebutuhan vitamin
meliputi asam folat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E,
dan vitamin K.7,9
f. Mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak mineral dibandingkan
sebelum hamil. Kebutuhan mineral diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel.
Kebutuhan mineral antara lain zat besi, zat seng, kalsium, iodium, fosfor,
fluor, dan natrium.7,9
Pada trimester I terjadi pertambahan jumlah sel dan pembentukan organ, serta
pertumbuhan otak dan sel saraf sebagian besar berlangsung selama trimester I.
Untuk menunjang proses ini diperlukan asupan zat gizi terutama protein, asam
folat, vitamin B12, zink, dan Iodium. Tambahan energi dan protein pada trimester
I ini sebesar 100 kalori dan 17 gram protein. Semua zat gizi yang dibutuhkan
tersebut harus dicukupi sebagai persiapan untuk pertumbuhan yang lebih cepat
pada trimester berikutnya, karena pada trimester I ini pertumbuhan janin belum
pesat.7,10
Pada trimester II dan trimester III, pertumbuhan janin cukup pesat mencapai
90% dari seluruh proses tumbuh kembang selama kehamilan. Zat gizi yang
dibutuhkan untuk menunjang proses tersebut adalah protein, zat besi, kalsium,
magnesium, vitamin B komplek, serta asam lemak omega 3 dan omega 6.
Tambahan energi sekitar 350-500 kalori setiap hari, dan tambahan protein sebesar
17 gram per hari. Kebutuhan energi dan zat gizi antar kehamilan satu dengan yang
lainnya sangat beragam terkait ukuran tubuh dan gaya hidup masing-masing ibu
hamil. Berikut beberapa zat gizi yang diperlukan ibu hamil berdasarkan usia
kehamilannya.7
Tabel 2. 1 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Trimester I 7
Zat Gizi Fungsi Makanan
Asam Folat Organogenesis Sayuran berdaun
Pembentukan sistem hijau, tempe, serta
syaraf pusat, termasuk serealia atau kacang-
otak kacangan yang sudah
ditambahkan asam folat.
Asam Lemak Tak Tumbuh kembang Ikan laut
Jenuh sistem syaraf pusat dan
otak
Vitamin B12 Perkembangan sel Hasil ternak dan
janin produk olahannya, serta
produk ̴ olahan kacang
kedelai seperti tempe
dan tahu
Vitamin D Membantu Ikan salmon dan
penyerapan kalsium dan susu.
mineral di dalam darah

Tabel 2.2 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Trimester II 7


Zat Gizi Fungsi Makanan
Vitamin A Proses metabolisme, Buah-buahan
pembentukan tulang, dan berwarna kuning hingga
sistem syaraf merah, daging ayam,
telur bebek, dan wortel.
Kalsium (Ca) Pembentukan tulang Susu, yoghurt,
dan gigi bagi janin dan bayam, jeruk, roti
ibu gandum, ikan teri.
Zat Besi (Fe) Membentuk sel Sayuran hijau,
darah merah, daging sapi, hati sapi,
mengangkut oksigen ke ikan, kacangkacangan.
seluruh tubuh dan janin

Tabel 2.3 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Trimester III 7


Zat Gizi Fungsi Makanan
Vitamin B6 Membantu proses Gandum,
sistem syaraf kacangkacangan, dan
hati.
Vitamin C Membantu Jeruk, tomat, jambu,
penyerapan zat besi dan pepaya, nenas.
sebagai antioksidan
Serat Memperlancar buang Sayuran dan
air besar. buahbuahan. ̴ waktu
transit feses
Seng (Zn) Membantu proses Telur, hati sapi,
metabolisme dan daging sapi, ikan laut,
kekebalan tubuh kacangkacangan.
Iodium Mengatur suhu Garam dapur yang
tubuh, membentuk sel ditambahkan Iodium,
darah merah serta fungsi ikan laut.
otot dan syaraf

2.4 Dampak Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dan Janin


Status gizi sebelum dan selama hamil dapat mempegaruhi pertumbuhan janin
yang sedang dikandung. Bila staus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama
hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan
berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat
terganntung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil.11
Cara mengetahui kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat
lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan
dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak
ibu hamil ynag mengalami masalah gizi khusunya gizi kurang seperti Kurang
Enargi Kronis (KEK) dan anemia gizi. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa
40% ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai
kecnderungan melahirkan bayi denga Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).12-14
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan
yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu
hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar unmtuk
melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, perdarahan, pasca
persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan.
Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu
akan dapat menimbulkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan
terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah.11,12
Gizi Kurang timbul apabila dalam jangka waktu lama asupan zat gizi sehari-
hari kedalam tubuh lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan sehingga tidak mencukupi kebutuhan. Masalah Gizi Kurang yang
banyak dijumpai pada ibu hamil antara lain: 15
a. Kurang Energi Kronik (KEK)
Timbulnya KEK pada ibu hamil disebabkan karena dalam jangka waktu
yang lama asupan energi (karbohidrat dan lemak) tidak mencukupi kebutuhan
tubuh. Penapisan ibu hamil risiko KEK dilakukan dengan pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LiLA). Apabila LiLA < 23,5 cm maka ibu hamil
berisiko KEK. Untuk memastikan KEK pada ibu hamil digunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT) pada Trimester I. Jika IMT pada Trimester I < 18,5
maka ibu hamil didiagnosa KEK. Apabila IMT trimester I tidak diketahui
karena ibu hamil melakukan ANC di Trimester II atau III, serta diketahui data
BB dan TB sebelum hamil dapat digunakan IMT Pra hamil. Ibu hamil KEK,
akan mengalami risiko keguguran, perdarahan pasca persalinan, kematian ibu,
kenaikan BB ibu hamil terganggu, tidak sesuai dengan standar, malas tidak
suka beraktivitas, payudara dan perut kurang membesar, pergerakan janin
terganggu, mudah terkena penyakit infeksi, persalinan akan sulit dan lama.
Ibu hamil KEK akan berdampak pada janin, dan anak yang akan berlanjut
sampai pada usia dewasa, antara lain:15
1) Gangguan pertumbuhan janin (Intrauterine Growth Retardation).
2) Risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
3) Risiko bayi lahir dengan kelainan kongenital (Defect Neural Tube, bibir
sumbing, celah langit-langit dll).
4) Risiko bayi lahir stunting sehingga meningkatkan risiko terjadinya
penyakit tidak menular (PTM) pada usia dewasa seperti Diabetes Melitus,
Hipertensi, Jantung Koroner.
5) Gangguan Pertumbuhan dan perkembangan sel otak yang akan
berpengaruh pada kecerdasan anak.
b. Anemia
Anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan ketika sel darah merah atau
Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (<11 g/dl). Kekurangan
zat besi menyebabkan pembentukkan sel darah merah tidak mencukupi
kebutuhan fisiologis tubuh, terutama pada kondisi hamil dimana banyak
terjadi perubahan fisiologis tubuh. Penyebab timbulnya anemia pada ibu
hamil antara lain:15
1) Makanan yang dikonsumsi kurang mengandung protein, zat besi, vitamin
B12 dan asam folat.
2) Meningkatnya kebutuhan tubuh selama hamil akan zat-zat gizi karena
perubahan
3) fisiologis ibu hamil dan pertumbuhan serta perkembangan janin.
4) Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh karena perdarahan akut dan
5) kronis. Perdarahan akut dapat disebabkan misalnya kecelakaan.
Perdarahan kronis, yaitu pendarahan yang berlangsung lama karena
infeksi, kecacingan, dan malaria.
6) Ibu hamil KEK (kurang energi kronik).
7) Jarak persalinan terlalu dekat.
2.5 Pencegahan dan Deteksi Dini Gizi Ibu Hamil Puskesmas
Perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil sangat terkait dengan tingkat
pendidikan, pengetahuan, serta sikap dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi selama
hamil. Pengetahuan yang tidak memadai dan praktik yang tidak tepat merupakan
hambatan terhadap peningkatan gizi. Pada umumnya, orang tidak menyadari
pentingnya gizi selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Perempuan
sering tidak menyadari pentingnya gizi mereka sendiri.16 Promosi kesehatan
berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya
kehamilan. Hasil yang diharapkan dari pendidikan kesehatan adalah adanya
peningkatan pengetahuan dan sikap dan tujuan akhir tercapainya perubahan
perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat
serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.17
Salah satu dari enam upaya kesehatan wajib Puskesmas yaitu upaya kesehatan
Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA/KB). Antenatal Care (ANC) adalah
salah satu program kesehatan dalam pelayanan KIA dimulai dari masa kehamilan
sampai pasca nifas. Pelayanan ini berguna bagi ibu hamil karena memiliki tujuan
untuk mencegah kompilkasi kehamilan dan pasca persalinan. Jenis pemeriksaan
ANC terpadu terdiri dari 18 jenis pemeriksaan meliputi keadaan umum, tekanan
darah, berat badan, suhu tubuh, LILA, TFU, Presentasi Janin, DJJ, Hb, Golongan
darah, protein urin, gula darah/reduksi, darah malaria, BTA, darah sifilis, Serologi
HIV, dan USG.18,19
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 tentang Pelayanan Kesehatan
Kehamilan, pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif
dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Dalam pelayanan
antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan
berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami
ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk
menjalani persalinan normal. Pelayanan antenatal terpadu juga memiliki standar
pelayanan antenatal untuk mewujudkan pelayanan antenatal yang komperhensif
dan berkualitas yaitu:19,20
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Ukur Tekanan darah
3) Penilaian status gizi (ukur Lingkar Lengan atas/LiLA)
4) Ukur Tinggi Fundus Uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT bila diperlukan
7) Beri tablet tambah darah (TTD)
8) Pemeriksaan laboratorium sederhana (Hb, golongan darah, gluco-protein
Urin) dan atau berdasarkan indikasi (HBsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC)
9) Tatalaksana kasus
10) Temu wicara/konseling
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan
secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang
berkualitas. Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas terhadap status gizi
meliputi hal-hal sebagai berikut:19,20
1) Pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan
berlangsung sehat.
2) Deteksi dini masalah gizi pada ibu hamil.
3) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman.
4) Antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi akibat masalah gizi.
5) Penatalaksanaan masalah gizi serta rujukan cepat dan tepat waktu.
6) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami serta kader dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan apabila
terjadi penyulit/komplikasi akibat KEK.
Upaya deteksi dini dalam status gizi ibu hamil dapat dilakukan dengan
penilaian status gizi serta Antenatal Care (ANC) sehingga pengecahan terhadap
dampak status gizi ibu hamil yang tidak memenuhi standar. 18 Selain itu, salah satu
cara untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengetahui
penambahan berat badan selama kehamilan. Menurut Siti Fatimah (2017)
menyatakan bahwa selama kehamilan pada trimester I, kisaran pertambahan berat
badan yaitu 1 sampai 2 kg atau 350-400 gram/minggu. Trimester II dan III,
penambahan berat badan berkisar 0,34 sampai 0,5 kg/ minggu. Pertambahan
komponen tubuh ibu terjadi sepanjang trimester II, sedangkan pertumbuhan janin
dan plasenta serta penambahan jumlah cairan amnion berlangsung cepat pada
trimester III. Ibu yang berat badannya normal, penambahan berat badan pada
trimester 1 sekitar 1,5 – 2,0 kg. Pada trimester 2, penambahan berat badan rata-
rata naik 0,5 kg per minggu sehingga mencapai 6,0 – 7,0 kg pada trimester 2.
Penambahan brat badan akan berlangsung terus sebanyak 0,5 kg tiap minggu
hingga bulan ke 7 dan bulan ke 8. Pada bulan ke 9, berat badan akan turun atau
tidak turun sama sekali, sehingga triwulan ke 3 berat badan ibu bertambah 4,0 –
5,0 kg.20,21
Tabel 2.1 Rekomendasi Kenaikan Berat Badan

Kemenkes RI (2014) menetapkan status gizi ibu hamil dan 6 bulan pasca
melahirkan dengan menggunakan parameter LiLA. Klasifikasi status gizi dibagi
menjadi 4 (empat) klasifikasi yaitu malnutrisi berat, malnutrisi sedang, malnutrisi
ringan, dan status gizi normal. Tabel 2.2 menunjukkan klasifikasi status gizi
wanita hamil dan 6 bulan pasca melahirkan berdasarkan LiLA.20,21
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Wanita Hamil Berdasarkan LiLA
No LiLA Klasifikasi
1 < 19,0 cm Malnutrisi berat
2  19 cm - < 22 cm Malnutrisi sedang
3  22 cm - < 23 cm Malnutrisi ringan
4  23 cm Status gizi normal
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur
kehamilan. Berat badan yang bertambah dengan normal, menghasilkan anak yang
normal. Kenaikan berat badan ibu hamil meliputi beberapa unsusr/bagian.
Sebagian memuat unsur anak, sebagian lagi memuat unsur ibu.20,21
Tabel 2.3 Berat (Kg) Unsur Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil

Kenaikan berat badan ibu kemungkinan terasa sudah cukup, tetapi kenaikan
itu lebih banyak menambah berat badan ibu dibanding untuk menambah berat
anak. Kenaikan berat badan ibu belum tentu menghasilkan anak yang besar,
demikian juga sebaliknya. Penambahan berat badan ibu harus dinilai. Penambahan
berat badan ibu hamil sudah lebih dari 12,5 kg tetapi anak yang dikandungnya
kecil maka berat badan masih harus ditambah Berat badan calon ibu saat mulai
kehamilan adalah 45-65 kg. Jika kurang dari 45 kg sebaiknya berat badan
dinaikkan lebih dulu hingga mencapai 45 kg sebelum hamil dan sebaliknya.
Kondisi fisik dan kenaikan berat badan normal bagi wanita hamil pada setiap
trimester adalah sebagai berikut:20,21
1. Trimester I (0 – 12 minggu)
Umumnya nafsu makan ibu berkurang, sering timbul rasa mual dan ingin
muntah. Kondisi ini ibu harus tetap berusaha untuk makan agar janin dapat
tumbuh dengan baik. Kenaikan normal antara 0,7 – 1,4 kg.
2. Trimester II (sampai dengan usia 28 minggu)
Nafsu makan sudah pulih kembali. Kebutuhan makan harus diperbanyak.
Kenaikan berat badan normal antara 6,7 – 7,4 kg
3. Trimester III (sampai dengan usia 40 minggu)
Nafsu makan sangat baik, tetapi jangan berlebihan. Kenaikan berat badan
normal antara 12,7 kg – 13,4 kg.
Kelas ibu hamil merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menyebarkan informasi yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan saat kehamilan.
Materi yang diberikan pada program kelas ibu hamil salah satunya tentang
perawatan kehamilan, terutama dalam penyiapan dan pemenuhan gizi masa hamil.
Pelatihan kelas ibu hamil efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan kunjungan ANC. Implementasi kelas ibu hamil diharapkan
mampu mengubah perilaku ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan,
termasuk pemenuhan gizi ibu hamil dan kunjungan ibu hamil.18

2.6 Penanggulangan Gangguan Gizi pada Ibu Hamil di Puskesmas


Kekurangan gizi selama hamil yang berlangsung beberapa bulan atau tahun
dapat menyebabkan terjadinya KEK (Kurang Energi Kronis).19

Gambar 2.1 Konsep Pelayanan Ibu Hamil dengan KEK


Berikut merupakan langkah-langkah pelayanan ibu hamil dengan KEK
diantaranya:19
A. Pengkajian Gizi
1. Interpretasi data status gizi menggunakan:
a) LiLA
KEK jika LiLA <23,5 cm
b) IMT
Gizi kurang jika IMT < 18,5 kg/m2
c) Hb
Anemia jika Hb <11 gr/dl
2. Pendataan dan penilaian asupan makanan dgn cara metode FFQ Modifikasi
dan Food Recall 24 jam.
3. Riwayat personal sosial ekonomi budaya, terkait dengan pola makan.
B. Menetapkan Diagnosis Gizi
1. Asupan energi & zat gizi kurang berkaitan dengan pola makan
yang tidak adekuat (asupan makan <80% akses/ketersediaan
makanan kurang terpenuhi).
2. Asupan makan kurang berkaitan dengan kurang pengetahuan
gizi dan makanan (pemilihan makanan yang tidak tepat)
3. BB sebelum hamil kurang (IMT < 18,5 kg/m2).
4. Kadar Hb< 11gr/dl.
C. Intervensi Gizi
Pemberian makanan tambahan (PMT), edukasi dan konseling gizi perubahan
perilaku makan ibu hamil. Intervensi Gizi dilakukan dengan cara diantaranya
perhitungan kebutuhan energi per individu dihitung berdasarkan aktivitas dan
status gizi ibu dan ditambah 500 kkal untuk usia kehamilan Trimester I, II dan III.
PMT bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu selama masa kehamilan.
PMT ditujukan kepada kelompok rawan gizi yang meliputi ibu hamil risiko
KEK.19,23
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 Bab VII Pasal 141
serta Peraturan Menteri Kesehatan RI No 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi
Seimbang. PMT Ibu Hamil merupakan suplementasi gizi berupa biskuit lapis
yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral
yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis (KEK)
untuk mencukupi kebutuhan gizi. Prinsip dasar pemberian makanan tambahan
dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi ibu hamil, ketentuan PMT diberikan
pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran LILA dibawah 23,.5
cm; PMT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal Care (ANC);
tiap bungkus Makanan Tambahan (MT) ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60
gram); pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping per hari hingga ibu hamil
tidak lagi berada dalam kategori KEK sesuai dengan pemeriksaan LILA; pada
kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping per hari hingga ibu hamil tidak
lagi berada dalam kategori KEK sesuai dengan pemeriksaan LILA; pemantauan
pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan berat badan ibu hamil. Apabila
berat badan sudah sesuai standar kenaikan berat badan selanjutnya mengonsumsi
makanan bergizi seimbang.23
DAFTAR PUSTAKA
1. Proper Maternal Nutrition during Pregnancy Planning and Pregnancy.
WHO, 2017.
2. Koletzko B, et al. Nutrition During Pregnancy, Lactation and Early
Childhood and its Implications for Maternal and Long-Term Child Health:
The Early Nutrition Project Recommendations. KARGER Annals of
Nutrition & Metabolism Journal 2019; (74) 93–106.
3. Proverawati. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. 2009. Jakarta. EGC.
4. Kementerian Kesehatan RI. Riskesdas. 2018. Jakarta. ISBN.
5. Zuraidah, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu
Hamil di Puskesmas Sidorejo Kota Lubuklinggau. Jurnal Media Kesehatan
Vol. 9 No. 1. 2016:001-113.
6. Manik, Marianita, dkk. Faktor yang Berpengaruh terhadap Kenaikan Berat
Badan Ibu Hamil dengan KEK pada Trimester III. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Vol. 16 No. 2. 2017:23-31.
7. Fitriah, dkk. Praktis Gizi Ibu Hamil. Edisi I. Malang: Media Nusa
Creative. 2018. hal 16-19
8. Fitriana, ayu. Gizi Seimbang Ibu Hamil. http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-
seimbang-ibu-hamil/ 2016. Di unduh tanggal 18 Agustus 2020
9. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan KIA. Jakarta: 2014.
10. Anggerika, dkk. Kebutuhan Gizi pada Ibu Hamil. Palu : Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Palu. 2018.
11. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Situasi dan Analisis Gizi. Infodatin KemenKes RI. Jakarta Selatan 2015.
12. Ernawati, A. Masalah Gizi Pada Ibu Hamil. Jurnal Litbang Vol. XIII: Hal
62-66.
13. Wulan, dkk. Luaran Maternal dan Neonatal pada Ibu Bersalin dengan
Riwayat Kekurangan Energi Kronik di Wilayah Kecamatan Jatinangor
Tahun 2015. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran. Vol. 2: Hal 81-82.
14. Retni, dkk. Pengaruh Status Gizi dan Asupan Gizi Ibu Terhadap BBLR
pada Kehamilan Usia Remaja. Jurnal Gizi Indonesia 2016; Vol. 5: hal 14.
15. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku
Ajar Ilmu Gizi. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Jakarta 2017.
16. Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan kajian gizi ibu dan anak. Retrieved
from http://www.unicef.or.id.
17. Wenas, RA., Lontaan, A., Korah, BH. 2014. Pengaruh Promosi Kesehatan
tentang Tanda Bahaya Kehamilan terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di
Puskesmas Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Ilmiah Bidan,
2(2), 1-5.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
tentang Pelayanan Antenatal Terpadu.
19. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pedoman Penanggulangan Kurang
Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil. Hal. 20 – 26.
20. Kementerian Kesehatan RI, 2010. Pedoman Gizi Ibu Hamil dan
Pengembangan Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan Lokal.
Kemenkes RI, Jakarta: 2010.
21. Ministry of Health, Guidance for Healthy Weight Gain in Pregnancy.
Wellington: Ministry of Health, 2014.
22. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil.
Jakarta: Kemenkes RI.
23. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2017. Petunjuk Teknis Pemberian
Makanan Tambahan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai