Anda di halaman 1dari 11

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Fenomenologi merupakan suatau metode yang dapat digunakan

untuk mempelajari pengalaman seseorang terhadap suatu fenomena (Morse, 1994 :

Afiyanti, 2014). Dengan pendekatan ini peneliti memperoleh pengalaman kerja

perawat dalam menghadapi pandemi COVID-19.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit ACHMAD MOCHTAR

Bukittinggi pada tahun 2020.

C. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat yang berkerja di Rumah Sakit

Achmad Mochtar. Partisipan tersebut diperoleh dengan teknik purpose sampling.

Sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria dan tujuan penelitian.

Untuk memenuhi persyaratan studi ini kriteria inklusi dan eklusi untuk

partisipan sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Responden merupakan perawat Khusus COVID-19

3) Mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas

4) Sadar dan bisa diajak kerja sama

43
44

Untuk pemilihan partisipan dipilih secara acak dari masing-masing yang ada di

dalam setiap ruangan untuk mengidentifikasi partisipan yang sesuai dengan kriteria

penelitian, selanjutnya peneliti menemui partisipan. Selanjutnya peneliti mencoba

melakukan pendekatan lebih mendalam dan membina hubungan saling percaya

dengan partisipan. Setelah terjalin pendekatan dengan calon partisipan, kemudian

peneliti menerangkan secara rinci tentang studi yang akan dilakukan dan meminta

persetujuan mereka untuk ikut sebagai partisipan dalam penelitian ini, termasuk

merekam seluruh pernyataan. Maka peneliti meminta partisipan untuk

menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,

karena peneliti sendiri dalam memandu wawancara, serta pedoman wawancara yang

tidak terstruktur yang berisikan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali data

sesuai dengan tujuan peneliti, catatan dilapangan yang dipergunakan untuk mencatat

pengalaman peneliti selama proses wawancara, dan alat perekam suara (HP) yang di

gunakan untuk mempermudah pendokumentasian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut afiyanti (2014) teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Wawancara (semi terstruktur)

Wawancara yaitu suatu cara untuk mendapatkan informasi dari individu

yang diwawancarai. Dan untuk mengekplorasi perasaan, persepsi, dan pemikiran

partisipan terhadap konsep diri selama partisipan menjalani wawancara. Selama


45

proses wawancara, peneliti mencatat semua peristiwa kedalam catatan lapangan

(field note).

2. Pengamatan (observasi)

Pengamatan secara langsung dilokasi penelitian guna memperoleh

keterangan data yang lebih akurat mengenai hal-hal yang diteliti. Kegiatan

observasi meliputi memperhatikan dengan seksama, mendengarkan, mencatat,

dan mempertimbangkan antara fenomena yang sedang diamati.

3. Alat Pengumpulan Data

a. Peneliti sendiri dalam memandu wawancara

b. Pedoman wawancara yang tidak terstruktur yang berisikan pertanyaan-

pertanyaan terbuka untuk menggali data sesuai dengan tujuan peneliti.

c. Catatan dilapangan yang dipergunakan untuk mencatat pengamatan peneliti

selama proses wawancara.

d. Dan alat perekam suara (HP) yang dipergunakan untuk mempermudah

pendokumentasian.

4. Dokumentasi

Penelitian menggunakan pengumpulan dengan metode dokumentasi yaitu

pengumpulan data dengan cara mencari dokumen-dokumen yang dianggap

penting meninjau dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti baik

berupa literature, laporan, jurnal, catatan kasus, maupun karya tulis ilmiah.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :

persiapan penelitian, tahap pelaksanaan dan tahap terminasi.


46

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan wawancara dan pengumpulan data, peneliti terlebih

dahulu menyusun pedoman wawancara mendalam, persiapan dan pengecekan

catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat pengamatan alat perekam

suara, dan alat tulis.

2. Pelaksanaan

Setelah partisipan terindentifikasi memenuhi kriteria penelitian, kemudian

partisipan diberikan penjelasan mengenai kegiatan penelitian. Kegiatan

selanjutnya adalah wawancara dengan partisipan yang di awali dengan

menanyakan kondisi dan keaadan partisipan. Jika keadaan partisipan tidak

memungkinkan, maka peneliti membuat kontrak baru untuk pertemuan

selanjutnya. Sebelum wawancara di mulai peneliti menanyakan sudah siap untuk

dilakukan wawancara di mualai peneliti menanyakan sudah siap untuk dilakukan

wawancara da keluhannya saat ini. Setelah partisipan menyatakan kesiapannya,

peneliti membuat kesepakatan kesediaan wawancara dengan partisipan

kemudian melakukan tanya jawab dengan mengacu pada pedoman wawancara

yang sudah dibuat.

Selama proses wawancara, peneliti mencatat semua peristiwa kedalam

catatan lapangan (field note). Isi field note meliputi perilaku non verbal seperti

ekspresi non verbal, situasi saat wawancara, tempat, tanggal dan waktu

wawancara. Wawancara ini memerlukan sekitar 60-90 menit. Dengan jumlah

pertemuan yang dilakukan sampai dengan melakukan konfirmasi dan validasi

data dalam bentuk transkip verbatim antara 2-3 kali pertemuan.

3. Terminasi
47

Terminasi dilakukan setelah pengumpulan data dirasakan cukup. Peneliti

menyampaikan pengumpulan data dalam penelitian sudah selesai, wawancara

ditutup dengan kesepakatan bahwa peneliti akan menghubungi partisipan jika

masih ada hal yang perlu ditanyakan. Setelah wawancara selesai, segera

dilakukan pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada informasi yang

hilang selama proses wawancara dengan mendengarkan kembali rekaman hasil

wawancara.

G. Analisa Data

Proses analisa data pada penelitian ini menggunakan beberapa langkah tahapan

menurut Colaizzi (1987); Creswell (2013), adapun tahapannya adalah sebagai

berikut :

1. Penyusunan Trankrip

Memberi gambaran pengalaman personal terhadap fenomena yang diteliti,

yaitu peneliti mulai dengan mendengarkan deskripsi verbal partisipan, membaca

dan membaca ulang deskripsi tersebut. Selanjutnya, peneliti menganalisis

pernyataan-pernyataan spesifik untuk memberi gambaran penuh tentang

pengalamannya sendiri terhadap fenomena yang diteliti.

2. Pembuatan Kategori

Membuat daftar pernyataan yang signifikan. Peneliti menemukan

pernyataan – pernyataan tentang bagaiman para psrtisipannya mengalami

berbagai pengalaman mereka yang dibuat dalam suatu daftar pernyataan-

pernyataan yang signifikan.


48

3. Formulasi Tema

Mengelompokan pernyataan yang signifikan tersebut di kumpulkan dalam

satu unit data/informasi yang lebih besar, yang disebut “unit meaning” atau

tema-tema.

4. Deskripsi Tekstural

Menuliskan deskripsi atau interpretasi “apa” yang dialami para partisipan

terkait fenomena yang diteliti. Ini yang disebut “suatu deskripsi tekstural”

tentang suatu pengalaman- apa yang dialami- dan di lengkapi dengan contoh-

contoh verbatim para partisipan.

5. Deskripsi Struktural

Menuliskan “bagaimana” pengalaman yang dialami partisipan. Ini yang

disebut dengan “deskripsi struktural”, dan peneliti merefleksikan pada setting

atau konteks fenomena yang diteliti dialami partisipan.

6. Deskripsi Lengkap

Menuliskan deskripsi gabungan (interpretasi data), yaitu menggabungkan

deskripsi tekstural dan struktural. Ini yang disebut “inti sari” (essence) dari

pengalaman para partisipan dan mempresentasikan aspek inti dari studi

fenomenologi yang dituliskan peneliti melalui interpretasi data.

H. Keabsahan Data

1. Kredibilitas (Keterpecayaan) Data

Afiyanti (2014), kredibilitas data atau ketepatan dan keakurasian suatu data

yang di hasilkan dari studi kualitatif menjelaskan derajat atau nilai kebenaran

dari data yang di hasilkan termasuk proses analisis data tersebut dari penelitian

yang dilakukan. Suatu penelitian di katakan memiliki kreadibilitas yang tinggi


49

atau baik ketika hasil-hasil temuan pada penelitian tersebut dapat dikenali

dengan baik oleh para partisipannya dalam konteks sosial mereka.

2. Transferabilitas Atau Keteralihan Data

Seberapa mampu suatu hasil penelitian kualitatif dapat di aplikasikan dan di

alihkan pada keadaan atau konteks lain atau kelompok atau partisipan lainnya

merupakan pertanyaan untuk menilai kualitas tingkat keteralihan atau

transferabilitas. Transferability di pakai pada penelitian kualitatif untuk

menggantikan konsep generalisasi yang di gunakan pada penelitian kualitatif

untuk menggantikan konsep generalisasi yang digunakan pada penelitian

kualitatif (Afiyanti 2014.173).

3. Dependendabilitas (Ketergantungan)

Pertanyaan dasar untuk memperoleh nilai dependabilitas atau reabilitas dari

studi kualitatif adalah bagaimana studi yang sama dapat di ulang atau replikasi

pada saat yang berbeda dengan menggunakan metode yang sama, partisipan

yang sama, dalam konteks yang sama. Dengan kata lain, dependabilitas

mempertanyakan tentang konsistensi dan reliabilitas suatu instrumen yang

digunakan lebih dari sekali penggunaan (Afiyanti 2014, p.174)

4. Konfirmabilitas

Kriteria konfirbilitas menekankan pada kepastian data. Bermakna secara

objektivitas, dapat di percaya dan dapat dipastikan. Konfirmabilitas

menggantikan aspek objektivitas pada peneliti kuantitatif, namun tidak persis

sama arti dari keduanya. Yaitu kesedihan peneliti untuk mengungkapkan secara

terbuka proses dan elemen-elemen penelitiannya (Afiyanti 2014, p.174)


50

I. Etikan Penelitian

Peneliti menggunakan berbagai pertimbangan etik dalam proses penelitian.

Pertimbangan etik digunakan untuk mencegah munculnya masalah etik selama

penelitian. Pertimbangan etik yang diterapkan dalam penelitian kualitatif, yaitu

prinsip menghargai martabab partisipan, memerhatikan kesejahteraan partisipan, dan

keadilan (justice) (Mauthner & Miller 2005: Afiyanti 2014).

1. Prinsip Menghargai Harkat dan Martabat Partisipan

Penerapan prinsip ini untuk memenuhi hak-hak partisipan dengan cara

menjaga kerahasiaan identitas partisipan (anonymity), kerahasiaan data

(confidentialy), menghargai privacy dan dignity, dan menghormati otonomi

(respect for autonomy).

Partispan memiliki hak otonomi untuk menentukan keputusannya secara

sadar atau sukarela/tanpa paksaan setelah diberikan penjelasan oleh peneliti.

Menghormati otonomi partisipan adalah pernyataan bahwa partisipan memiliki

hak untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan. Partisipan memiliki

hak untuk melanjutkan dan memutuskan keikut sertaannya dalam penelitian

tanpa sanksi apapun dari siapa pun.

Peneliti wajib menjaga kerahasiaan berbagai informasi yang diberikan oleh

para pasrtisipan dengan sebaik-baiknya. Untuk menjamin kerahasian

(confidentiality) data, peneliti wajib menyimpan seluruh dokumen hasil

pengumpulan data berupa lembar persetujuan penelitian mengikuti penelitian,

biodata, hasil rekaman, dan transip wawancara dalam tempat khusus. Hasil

rekaman diberi kode partisipan tanpa nama (hak anonymity).

Partisipan memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan

dan apa yang dilakukan kepada mereka,termasuk kebebasan dalam meberikan


51

informasi yang bersifat personal atau rahasia. Hak kebebasan lainnya adalah

menentukan waktu dan tempat penelittian.

Peneliti dapat mengimformasikan bahwa partisipan berhak untuk tidak

menjawab pertanyaan wawancara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman

bagi dirinya untuk menceritakan pengalaman yang tidak ingin diketahui oleh

orang lain. Jika partisipan merasa tidak nyaman untuk berpartisipasi, partisipan

dengan sukarela dapat mengundurkan diri dari proses penelitian kapanpun ia

inginkan. Hal ini dilakukan peneliti untuk menhormati prinsip pripacy dan

dignity.

2. Prinsip Memerhatikan Kesejahteraan Partisipan

Penerapan prinsip ini dengan memenuhi hak-hak partisipan dengan cara

memperhatikan kemanfaatan (beneficience) dan meminimalkan faktor resiko

(nonmaleficience) dari kegiatan penelitian yang dilakukan dengan

memperhatikan kebebasan dari bahaya (free from harm), eksploitasi (free from

exploitation), dan ketidaknyamanan (free from discomfort).

Setiap peneliti harus meyakinkan dan memastikan bahwa penelitian yang

dilakukan tidak hanya untuk kepentingan peneliti, tetapi memastikan juga tidak

menimbulkan resiko bahaya apapun terhadap partisipan. Penerapan prinsip ini

dilakukan peneliti dengan cara memberikan penjelasan secara lengkap tentang

kegiatan yang dilakukan.

Hak partisipan untuk mendapat resiko yang minimal dari penelitian yang

dilakukan (nonmaleficience). Hak ini berkaitan dengan prinsip kemanfaatan

yaitu setiap peneliti berkewajiban meyakinkan bahwa kegiatan penelitian yang

dilakukan tidak menimbulkan bahaya, tidak mengeksploitasi, dan tidak

mengganggu kenyamanan partisipan sekecil apapun baik bahaya secara fisik


52

maupun bahaya secara psikologis. Prinsip ini juga menyatakan bahwa partisipan

memiliki hak untuk diberi penjelasan tentang bahaya atau resiko yang dapat

ditimbulkan selama kegiatan penelitian dilakukan.

Hak bebas dari ketidaknyamanan atau bebas dari bahaya (free from harm)

seperti secara fisik dapat mengalami kelelahan, secara psikologis dapat

mengalami stres dan rasa takut, dan secara social dapat mngalami kehilangan

teman, atau secara ekonomi dapat kehilangan penghasilan, maka para peneliti

harus meminimalisasi resiko terjadinya berbagai ketidaknyamanan tersebut serta

menyeimbangkan antara ketidak nyamanan tersebut dengan besarnya manfaat

yang diperoleh partisipan.

Terakhir, hak bebas dari eksploitasi (free from exploitation) mensyatakan

bahwa keterlibatan para partisipan dalam penelitian yang dilakukan tidak boleh

merugikan mereka atau membuat mereka terpapar situasi yang membuat mereka

tidak siap karena merasa tereksploitasi untuk menjawab pertanyaan yang sangat

pribadi. Partisipan harus dipastikan bahwa informasi yang telah mereka berikan

tidak digunakan untuk balik menentangnya.

3. Prinsip Keadilan (Justice)

Hak ini memberikan semua partisipan hak yang sama untuk dipilih atau

berkontribusi dalam penelitian tanpa diskriminasi. Semua partisipan memperoleh

perlakuan dan kesempatan yang sama dengan menghormati seluruh persetujuan

yang disepakati. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap partisipan penelitian

memiliki hak untuk diperlakuan adil dan tidak dibeda-beadakan diantara mereka

selama kegiatan penelitian dilakukan. Setiap penelitian memberikan perlakukaan


53

dan penghargaan yang sama dalam hal apapun selama kegiataan riset dilakukan

tanpa memandang suku, agama, etnis, dan kelas sosial.

Anda mungkin juga menyukai