Anda di halaman 1dari 41

9

BAB II

KERANGKA KONSEP

A. Konsep Dasar Psikologis

1. Pengertian Dampak Psikologis

Dampak berarti pengaruh yang kuat yang menimbulkan akibat baik

positif maupun negatif. Sedangkan psikologis adalah kata sifat dari

psikologi yang artinya kejiwaan, merupakan sifat dari jiwa seseorang.

Secara harfiyah psikologi umumnya dimengerti sebagai “ilmu jiwa’.

Pengertian ini didasarkan pada terjemahan kata Yunani: Psyche dan logos.

Psyche berarti “jiwa” atau “nyawa” atau “alat untuk berfikir”. Logos

berarti “ilmu” atau yang mempelajari tentang”. Dengan demikian,

psikologi diterjemahkan ilmu yang mempelajari jiwa. [ CITATION ABu87 \l

14345 ]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa dampak adalah

suatu pengaruh baik positif maupun negatif dan psikologis merupakan segi

kejiwaan. Dampak psikologis berkaitan dengan stimulus dan respon yang

mendorong seseorang bertingkah laku, maka dampak psikologis dapat

dipandang sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon yang bekerja pada

diri seseorang. [ CITATION Kam971 \l 14345 ]


10

Jones dan Davis dampak psikologis dikaitkan dengan tindakan dan efek.

Tindakan (act) yang dimaksud adalah keseluruhan respon (reaksi yang

mencerminkan tindakan / perilaku) dan yang mempunyai akibat terhadap

lingkungannya, sedangkan efek yang dimaksud adalah efek yang diartikan

sehingga perubahan-perubahan nyata yang dihasilkan oleh tindakan.

[ CITATION Bim10 \l 14345 ]

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dampak psikologis

adalah pengaruh positif maupun negatif yang muncul sebagai hasil dari

adanya stimulus dan respon yang bekerja pada diri seseorang. Pengaruh

tersebut nampak dalam perilaku maupun sikap oleh individu. Pengaruh

tersebut dapat menimbulkan efek baik secara langsung maupun tidak

langsung.

2. Jiwa sehat

Orang yang sehat mentalnya tidak akan cepat putus asa, bersikap

pesimis atau apatis, karena ia dapat menghadapi semua rintangan hidup

dengan tenang dan wajar. Ia menerima kegagalan sebagai suatu pelajaran

yang akan membawa kesuksesan. Apabila kegagalan itu dihadapi dengan

tenang, ia dapat menganalisis, mencari sebab-sebab atau menemukan

faktor-faktor yang menyebabkanya. Jadi jiwa yang sehat adalah jiwa yang

mampu menghadapi kegagalan atau cobaan dengan tenang dan masih

sejalan dengankapasitasnya serta selaras dengan lingkunganya, sehingga

tidak mudah untuk putus asa, bersikap pesimis atau apatis. [ CITATION Fah77

\l 14345 ]
11

World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria

orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut:

a. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun

kenyataan itu buruk.

b. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.

c. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya

d. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.

e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan

saling memuaskan.

f. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.

g. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di

kemudian hari.

h. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif

dan konstruktif.

Ciri-ciri sehat jiwa [ CITATION Kel11 \l 14345 ] :

a. Bersikap positif terhadap diri sendiri

b. Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri.

c. Mampu mengatasi stres atau perubahan pada dirinya.

d. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang

diambil.

e. Mempunyai persepsi yang realistis dan menghargai perasaan serta

sikap orang lain.

f. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.


12

3. Gangguan Kejiwaan

Berbicara mengenai jiwa berarti sama halnya berbicara tentang

mental. Kata mental berasal dari bahasa Yunani yang artinya jiwa atau

kejiwaan. Kata mental sama maknanya dengan psyche (bahasa Latin) yang

artinya psikis atau jiwa. Dengan demikian, kata jiwa, mental dan psikis

memiliki satu makna atau arti yaitu jiwa/ kejiwaan. Gangguan kejiwaan

merupakan sebuah kelainan yang terjadi bukan kelainan jasmani, anggota

tubuh atau kerusakan pada sistem otak. Kelainan-kelainan tersebut

diantaranya adalah ketegangan jiwa, depresi, cemas, stress, was-was,

kompulasi yang tidak disengaja, conversion hysteria, merasa tidak

bersemangat dan tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran gelap

meliputi individu dalam kesadaranya, sehingga pikiran bercabang-cabang

dan dalam tidur tidak lelap. [ CITATION Sul05 \l 14345 ]

a. Faktor Penyebab Gangguan Kejiwaan

Gangguan mental atau disorder mental adalah bentuk penyakit,

gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental

disebabkan oleh kegagalan mekanisme reaksi adaptasi dari fungsi-

fungsi kejiwaan/mental terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-

ketegangan sehingga muncul gangguan fungsional atau gangguan

structural dari satu bagian, satu orang atau system kejiwaan/mental.

[ CITATION Gun03 \l 14345 ] mengemukakan bahwa faktor yang

menyebabkan gangguan kejiwaan adalah:

1) Prasangka orang tua yang menetap, penolakan atau


13

shok yang dialami pada masa kanak-kanak

2) Ketidaksanggupan memuaskan keinginan dasar dalam

pengertian kelakuan yang dapat diterima umum

3) Kecelakaan luar biasa, kecemasan dan kejenuhan

4) Masa-masa perubahan fisiologis yang hebat, pubertas

dan manapouse

5) Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi,

polotik dan sosial yang terganggu

6) Keadaan iklim

7) Penyakit khususnya syphilis

8) Trauma atau luka-luka di kepala atau ruas-ruas tulang

belakang

9) Peradangan, keracunan yang disebabkan alqohol dan

narkotik

10) Shock, emosional yang hebat, ketakutan, kematian tiba-

tiba orang yang disayangi, melihat seseorang yang

terluka.

Terdapat empat faktor yang berhubungan dengan gangguan

kejiwaan, yaitu biologis, psikologis, lingkungan dan sosio-budaya.

Keempat faktor ini perlu ada homoestatis yaitu keseimbangan yang

dinamis. Keempat unsure ini saling mempengaruhi karena bersifat

interdepensi yaitu [ CITATION Sul05 \l 14345 ]:

a) Faktor biologis
14

Faktor biologis yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan

mental diantaranya otak, system endoktrin, genetik, faktor ibu

selama kehamilan. Otak merupakan bagian yang memerintahkan

aktivitas manusia. Fungsi otak yang baik akan menimbulkan

kesehatan mental bagi manusia itu sendiri, sebaliknya jika

fungsinya terganggu berakibat gangguan kesehatan mental/jiwa.

Kesehatan pada otak sangat ditentukan oleh stimuli pada saat

kanak-kanak dan perlindungan dari berbagai gangguan.[ CITATION

Umi17 \l 14345 ]

Genetik merupakan unsure biologis manusia yang

mempengaruhi kesehatan. Genetik yang sehat dapat

menghasilkan perilaku yang sehat, sementara gangguan genetic

dapat memunculkan gangguan jiwa/mental tertentu. [ CITATION

Tri16 \l 14345 ]

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis merupakan salah satu dimensi yang turut

mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Faktor-faktor

psikologis itu diantaranya adalah pengalaman awal, proses

pembelajaran, kebutuhan dan kondisi psikologis lainya. Terdapat

sejumlah gangguan mental yang dikaitkan dengan dimensi

psikologis ini, gangguan kecemasan, gangguan afeksi, gangguan

perilaku lainya selalu dihubungkan dengan kondisi-kondisi

psikologis yang didapatkan oleh individu. Kondisi psikologis


15

yang kurang baik akan berakibat jelek bagi kesehatan jiwa,

sementara kondisi psikologis yang baik akan memperkuat

kesehatan jiwanya.

c) Faktor lingkungan

Manusia tidak dapat melepaskan kehidupanya dari

lingkunganya dan berinteraksi dengan alam sekitarnya.

Hubungan ini menunjukkan adanya ekosistem. Karenanya

interaksi antar manusia dengan alam sekitarnya sebagai satu

kesatuan yang tidak terpisahkan. Ditinjau dari segi filogenetis,

pada mulanya manusia dilahirkan di bumi ini hidup secara

harmoni dengan alamnya. Kebutuhan kehidupanya terpenuhi dari

kondisi alam sekitarnya, terutama dari kebutuhan biologis

makan, minum dan tempat tinggal. Karena itu, manusia tidak

membutuhkan perubahan alam untuk memenuhi segenap

keinginanya.[ CITATION Yoh16 \l 14345 ]

Pola hubungan manusia dengan alam itu tidak mampu

dipertahankan. Sejalan dengan pertambahan populasi manusia,

kemajuan pola piker dan peradaban, hubungan manusia dengan

alam mengalami perubahan. Di masyarakat yang peradabanya

sangat cepat, seperti Mesir, Cina dan India kuno, dilakukan

pembangunan dan penataan terhadap lingkunganya sehingga

muncul pusat-pusat perkotaan. Akibatnya perubahan terhadap

kondisi alam tidak terhindari. Semula orang merasa puas dengan


16

kondisi lingkungan alam sebagaimana adanya, dengan kemajuan

peradaban akhirnya orang tidak lagi menerima kondisi alamnya

dan dilakukan perubahan dengan pembangunan gedung megah,

bendungan, taman yang indah dan sebagainya.

Manusia pada prinsipnya satu kesatuan dengan lingkungan

sekitarnya. Lingkungan ini selalu berinteraksi dan mempengaruhi

perilaku serta kesehatan mental mausia. Lingkungan yang sehat

dapat menopang kesehatan manusia. Namun demikian,

lingkungan fisik, biologis dan kimia yang ada dapat menjadi

resiko dan membahayakan bagi kesehatan fisik maupun mental.

d) Faktor sosio-budaya

Manusia hidup dan dibesarkan dalam lingkungan sosial

tertentu. Secara sosiologis, individu merupakan representasi dari

kehidupan lingkungan sosialnya. Segala yang terjadi di

lingkungan sosialnya diamati, dipelajari dan kemungkinan

diintegrasikan dan internalisasi sebagai bagian dari kehidupanya

sendiri.

Setiap individu memiliki identitas sesuai lingkungan

sosialnya. Apa yang dilakukan, gagasannya dan perasaan-

perasaannya merupakan hasil pembentukan lingkungan

sosialnya. Karena itu tidak mungkin dia melepaskan pola

kehidupan lingkungan sosialnya sendiri yang membentuk

kepribadiannya dalam proses yang sangat panjang.


17

Diantara faktor lingkungan sosial yang sangat besar

pengaruhnya terhadap kesehatan mental adalah stratifikasi sosial,

pekerjaan, keluarga, budaya, perubahan sosial, dan stressor

psikososial lainya. Lingkungan sosial tertentu dapat menopang

bagi kuatnya kesehatan mental yang positif, tetapi pada aspek

lain lingkungan sosial itu dapat pula menjadi stressor yang dapat

mengganggu kesehatan mental.

b. Gejala-gejala Gangguan Kejiwaan

Berbicara mengenahi gejala-gejala gangguan kejiwaan terdapat

berbagai macam gejala yang dapat dilihat atau diidentifikasi baik

melalui ungkapan perasaannya (psikologis) atau melalui gejala-gejala

fisik yang dirasakan seperti cemas, stress, depresi, panik, stres pasca

trauma, khawatir dan lain sebagainya.

1) Khawatir

Khawatir merupakan rangkaian pikiran dan citra negatif tentang

keprihatinan, yang biasanya berkaitan dengan masa depan.

Khawatir meliputi kombinasi antara pemikiran obsesif tentang cara

memecahkan atau menghindari masalah dan proses memperburuk

konsekuensi yang mungkin dari masalah itu.

2) Cemas

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang

sedang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang

mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin


18

(konflik). Kecemasan itu mempunyai segi yang disadari seperti

rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah,

terancam dan sebagainya. Adanya segi-segi yang terjadi diluar

kesadaran serta tidak bisa menghindari perasaan yang tidak

menyenangkan itu.

Kecemasan merupakan perasaan subyektif yang mempunyai

reaksi terhadap pengalaman yang tidak mengenakkan diri. Apabila

pengalaman tersebut disimbolisasikan dan dimasukkan ke dalam

ketidaksadaran dapat menyebabkan konsep diri dari individu

berubah. Kecemasan sebagai suatu pengalaman perasaan yang

menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan- ketegangan. Hal

ini akibat dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan

dikuasai oleh susunan urat syaraf otonom, misalnya jika seseorang

menghadapi keadaan yang berbahaya hatinya akan bedebar-debar,

urat nadinya berdenyut lebih cepat, mulut menjadi kering dan

tampak tanganya berkeringat.

a) Indikasi Kecemasan

Kecemasan mempunyai gejala-gejala gangguan fungsi dari

organ-organ tubuh yang dipersarafi oleh sistem syaraf otonom

misalnya: pernafasan, peredaran darah, system pencernaan, dan

lain sebagainya. Gejala-gejala kecemasan ditandai oleh

beberapa faktor yaitu:

(1) Cemas, takut, khawatir


19

(2) Firasat buruk

(3) Takut akan fikiranya sendiri

(4) Mudah tersinggung

(5) Tegang, tak bisa istirahat dengan tenang

(6) Gelisah, mudah terkejut

(7) Gangguan tidur dengan mimpi-mimpi yang

menegangkan

(8) Gangguan konsentrasi dan daya ingat

(9) Jantung berdebar-debar, dada sesak, nafas

sesak

3) Panik

Adapun gejala klinis gangguan panik ini yaitu kecemasan yang

datangnya mendadak disertai oleh perasaan takut mati, disebut juga

sebagai serangan panik (panic attack). Secara klinis gangguan

panik ditegakkan (criteria diagnostic) oleh paling sedikit 4 dari 12

gejala-gejala di bawah ini yang muncul pada setiap serangan:

a) Sesak nafas

b) Jantung berdebar-debar

c) Nyeri atau rasa tak enak di dada

d) Rasa tercekik atau sesak

e) Pusing, vertigo(Penglihatan berputar-putar),

perasaan melayang
20

f) Perasaan seakan-akan diri atau lingkunganya tidak

realistic

g) Kesemutan

h) Rasa aliran panas atau dingin

i) Berkeringat banyak

j) Rasa akan pingsan

k) Menggigil atau gemetar

l) Merasa takut mati, takut menjadi gila atau khawatir

akan melakukan suatu tindakan secara tidak

terkendali selama berlangsungnya serangan panik.

4) Depresi

Menurut A. Budiarjo dkk, depresi adalah suatu kelemahan

psikologis, seiring diiringi dengan berbagai tingkat kegelisahan

atau keputusasaan. Kartini Kartono menjelaskan bahwa depresi

adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduhan, keburaman

perasaan) yang patalogis sifatnya.Depresi adalah salah satu bentuk

gangguan kejiwaan pada alam perasaan (afektif, mood), yang

ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup,

perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya. Secara

lengkap gambaran depresi adalah sebagai berikut:

a) Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih,

gairah hidup menurun, tiada semangat, merasa

tidak berdaya
21

b) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan

c) Nafsu makan menurun

d) Berat badan menurun

e) Konsentrasi dan daya ingat menurun

f) Gangguan tidur: Susah bahkan tidak dapat tidur

atau sebaliknya. Gangguan ini sering kali

disertai dengan mimpi- mimpi yang tidak

menyenangkan

g) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh

gelisah atau lemah tidak berdaya)

h) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat,

tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas

menurun, produktivitas juga menurun

i) Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri

Seseorang yang sehat jasmaninya bisa saja jatuh dalam

depresi apabila tidak mampu menanggulangi stressor yang

dialaminya, dengan gejala-gejala sebagaimana telah diuraikan di

atas. Namun ada juga orang yang mempunyai corak kepribadian

depresif. Dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak ada

stressor, seseorang dengan corak kepribadian depresif

menunjukkan sikap antara lain:

a) Pemurung, sukar untuk bisa senang, sukar

untuk merasa bahagia


22

b) Pesimis menghadapi masa depan

c) Memandang diri rendah

d) Mudah merasa bersalah/ berdosa

e) Mudah mengalah

f) Enggan bicara

g) Mudah merasa haru, sedih, dan menangis

h) Gerakan lamban, lemah, lesu, kurang

energik

i) Seringkali mengeluh sakit ini dan itu

(keluhan-keluhan psikosomatik)

j) Mudah tegang, gelisah

k) Serba cemas, khawatir, takut

l) Mudah tersinggung

m) Tidak ada kepercayaan diri

n) Merasa tidak mampu, tidak berguna

o) Merasa selalu gagal dalam usaha

p) Suka menarik diri, pemalu, pendiam

q) Lebih suka menyisihkan diri, tidak suka

bergaul, pengalaman sosial terbatas

r) Lebih suka menjaga jarak, menghindari

keterlibatan dengan orang

s) Suka mencela, mengkritik, konvensional


23

t) Sulit mengambil keputusan

u) Tidak agresif, sikap oposisinya dalam bentuk

pasif-agresif

v) Pengendalian diri terlampau kuat, menekan

dorongan/implus diri

B. Konsep Usia Sekolah Dasar

1. Pengertian Anak

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Anak memiliki beberapa makna

1) keturunan yang kedua; 2) manusia yang masih kecil; 3) binatang yang

masih kecil; 4) pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuh-

tumbuhan yang besar; 5) orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu

negeri, daerah, dsb); 6) orang yang termasuk di suatu golongan pekerjaan

(keluarga dsb); 7) bagian yang kecil (pada suatu benda); 8) yang lebih kecil

daripada yang lain. [ CITATION Zul86 \l 14345 ]

Istilah anak yang dikehendaki dalam pembahasan ini adalah anak pada

usia sekolah dasar. Ada yang menyebutkan bahwa periode ini disebut masa

akhir anak anak, yaitu dimulai ketika anak mulai memasuki sekolah dasar

dan berakhir ketika anak mengalami kematangan seksual. Periode ini juga

disebut sebagai periode anak usia Sekolah Dasar, karena pada masa ini anak

mulai memasuki sekolah formal. [ CITATION Yus12 \l 14345 ]

2. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar

Masa anak sekolah adalah masa tenang atau masa latent, dimana apa
24

yang telah terjadi dan di pupuk pada masa-masa sebelumnya, anak mulai

mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama

antar temen dan sikap-sikap terhadap kerja atau belajar. [ CITATION Gun03 \l

14345 ]

Usia sekolah adalah anak usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah

pengalaman inti anak. periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung

jawab atas perilakunya sendiri dalam berhubungan dengan orang tua mereka,

teman sebaya, dan orang lain. [ CITATION Won03 \l 14345 ]

Pada anak sekolah mulai meningkatkan hubungannya pada lingkungan

sekolah. Di usia ini anak akan mengenal kerjasama, kompetisi, dan

kompromi. Pergaulan dengan orang dewasa diluar keluarga mempunyai arti

karena menjadi sumber pendukung bagi anak. hal itu dibutuhkan karena

konflik sering kali terjadi akibat adanya pembatasan dan dukungan yang

konsisten dari keluarga. Kegagalan membina hubungan dengan teman

sekolah, dukungan luar yang tidak adekuat, serta inkonsistensi dari orang tua

menimbulkan rasa frustasi terhadap kemampuannya, merasa tidak mampu,

putus asa, dan menarik diri lingkungan.[ CITATION Sya01 \l 14345 ]

3. Tahap – Tahap Anak Usia Sekolah Dasar

Tahap usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gangage), di mana

anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga

kerjasama antara teman dan sikap-sikap terhadap kerja atau belajar (Gunarsa,

2006). Dengan memasuki SD salah satu hal penting yang perlu dimiliki anak
25

dalam kematangan sekolah, tidak saja meliputi kecerdasan dan ketrampilan

motorik, bahasa, tetapi juga hal lain seperti dapat menerima otoritas tokoh

lain di luar orang tuanya, kesadaran akan tugas, patuh pada peraturan dan

dapat mengendalikan emosi-emosinya. Pada masa anak sekolah ini, anak-

anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya di mana ia mudah

sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman. Bila pada

masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan tumbuh rasa rendah diri,

sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan

dalam menghadapi tuntutan masyarakatnya dan ia berhasil mengatasi

masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya, akan timbul

motivasi yang tinggi terhadap karya dengan lain perkataan

terpupuklah”industry”. [ CITATION SGu06 \l 14345 ]

4. Ruang lingkup psikologis anak

Psikologi anak termasuk bagian dari psikologi perkembangan, yang

mempelajari tentang perkembangan anak. Psikologi perkembangan meliputi

beberapa bidang psikologi, yaitu psikologi anak, psikologi remaja, psikologi

orang dewasa dan psikologi lansia (lanjut usia). Psikologi perkembangan

sendiri diartikan sebagai cabang psikologi yang mempelajari perubahan

tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan dari masa

konsepsi sampai meninggal dunia. Psikologi perkembangan mempersoalkan

faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi

di dalam diri pribadi yang khas.[ CITATION Yus00 \l 14345 ]


26

Objek dari psikologi perkembangan anak adalah kehidupan kejiwaan

anak secara total sebagai person (bukan sebagai mahluk sosial). Psikologi

anak tidak mempelajari gejala kejiwaan anak satu persatu secara terpisah,

melainkan mempelajari gejala kejiwaan sebagai totalitas. Ketika membahas

tentang perkembangan motorik anak, selalu berkaitan dengan aspek

perkembangan lainnya. Hal ini karena perkembangan bersifat integral, setiap

aspek perkembangaan berhubungan dengan aspek lainnya. [ CITATION Ria14

\l 14345 ]

5. Karakteristik perkembangan anak

Karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar atau usia 6 – 12

tahun. Menurut [ CITATION Hur08 \l 14345 ] sebagai berikut :

a. Masa berkelompok dimana perhatian utama anak-anak tertuju pada

keinginan diterima kelompoknya;

b. Proses penyesuaian diri dengan standar yang disetujui kelompoknya

c. Usia kreatif, menunjukkan bahwa anak ketika tidak dihalangi oleh

rintanganrintangan lingkungan, kritik, cemoohan dari orang dewasa

maka anak akan mengerahkan tenaganya dalam kegiatan -kegiatan

yang kreati

d. Usia bermain karena luasnya minat anak.

Sedangkan karakteristik perkembangan pada masa pertengahan dan

masa akhir anak-anak menurut Santrock sebagai berikut :


27

a. Perubahan fisik (tubuh) pada anak. Di antara aspek-aspek penting

perubahan tubuh di dalam periode perkembangan adalah sistem

rangka, sistem otot, dan ketrampilan motorik

b. Kemampuan menganalisis kata

c. Memiliki kreativitas

d. Menjalin relasi dengan teman sebayanya

6. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah

a. Perkembangan fisik

Masa anak-anak pertengahan dimulai dari tumbuhnya gigi susu

pertama dan diakhiri dengan masa pubertas dari menjadi individu yang tak

berdaya menjadi individu yang kuat dan kompleks dengan kemampuan

berkomunikasi, membentuk konsep yang terbatas, dan mulai terlibat

dalam perilaku sosial dan motorik kompleks, anak mengalami ledakan

pertumbuhan pada masa pubertas adalah saat pertumbuhan dan

perkembangan terjadi secara bertahap dengan peningkatan lebih besar

pada aspek fisik dan emosional [ CITATION Won03 \l 14345 ]

b. Perkembangan kognitif

Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah berada

pada tahap konkret dengan perkembangan kemampuan anak yang sudah

mulai memandang secara realistis terhadap dunianya dan mempunyai

anggapan yang sama dengan orang lain. Sifat ego sentrik sudah mulai

hilang, sebab anak mulai memiliki pengertian tentang keterbatasan diri

sendiri. Anak usia sekolah mulai dapat mengetahui tujuan rasional tentang
28

kejadian dan mengelompokkan objek dalam situasi dan tempat yang

berbeda.

Pada periode ini, anak mulai mampu mengelompokkan,

menghitung, mengurutkan, dan mengatur bukti- bukti dalam penyelesaian

masalah. Anak menyelesaikan masalah secara nyata dan urut dari apa

yang dirasakan. Sifat pikiran anak usia sekolah berada dalam tahap

reversibilitas, yaitu anak mulai memandang sesutau dari arah sebaliknya

atau dapat disebut anak memiliki dua pandangan terhadap sesuatu.

Perkembangan kognitif anak usia sekolah memperlihatkan anak lebih

bersifat logis dan dapat menyelesaikan masalah secara konkret.

Kemampuan kognitif pada anak terus berkembang sampai remaja.

[ CITATION Hur04 \l 14345 ]

c. Perkembangan moral

Perkembangan moral anak usia sekolah menurut Kohlberg

berada di tahap konvensional). Perkembangan moral sejalan dengan cara

pikir anak usia sekolah yang lebih logis. Anak pada usia sekolah dapat

lebih memahami standar perilaku yang seharusnya mereka terapkan pada

kehidupan sehari-hari. Anak dalam tahap konvensional, mulai memahami

bagaimana harus memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang ingin

diterima oleh mereka dari orang lain. Anak mulai melihat berbagai cara

pandang untuk menilai suatu tindakan benar atau salah Perkembangan

spiritual.[ CITATION Mus05 \l 14345 ]

Pada saat ini tidak dapat memahami peristiwa tertentu seperti


29

penciptaan dunia, mereka menggunakan khayalan untuk menjelaskannya.

Pada masa ini, anak usia sekolah dapat mengajukan pertanyaan mengenai

Tuhan dan agama serta sevar a umum meyakini bahawa Tuhan itu baik

dan selalu ada untuk membantu. Beberapa anak menolak agama pada usia

ini, namun adapula yang sudah bisa menerimanya. Keputusan tersebut

sangat diperngaruhi oleh orang tuanya.[ CITATION Nat87 \l 14345 ]

d. Pengembangan konsep diri

Istilah konsep diri yaitu mengenai berbagai persepasi diri, seperti

karakteristik fisik, kemampuan, nilai, ideal diri dan pengharapan serta ide-

ide dirinya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Konsep diri

juga ermasuk citra tubuh, seksualitas dan gharga diri seseorang, konsep

diri yang positif mmbuat anak merasa senang , berharga, dan mampu

memberikan konstribusi dengan baik. Perasaan seperti itu menyebabkan

penghargaan diri, kepercayaan diri, dan perasaan negatif menyebabkan

keraguan terhadap diri sendiri.[ CITATION Jov07 \l 14345 ]

Pengembangan citra tubuh anak usia sekolah memiliki persepsi

yang cukup akurat dan positif tentang keadaan fisik mereka sendiri, tetapi

umumnyamereka kurang menyukai keadaan fisiknya seiring dengan

bertumbuhnya usia. Kerusakan fisik seperti defek pendengaran atau

penglihatan merupakan hal-hal yang sangat penting, meningkatnya

kesadaran akan perbedaan terutama jika disertai dengan komentar yang

tidak baik dan ejekan dari orang lain dapat menyebabkan anak dapat

merasa interior atau merasa tidak diinginkan. Hal ini terutama terjadi jika
30

defek mempengaruhi kemampuan anak untuk berprestasi dan aktifitas

pada masa anak-anak (Nelson, 2012).

7. Macam – Macam Keterampilan Yang Diperlukan

Menurut Gunarsa (2006), dengan memasuki dunia sekolah dan

masyarakat, anak-anak dihadapkan pada tuntutan sosial yang baru, yang

menyebabkan timbulnya harapan-harapan atas diri sendiri (self-expect-action)

dan aspirasi-aspirasi baru, dengan lain perkataan akan muncul lebih banyak

tuntutan dari lingkungan maupun dari dalam anak sendiri yang kesemuanya

ingin dipenuhi. Beberapa ketrampilan yang perlu dimiliki anak pada fase ini

meliputi antara lain :

a. Ketrampilan menolong diri sendiri (self-help skills) : misalnya dalam

hal mandi, berdandan, makan, sudah jarang atau bahkan tidak perlu

ditolong lagi.

b. Ketrampilan bantuan sosial (social-help skills) : anak mampu

membantu dalam tugas-tugas rumah tangga seperti : menyapu,

membersihkan rumah, mencuci dan sebagainya.

c. Ketrampilan sekolah ( school-skills) : meliputi penguasaan dalam hal

akademik dan non akademik.

d. Ketrampilan bermain (play- skills) : meliputi ktrampilan dam berbagai

jenis permainan seperti main bola, mengendarai sepeda, catur,

bulutangkis dan lain-lain.

8. Tugas Pekembangan Anak Usia Sekolah


31

Tugas-tugas perkembangan pada anak usia sekolah 6-12 tahun

menurut [ CITATION Hur041 \l 14345 ]adalah sebagai berikut:

a. Belajar Kecekatan (Ketrampilan) Fisik

1) Hakikat tugas: mempelajari kecakapan , kertrampilan jasmani

lainnya. Misalnya: lari, meloncat, melempar, menerima,

memukul, menyepak, berenang, dan kecekatan dalam

menggunakan alat-alat yang sederhana: lompat tali, bola kecil,

dan sebagainya.

2) Dasar biologis: anak-anak telah mencapai dan mempunyai

pertumbuhan fisik mengenai koordinasi otot-otot dan saraf yang

memungkinkan untuk melakukan gerakan motoris.

3) Dasar psikologis: teman sebaya akan memberi hadiah bagi anak

yang sukses dalam bermain, dan akan memberi hukuman pada

teman yang gagal. Sehingga anak akan mengejar rasa senang dan

menghindari rasa tidak senang. Misalnya: di ejek oleh temannya,

tetapi bangga kalau mendapat pujian dari temannya.

4) Dasar sosiokultural : sekolah membantu untuk menyusun

kelompok bermain, terutama bagi anak-anak yang belum maju

agar tidak menjadi sasaran kukuman teman-temannya.

b. Belajar sikap yang benar

1) Hakikat tugas: anak-anak supaya dilatih untuk bisa

mengembangkan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan serta


32

keamanan tubuh yang realitas, termasuk didalamnya pengertian

tentang kenormalitasan jasmani dan rohani, abilitas

mempergunakan energi tubuh dan sikap yang pantas terhadap

lain jenis dan seks.

2) Dasar biologis: otot-otot telah tumbuh dengan cepat, terjadi

detentio permanentes, kelenjar kelamin masih tenang, hingga

umur 9-10 tahun.

3) Dasar psikologis: anak akan mendapat penghargaan atau celaan

dari teman sebaya atau oleh orang dewasa, tergantung dari

ketrampilan jasmani. Anak suka dengan permainan yang aktif.

Tampak sikap ingin tahu dan percobaan mengenai kelamin.

4) Dasar Sosiokultural: melatih keteraturan makan, minum, tidur,

menjaga kesehatan tubuh, sekolah harus membantu untuk

membentuk menjadi pribadi kanak-kanak yang baik dan juga

ajarkan tentang pendidikan seks harus bijaksana.

c. Belajar bergaul dengan teman sebaya

1) Hakikat Tugas: memperlajari sikap memberi dan menerima (give

and take). Selain itu anak juga harus belajar bersahabat dengan

lawan dan mengembangkan suatu kepribadian sosial.

2) Dasar biologis: kecakapan jasmani dan kebersihan menjadi

dasar yang penting untuk berhubungan dan bergaul dengan

teman sebaya.
33

3) Dasar psikologis: anak akan mulai dapat meninggalkan

lingkungan keluarga untuk memasuki pergaulan sosial dan anak

juga ingin memperbanyak sahabat.

4) Dasar sosiokultural: sekolah harus melatih untuk membentuk

kelompok campuran putra-putri dan tempat-tempat permainan

harus dapat pengawasan dari orang-orang dewasa untuk

mencegah hal yang buruk.

d. Belajar pengetahuan dan kecakapan dasar

1) Hakikat tugas: mempelajari mata-mata pelajaran sekolah dengan

perkembangan zaman.

2) Dasar biologis: otot-otot, saraf-saraf dan panca indera sudah

mulai berfungsi.

3) Dasar psikologis: dorongan ingin tahu dan mau berbuat sudah

jauh berkembang

4) Dasar sosiokultural: semakin maju kebudayaan masyarakat,

kecakapan-kecakapan mental dan fisik diharapkan semakin maju

pula.

e. Belajar norma hidup keseharian

1) Hakikat tugas: mendapatkan pengertian-pengertian yang umum

elemener sebagai bekal berpikir secara efektif sebagai warga

negara muda.

2) Dasar biologis: otak harus berkembang secukupnya, untuk


34

melakukan abstraksi

3) Dasar psikologis: anak mempunyai bekal pengertian sederhana,

terutama pengertian pengamatan. Misalnya: warna, bentuk, rasa.

4) Dasar sosiokultural: masyarakat mempunyai kategori

pengertian(umum, khusus, istimewa, dan sebagainya) yang

berlaku bagi semua orang. Misalnya: waktu, ruang, tinggi,

rendah, dan sebagainya.

f. Belajar kata hati

1) Hakikat tugas: melatih untuk mengembangjabn kesusilaan batin,

penghormatan dan pelaksanaan pada aturan morak sebagai

permulaan untuk mengenal dan melaksanakan norma-norma

susila yang rasional.

2) Dasar psikologis: pada anak kecil telah ada yang naif. Misal:

enak- tidak enak, senang-tidak senang.

3) Dasar sosiokultural: masyarakat mempunyai kekhususan

mengenai moralitas dan sekolah juga harus mendidik moralitas

kepada anak- anak.

g. Belajar mandiri

1) Hakikat tugas: berusaha menjadi hakikat yang otonom, yang

sudah mampu untuk membuat rencana-rencana dan

melaksanakannya, agar dapat berdiri sendiri dan lepas dari orang

tuanya.
35

2) Dasar psikologis: secara fisik anak bebas dari orang tuanya tetapi

untuk emosionalnya masih terikat. Apa yang dikatakan oleh

orang disekitar dianggap semua benar.

3) Dasar sosiokultural: orang tua menginginkan anak untuk dapat

mengerjakan tugas sendiri tanpa minta bantuan orang lain.

h. Belajar bersikap sosial

1) Hakikat tugas: melatih sifat sosial yang rasional dan demokratis.

2) Dasar psikologis: anak akan meniru orang yang terkemuka yang

dilihat oleh anak-anak, pengalaman emosional mendalam baik

yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Dan sekolah

mengajarkan tentang norma-norma sikap sosial yang baik dalam

bidang-bidang kebudayaan. Misal: demokrasi, ekonomi, politik,

agama, seni-budaya, kebangsaan, perikemanusiaan, dan

sebagainya (Fudyartanta, 2012).

Tugas–tugas perkembangan anak sekolah dasar menurut Havighurst

dalam [ CITATION Hur02 \l 14345 ] adalah sebagai berikut :

a. Mempelajari ketrampilan fisik yang dipelukan untuh permainan-

permaianan yang umum

b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk

yang sedang tumbuh

c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya

d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat


36

e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,

menulis dan berhitung

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan seharihari

g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai

h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan

lembaga-lembaga

i. Mencapai kebebasan pribadi

Adapun perkembangan kepribadian menurut [ CITATION Yus00 \l 14345 ]

yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik seperti berikut :

a. mudah marah ( tersinggung )

b. menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan

c. sering merasa tertekan ( stress atau depresi )

d. bersikap kejam atau senang menganggu oran lain yang usianya

lebih muda atau terhadap binatang (hewan)

e. ketidakmampuan untuk menghindari dari perilaku menyimpang

meskipun sudah diperingati atau dihukum

f. mempunyai kebiasaan bohong

g. hiperaktif

h. bersikap memusuhi semua bentuk otoritas

i. senang mengkritik/mencemooh orang lain

j. sulit tidur
37

k. kurang memiliki rasa tanggung jawab

l. sering mengalami pusing kepala ( meskipun penyebabnya bukan

bersifat organis)

m. kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama

n. bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan

o. kurang bergairah dalam menjalani kehidupan

C. Psikososial Anak Usia Sekolah

1. Perkembangan Psikososial anak usia sekolah

Terdapat banyak teori yang memaparkan perkembangan psikososial

menurut beberapa ahli, akan tetapi paling banyak dianut adalah teori

psikosisal dari Erik Erikson. Pendekatan Erikson tentang proses

perkembangan anak adalah dengan menguraikan lima tahapan perkembangan

psikososial, yaitu percaya versus tidak percaya, inisiatif versus rasa bersalah,

pengembangan rasa industry (industry versus inferiority), dan identitas dan

kerancuan pesan. Perkembangan tahapan perkembangan psikososial anak usia

sekolah yaitu pengembangan rasa industry (industry versus inferiority)

(Wong, 2009).

Menurut Bastable (2008) perkembangan psikososial adalah proses

penyesuaian psikologis dan social sejalan dengan perkembangan seseorang

sejak bayi sampai dewasa berdasarkan delapan tahap kematangan psikologis

dan sosial manusia.


38

Erikson menyebutkan bahwa tugas perkembangan pada anak usia

sekolah adalah industri versus inferioritas (industry vs inferioritas). Pada masa

ini, anak mencoba memperoleh kompetensi dan ketrampilan yang dibutuhkan

untuk berfungsi kelak pada usia dewasa. Mereka yang memperoleh kegagalan

sering merasa rendah diri atau tidak berharga dapat mengakibatkan penarikan

diri dari sekolah maupun kelompok temannya. Videbeck (2008),

menyebutkan bahwa psikososial pada anak usia sekolah yaitu anak sudah

mulai berkompetensi dan memunculkan kepercayaan diri terhadap

kemampuan, dan merasa senang akan prestasinya.

Anak usia sekolah mulai mendeskripsikan diri mereka berdasarkan

karakteristik internal. Mereka mulai mendefinisikan konsep diri yang

merupakan suatu evaluasi diri. Interaksi dengan kelompok akan menyebabkan

mereka mendefinisikan pencapaian diri berdasarkan perbandingan dengan

pencapaian orang lain. Hal ini dilakukan saat mereka berusaha membangun

citra diri yang positif.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 tahun 2009

tentang standar pendidikan anak (dalam Rizki Neza Irma Nurbahria, 2013),

disebutkan ciri-ciri perkembangan psikososial anak adalah sebagai berikut:

a. Menunjukan sikap mandiri dan memilih kegiatan

b. Menunjukan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif

secara positif
39

c. Menaati peraturan yang berlaku dalam suatu permainan

d. Menunjukan rasa percaya diri

e. Menjaga diri sendiri dari lingkungannya

Jika anak sudah menunjukan ciri-ciri seperti yang disebutkan diatas

maka proses perkembangan sosial yang dilakukan sudah baik, dan akan

menghasilkan anak yang mempunyai perkembangan sosial emosional yang

baik pula.

2. Bentuk-Bentuk Perkembangan Psikososial Anak

Perkembangan psikososial anak usia sekolah berada pada

pengembangan industri). Pada usia ini anak akan berusaha untuk mencapai

kompetensi dan keterampilan yang penting (Potter & Perry, 2009). Anak

sekolah yang dapat mencapai kompetensi dan mendapat keberhasilan akan

menimbulkan rasa pencapaian dan perasaan berharga. Sebaliknya, anak yang

gagal dalam mencapai kompetensi dapat merasa tidak berharga dan mulai

menarik diri dari sekolah dan sebaya. Dalam masa usia sekolah, emosi dapat

dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu:

a. Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari

luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah,

kenyang dan lapar.

b. Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan

kejiwaan, diantaranya adalah:


40

1) Perasaan intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut pau

dengan ruang lingkup kebenaran, seperti rasa yakin dan

tidak yakin, rasa gembiran mendapat suatu kebenaran, rasa

puas dapat menyelesaikan persoalan.

2) Perasaan sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan

dengan orang lain, seperti rasa solidaritas, persaudaraan,

simpati, kasih sayang.

3) Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan

nilai-nilai baik dan buruk, seperti rasa tanggung jawab, rasa

bersalah.

4) Perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berkaitan erat

dengan keindahan sesuatu.

5) Perasaan ketuhanan, yaitu perasaan untuk mengenal

Tuhannya. (Yusuf, 2001)

Sedangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial yang berkembang pada

anak usia sekolah adalah sebagai berikut:

a. Pembangkangan (negativisme), yaitu suatu bentuk tingkah laku

melawan.

b. Agresi (aggression), yaitu perilaku menyerang baik secara fisik

(non verbal) maupun kata-kata (verbal).

c. Berselisih/bertengkar (quarreling), terjadi apabila anak merasa


41

tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain,

seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut

barang atau mainannya.

d. Persaingan (rivalry), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain

dan selalu didorong (distimulasi) oleh orang lain.

e. Kerjasama (cooperation), yaitu sikap mau bekerja sama dengan

kelompok.

f. Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior), yaitu sejenis

tingkah laku untuk menguasai situasi social, mendominasi atau

bersikap “bossiness”.

g. Simpati (simpaty), yaitu sikap emosional yang mendorong

individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau

mendekati atau bekerja sama dengannya. (Yusuf, 2001)

3. Permasalahan Dalam Perkembangan Psikososial Anak

Pada dasarnya gangguan psikososial dapat bermanifestasi sebagai berikut:

a. Gangguan perasaan (misalnya depresi, kecemasan)

b. pada gangguan tubuh (misalnya gangguan psikosomatik),

c. pada tingkah laku (misalnya gangguan tingkah laku, perilaku pasif

agresif)

d. pada penampilan (misalnya problem-problem belajar)

Problem-problem psikososial pada anak dapat ditimbulkan oleh stres

fisik atau emosi cacat bawaan, luka fisik, praktek-praktek pengasuhan anak
42

yang tidak konsisten dan tidak sesuai, penyiksaan dan penyia-nyiaan anak,

kesibukan yang berlebihan,penyakit kronis dan lain-lain. Namun agen tertentu

tidak menimbulkan gejala atau gangguan khusus; agaknya problem

psikososial anak merupakan sumber yang bersifat multifactor; ekspresi

mereka tergantung pada banyaknya variabel, yaitu meliputi termperamen,

tingkat perkembangan sifat dan lamanya stress, pengalaman masa lalu, dan

kemampuan keluarga dalam menanggulangi dan menyesuaikannya

(Nelson,2012)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial anak

menurt Papalia (2009) adalah:

a. Diri (self)

Diri merupakan pemahaman seorang anak terhadap diri

mereka sendiri, tentang cara anak menggambarkan diri mereka. Dalam

diri anak- anak berkembang memiliki beberapa pemahaman, yaitu:

1) Pemahaman diri

Pada masa anak-anak, maka mereka akan berfikir bahwa diri

mereka dapat dijelaskan melalui banyak karakteristik material,

seperti ukuran, bentuk dan warna. Selain itu, anak-anal juga

sering menggambarkan diri mereka dalam bentuk aktivitas

permainan (Santrock, 2011).

2) Harga diri

Harga diri adalah bagian dari evaluasi konsep diri, penilaian


43

yang dibuat anak mengenai seberapa berharganya mereka.

Harga diri pada masa anak-anal bersifat tidak ada perbedaan

“saya baik” atau “saya jahat” (Papalia, 2009).

3) Pemahaman pengaturan emosi

Pemahaman dan pengaturan emosi akan meningkatkan

kemampuan social anak dan kemampuan untuk menjalin

hubungan baik dengan orang lain. Hal ini membantu anak

dalam mengatur perilaku dan mengungkap tentang perasaan-

perasaan mereka (Santrock, 2011).

Pemahaman diri anak menjadi sangat penting, karena terkait

dengan pertumbhan selanjutnya. Apabila anak memahami diri

mereka, maka anak akan mampu untuk mendeskripsikan diri

mereka sesuai dengan tahapan perkembangannya.

b. Gender

Identitas gender (gender identity) adalah kesadaran yang

berkembang pada masa anak-anak bahwa seseorang adalah laki-laki

atau perempuan (Papalia, 2009). Indentitas gender melibatkan

kesadaran gender seseorang, termasuk pengetahuan, pemahaman dan

penerimaan sebagai laki-laki atau perempuan. Salah satu aspek

indentitas gender adalah adanya pengetahuan bahwa apakah dirinya

seorang anak perempuan atau laki-laki. Pada umumnya anak dapat

mengetahui setelah usianya lebih dari 2,5 tahun (Santrock, 2011).

Santrock (2011) menyatakan anak-anak sudah menunjukkan


44

gambaran bahwa mereka menghabiskan waktu bersama teman

bermain berjenis kelmain sama sejak anak berusia sekitar 3 tahun.

pada anak dengan usia 4-12 tahun, gambaran untuk bermain bersama

dalam kelompok yang berjenis kelamin sama meningkat, dan selama

tahun- tahun sekolah dasar, anak-anak menghabiskan sebagian besar

waktu luang mereka bersama anak-anak yang berjenis kelamin sama.

c. Permainan

Permainan adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan

dengan terlibat di dalamnya, ketika fungsi serta bentuknya bervariasi.

Bermain adalah pekerjaan seorang anak, dan hal ini berkontribusi

terhadap seluruh aspek perkembangan. Melalui bermain, anak

merangsang indera, belajar menggunakan otot-otot mereka,

mengkoordinasikan penglihatan dan gerakan, memperoleh penguasaan

tubuh dan memperoleh berbagai keterampilan.[ CITATION Pap08 \l

14345 ]

d. Pengasuhan

Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan

penting dalam pembentukan perkembangan psikososial anak adalah

praktik pengasuhan anak. Keluarga adalah lingkungan yang pertama

kali menerima kehadiran anak. Dalam mengasuh anaknya orang tua

dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Disamping itu,

orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu didalam memelihara,

membimbing dan mengarahkan anak-anaknya. Sikap tersebut


45

tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda,

karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu.[ CITATION

Soe08 \l 14345 ]

D. Kerangka Teori

ANAK USIA SEKOLAH

Perkembangan normal : Perkembangan menyimpang :


1. Mempunyai rasa bersaing
2. Berperan dalam kegiatan 1. Sulit berkomunikasi dengan
kelompok orang lain
3. Berkomunikasi dengan orang 2. Sulit untuk memulai suatu
lain hubungan.
4. Menyatakan isi hatinya 3. Tidak mempunyai teman
(perasaan) dekat.
5. Kemampuan mengontor emosi 4. Menghindari komitmen dalam
6. Memahami keterampilan berintekrasi.
mengolah informasi yang 5. Tidak mampu mengatasi stres.
diterima 6. Tidak mau mengerjakan tugas
7. Menguasai keterampilan fisik sekolah
yang diperlukan dalam 7. Membangkang pada orang tua
permainan dan aktivitas fisik. untuk mengerjakan tugas
8. Membangun hidup sehat 8. Tidak ada kemauan untuk
mengenai diri sendiri dan bersaing dan terkesan malas
lingkungan 9. Tidak mau terlibat dalam
9. Belajar bergaul dan bekerja kegiatan kelompok
dalam kelompok sebaya 10. Memisahkan diri dari teman
10. Belajar menjalankan peranan sepermainan dan teman
social sesuai dengan jenis sekolah
kelamin
11. Mengembangkan keterampilan
dasar dalam membaca, menulis
dan berhitung agar mampu
berpartisipasi dalam masyarakat
12. Mengembangkan konsep-konsep
hidup yang perlu dalam
kehidupan
13. Menyelesaikan tugas yang
diberikan
14. Mencapai kemandirian pribadi
46

( Sumber : Hurlock 2002 )


(Skema 2.1)
Gambaran Kesehatan Psikologis

DAFTAR PUSTAKA

A, J. (2007). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rhineka Cipta.

Budiarjo, A. (1987). kamus Psikologis. Semarang: Dahara Prize.

Gunarsa, S. (2006). Psikologis Perkembanagan Anak dan Dewasa. Jakarta: Gunung Mulia.

Gunarsa, Yulia S. D. G. (2003). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Hurlock. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.


Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan :suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan. Surabaya: Erlangga.

Hurlock, E. (2008). Psikologis Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth. (2004). Developmenral Psychology. Jakarta: Erlangga.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.

Keliat B.A, Akemat , Helena. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Muscari, M. E. (2005). Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Alih Bahasa Alfrina. Jakarta: EGC.
47

Mustafa, F. (1977). Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, jilid II .
Jakarta: Bulan Bintang.

Natawijaya, R. (1987). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Dikti.

Ria Suwargarini, M. M. (2014). Gambaran Psikologis : konsep diri pada anak usia sekolah
dasar di wilayah banjir rob kelurahan sbandarharjo. Jurnal Keperawatan Anak , 2 (2), 124-
132.

Suliswati,dkk. (2005). Konsep Dasar Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

W, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri (Alih Bahasa, Monica Ester
ed.). Jakarta: EGC.

Yusuf, S. (2001). Psikologi Perkeabangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2000). Psikologis Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zulkifli. (1986). Psikologi Perkemabangan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

A, J. (2007). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rhineka Cipta.

Budiarjo, A. (1987). kamus Psikologis. Semarang: Dahara Prize.

Gunarsa, S. (2006). Psikologis Perkembanagan Anak dan Dewasa. Jakarta: Gunung Mulia.

Gunarsa, Yulia S. D. G. (2003). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Hurlock. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.


Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan :suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan. Surabaya: Erlangga.

Hurlock, E. (2008). Psikologis Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth. (2004). Developmenral Psychology. Jakarta: Erlangga.


48

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.

Keliat B.A, Akemat , Helena. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Latifa, U. (2017). Aspek Perkembangan Pada ANAK usia Aekolah Dasar: Masalah Dan
Perkembangannya. journal of mutidisiplinary studies , 1 (2), 186-196.

Muscari, M. E. (2005). Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Alih Bahasa Alfrina. Jakarta: EGC.

Mustafa, F. (1977). Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, jilid II .
Jakarta: Bulan Bintang.

Natawijaya, R. (1987). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Dikti.

Papalia. (2009). human development ( psikologi perkembangan ) bagia I s/d IV. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Ria Suwargarini, M. M. (2014). Gambaran Psikologis : konsep diri pada anak usia sekolah
dasar di wilayah banjir rob kelurahan sbandarharjo. Jurnal Keperawatan Anak , 2 (2), 124-
132.

Soenjiningsih. (2008). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Suliswati,dkk. (2005). Konsep Dasar Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Trianingsih, R. (2016). Pengantar Praktik Mendidik Anak Usia Sekolah. 3 (2), 197-211.

W, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri (Alih Bahasa, Monica Ester
ed.). Jakarta: EGC.

Yohanes dudu, Farida Halis,Esti. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perkembangan Psikososial Tahap Industry VS Inferiority Anak Usia Sekolah. Nursing News , 1
(2), 180-189.

Yusuf, S. (2001). Psikologi Perkeabangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2000). Psikologis Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zulkifli. (1986). Psikologi Perkemabangan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.


49

Anda mungkin juga menyukai