Anda di halaman 1dari 8

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

SINDROM NEFROTIK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


………………. 03 1 dari 8
RS UMI BAROKAH Tanggal Terbit Ditetapkan,
Jl. Prof. DR. Soeharso Direktur
No. 06 Boyolali
……………. …………………………………………..
Pengertian Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan
protein dalam urin secara bermakna, penurunan albumin dalam darah
(hipoalbuminemia), edema, dan serum kolestrol yang tinggi dan
lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut
dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler
glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus.
Kadang-kadang terdapat hematuria, dan penurunan fungsi ginjal.
Insiden tertinggi pada anak usia 3-4 tahun, rasio laki-laki dibanding
dengan perempuan.
Etiologi Sindrom nefrotik belum diketahui sebab pastinya, secara umum
penyebab dibagi menjadi berikut :
1. Sindrom Nefrotik Bawaan
Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen
resesif autosom menyebabkan sindrom nefrotik.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti
parasit malaria, penyakit kolagen, trombosis vena renalis,
pemajanan bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin,
garam emas, raksa, amiloidosis dan lain-lain. Sebab paling
sering sindrom nefrotik sekunder adalah glomerulonefritis
primer dan sekunder akibat infeksi keganasan penyakit jaringan
penghubung, obat atau toksin dan akibat penyakit sistemik

21
seperti :
a. Glomerulonefritis primer
b. Glomerulonefritis lesi minimal
c. Glomerulosklerosis fokal
d. Glomerulonefritis membranosa
e. Glomerulonefritis membranoproliferatif
f. Glomerulonefritis proliferatif lain
g. Glomerulonefritis sekunder
h. Infeksi : HIV, Hepatitis virus B dan C. Sifilis, malaria,
skisotoma, TBC, Lepra
i. Keganasan : Adenokarsinoma paru, payudara, kolon,
limfoma Hodgkin, mieloma multipel, dan karsinoma ginjal.
j. Penyakit jaringan penghubung : Lupus eritematosus
sistemik, artritis reumathoid, MCTD
k. Efek obat dan toksin : obat antiinflamasi nonsteroid,
preparat emas, penisilinamin, probenesid, air raksa,
kaptopril, heroin.
l. Lain-lain : DM, amiloidosis, preeklampsia, rejeksi alograf
kronik, refluks vesicoureter, atau sengatan lebah
3. Sindrom Nefrotik Idiopatik
Sindrom nefrotik yang belum diketahui jelas sebabnya.
Patofisologi Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan
berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi
proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan
hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik
plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam
interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke
renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan
kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan

22
peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang
kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan
air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma
albumin atau penurunan onkotik plasma.Adanya hiperlipidemia juga
akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul
oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak
dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel imun
tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia,
hiperlipidemia atau defisiensi seng.
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut :
1. Kenaikan berat badan
2. Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata,
tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari
3. Pembengkakan abdomen (asites)
4. Efusi pleura
5. Pembengkakan labia atau skrotum
6. Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare,
anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk
7. Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai
8. Iritabilitas
9. Mudah letih
10. Letargi
11. Tekanan darah normal atau sedikit menurun
12. Rentan terhadap infeksi
13. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih
Pemeriksaan Fisik - Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada
(terkait dgn edema ).
- Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada
tidaknya cyanosis, diaphoresis. Nafas pendek Tanda : Takipnea,

23
dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman (pernafasan Kussmaul);
nafas amonia. Batuk produktif dengan sputum kental merah muda (
edema paru)
- Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau
ronki, retraksi dada, cuping hidung.
- Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku (mood,
kemampuan intelektual, proses pikir), sesuaikah dgn tumbang? Kaji
pula fungsi sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
- Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya
hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan
buang air besar.
- Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan
jumlahnya.
Diagnosis Keperawatan 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam jaringan dan ruang ke tiga
Batasan karakteristik mayor : Edema, (perifer, sakral), kulit
menegang, mengkilap. Sedangkan batasan karakteristik minor :
asupan lebih banyak daripada keluaran, sesak nafas, peningkatan
berat badan (Carpenito, 2007)
Tujuan :
- Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien
mendapatkan cairan yang tepat) dengan Kriteria hasil : BB stabil,
tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada edema Intervensi :
a) Kaji masukan yang relative terhadap keluaran secara akurat.
Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan
penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
b) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : mengkaji retensi cairan
c) Kaji perubahan edema : ukiur lingkar abdomen pada
umbilicus serta pantau edema sekitar mata.
Rasional : untuk mengkaji asites dan merupakan sisi umum

24
edema
d) Atur masukan cairan dengan cermat
Rasional : agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang
dibutuhkan
e) Pantau infuse intravena
Rasional : untuk mempertahankan masukan yang diresepkan
f) Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan.
Rasional : untuk menurunkan ekskresi proteinuria
g) Berikan deuretik bila diresepkan
Rasional : untuk menghilangkan penghilangan sementara dari
edema
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Batasan karakteristik mayor : gangguan jaringan epidermis dan
dermis. Dan batasan karakteri minornya adalah :pencukuran kulit,
lesi, eritema, pruritis (Carpenito, 2007) Tujuan : Kulit anak tidak
menunjukan adanya kerusakan integritas : kemerahan atau iritasi
Kriteria hasil : Tidak ada kemerahan, lecet dan tidak terjadi
tenderness bila disentuh . Intervensi :
a) Berikan perawatan kulit
Rasional : memberikan kenyamanan pada anak dan
mencegah kerusakan kulit
b) Hindari pakaian ketat
Rasional : dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan
c) Bersihkan dan bedaki area kulit beberapa kali sehari
Rasional : untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena
gesekan dengan alat tenun
d) Topang area edema seperti skrotum, labia
Rasional : untuk menghilangkan area tekanan
e) Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk mencegah terjadinya dekubitus
f) Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur

25
penurun tekanan sesuai kebutuhan
Rasional : untuk mencegah terjadinya decubitus.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan (wong, 2004)
Tujuan : anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan
dan mendapatkan istirahat dan tidur yang adekuat Batasan
karakteristik mayor : kelemahan, pusing, dispnea. Batasan
karakteristik minor : pusing, dipsnea, keletihan, frekuensi akibat
aktivitas. Kriteria hasil Klien mampu melakukan aktivitas dan latihan
secara mandiri Intervensi :
a) Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat
Rasional : Tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat
menurunkan edema
b) Seimbangkan istirahat dan aktivitas bila ambulasi
Rasional : Ambulasi menyebabkan kelelehan
c) Rencanakan dan berikan aktivitas tenang
Rasional : Aktivitas yang tenang mengurangi penggunaan energi
yang dapat menyebabkan kelelahan
d) Instruksiksn istirahat bila anak mulai merasa lelah
Rasional : Mengadekuatkan fase istirahat anak
e) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : Anak dapat menikmati masa istirahatnya
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang
menurun, kelebihan beban cairan, kelebihan cairan. Tujuan : Tidak
menunjukan adanya bukti infeksi Kriteria hasil : Hasil laboratorium
normal, tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a) Lindungi anak dari kontak individu terinfeksi
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organism
infektif
b) Gunakan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional : untuk memutus mata rantai penyebaran infeksi

26
c) Jaga agar anak tetap hangat dan kering
Rasional : karena kerentanan terhadap infeksi pernafasan
d) Pantau suhu
Rasional : indikasi awal adanya tanda infeksi
e) Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi
Rasional : memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan
gejala infeksi
Penanganan Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan
akibat yang ditimbulkan pada anak dengan sindrom nefrotik sebagai
berikut :
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium
sampai kurang lebih 1 gram per hari, secara praktis dengan
menggunakan garam secukupnya dalam makanan dan
menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3
gram/kgBB/hari.
2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat
digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/kali,
bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila
edema refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari).
Selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan
hipokalemia, alkalosis metabolik, atau kehilangan caitan
intravaskular berat.
3. Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (international
Study of kidney Disease in Children) : prednison dosis penuh : 60
mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari
(maksimal 80 mg/kgBB/hari) selama 4 minggu dilanjutkan
pemberian prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan badan/hari
atau 2/3 dosis penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam
seminggu (intermitten dose) atau selang sehari (alternating dose)
selama 4 minggu, kemudian dihentikan tanpa tappering off lagi.
Bila terjadi relaps diberikan prednison dosis penuh seperti terapi

27
awal sampai terjadi remisi (maksimal 4 minggu), kemudian dosis
diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh. Bila terjadi relaps sering atau
resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.
4. Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.

5. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi


vital.

28

Anda mungkin juga menyukai