Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

BENTUK ASAL FLUVIAL


MINGGU KE-5

R. A. Naufal*, Y. Prasetio, D. K. Saras, R. Aditya, R. Pahwana, S. M. J. Safa, Kelompok 2


Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
*corresponding author: rifqi.15117064@student.itera.ac.id

1. PENDAHULUAN
Bentuklahan fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik
fisika maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk
permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang
merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak
terkonsentrasi. Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang
khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang
alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses
sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan.
Macam-macam proses fluviatil adalah:
1. Proses erosi adalah gaya melebar air yang mengalir di atas
permukaan air tanah menyebabkan terjadinya lembah-lembah.
2. Proses transportasi adalah proses perpindahan/pengangkutan
materal oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh
tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi.
3. Proses sedimentasi terjadi bila ketika sungai tidak mampu lagi
mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut
semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan
diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material
yang lebih halus

2. INTERPRETASI
2.1. Morfometri
a. Kelas Lereng (2o – 4o) Hijau Muda
Lereng yang memiliki kelerengan 2o – 4o dapat diinterpretasikan
sebagai bentuk lahan dengan lereng yang landai. Pada kelas lereng
tersusun oleh batuan dengan resistensi yang lemah. Gerakan massa
batuan bergerak lambat dan terjadi sedimentasi yang dominan.
b. Kelas Lereng (4° - 8°) Kuning
Lereng yang memiliki kelerengan 4o – 8o dapat diinterpretasikan
sebagai bentuk lahan dengan lereng yang landai dan agak miring.
Daerah ini bahaya terhadap erosi tanah. Pada daerah ini terjadi
sedimentasi yang lebih dominan dibanding erosi.
c. Kelas Lereng (8° - 16°) Jingga
Lereng yang memiliki kelerengan 8 o – 16o dapat diinterpretasikan
sebagai bentuk lahan dengan lereng yang sedikit terjal. Daerah ini
merupakan daerah yang rawan terhadap erosi dan longsoran. Kelas
lereng ini terdapat pada daerah perbukitan yang agak terjal.
2.2. Bentuk Asal Fluvial
a. Dataran Aluvial
Dataran aluvial merupakan daratan yang terbentuk akibat proses-
proses geomorfologi yang didominasi oleh tenaga eksogen yang
akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Pada peta, daerah
dataran aluvial ditandai dengan kode F1. Daerah ini digambarkan
dengan pola kontur yang sangat jarang dengand aerah yang luas.
b. Dataran Banjir
Dataran banjir merupakan dataran yang berada pada kiri dan kanan
sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai
tersebut. Limpasan ini umumnya berupa pasir, lanau, dan lempung.
Pada peta, daerah ini ditandai dengan kode F7.
c. Meander
Meander adalah badan sungai yang berkelok-kelok secara teratur
dengan arah belokan mencapai setengah lingkaran, hal ini terjadi
akibat dari adanya batuan yang resisten yang membuat arah aliran
dan kecepatan aliran air berubah. Pada peta, daerah ini ditandai
dengan kode F7.
d. Gosong Sungai
Gosong sungai adalah kumpulan sedimen yang telah diendapkan
oleh aliran sungai pada tubuh sungai. Jenis gosong sungai yang
terdapat pada peta ini adalah gosong tepi, yaitu kumpulan
ssedimennya ditemukan pada tipe sungai meander, biasanya di
bagian dalam dari belokan sungai. Pada peta, daerah ini ditandai
dengan kode F13.
e. Teras Fluvial
Teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses yang
telah terjadi di masa lalu. Faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah perubahan dari
tingkatan erosi dan perubahan iklim. Teras biasanya terdapat pada
dataran banjir. Pada peta, daerah ini ditandai dengan kode F14
2.3. Morfografi
a. Gawir
Gawir merupakan tebing yang sangat curam. Pada peta ini terdapat
satu gawir pada lereng bukit di bagian selatan peta. Kontur pada
peta dapat terlihat lebih rapat dari kontur disekitarnya yang terlihat
lebih renggang. Gawir ini dapat terjadi akibat adanya gaya endogen
berupa pengangkatan, dll. Pada peta, daerah ini ditandai dengan
kode S2.
b. Perbukitan
Dalam peta topografi ini terdapat bentuk morfografi berupa
perbukitan yang berada di bagian selatan dan bagian barat peta.
Namun perbukitan pada peta konturnya tidak terlalu tinggi dan
tidak memperlihatkan bentuk yang bagus. Pada peta, daerah ini
ditandai dengan kode S5.

3. KESIMPULAN
1. Bentuk asal fluvial dapat dilihat dari pola kontur dan aliran sungai
pada peta.
2. Berdasarkan hasil interpretasi terdapat bentuk asal struktural berupa
gawir dan perbukitan.
3. Berdasarkan hasil interpretasi terdapat bentuk asal fluvial berupa teras
fluvial, gosong sungai, meander, dataran banjir, dan dataran aluvial
4. Daerah ini memiliki kelerengan yang landai sampai sedikit terjal
dimana daerah yang sedikit terjal terletak pada perbukitan

4. LAMPIRAN
4.1. Peta Morfometri
4.2. Peta Bentuk Asal Fluvial
4.3. Tabel Bentuk Asal Fluvial
4.4. Tabel Bentuk Asal Struktural
4.5. Membuat Section/Penampang Pada Peta Bentuk Asal Fluvial
4.6. Perhitungan Klasifikasi Van Zuidam
Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal fluvial
Kode Warna Unit
F1 Dataran Aluvial
F7 Dataran Banjir
F13 Gosong Sungai
F14 Teras Fluvial
F22 Meander

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal struktural


Kode Warna Unit
S2 Gawir
S5 Perbukitan

Anda mungkin juga menyukai