Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

DISUSUN OLEH :
NAMA : ARI DAYOS TABAKWAN

NPM : 12114201180122

NOMOR ABSEN : 26

KELAS : B / 5

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya saya
mampu menyelesaikan tugas Analisa jurnal dengan metode PICO. Melalui
tugas ini diharapkan dapat menunjang nilai saya di dalam mataKuliah
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Saya menyadari bahwa, masih banyak
kesalahan dan kekurangan didalam tugas ini. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan tugas ini
di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………......
a. Daftar Tabel…………………………………………………….
b. PICO …………………………………………………………...
1.1.Evaluasi Kepatuhan Pelaksanaan Standar Prosedur
Operasional Manajemen Nyeri pada Pasien Luka Bakar di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
1.2.Respon Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Pasien Luka
Bakar yang Diberikan Kombinasi Alternative Moisture
Balance Dressing dan Seft Terapi di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
c. Pembahasan hasil PICO………………………………………..
2.1. Pembahasan……………………………………………….

PENUTUP…………………………………………………………...

a. Kesimpulan……………………………………………………
DAFTAR TABEL

1.1 Evaluasi Kepatuhan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional


Manajemen Nyeri pada Pasien Luka Bakar di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung

1.2 Respon Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Pasien Luka Bakar yang
Diberikan Kombinasi Alternative Moisture Balance Dressing dan
Seft Terapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PEMBAHASAN PICO

1.1 Judul Jurnal : Evaluasi Kepatuhan Pelaksanaan Standar Prosedur


Operasional Manajemen Nyeri pada Pasien Luka Bakar di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung

Problem :

Penelitian menggunakan metode deskriptif observasional retrospektif terhadap


99 rekam medis pasien luka bakar yang memenuhi kriteria inklusi di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2018.

Intervensi :

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional. Objek penelitian


adalah rekam medis pasien dengan luka bakar di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah rekam medis
pasien dewasa dengan luka bakar di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada
tahun 2018, baik operasi maupun tanpa operasi. Kriteria eksklusi meliputi
rekam medis pasien luka bakar yang dirawat di ruang intensive care unit.
Kriteria pengeluaran bila lembar pengkajian nyeri di dalam rekam medis rusak
atau tulisan tidak terbaca. Peneliti melakukan pencatatan data rekam medis
setelah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung No: LB.02.01/X.6.5/36/2019. Data penelitian yang diambil
adalah usia, jenis kelamin, luas luka bakar, tingkat pendidikan, pengkajian
nyeri, tindak lanjut (terapi), dan evaluasi ulang nyeri. Pengkajian nyeri sesuai
dengan SPO di RSUP Dr. Hasan Sadikin berdasar waktu dan teknik. Waktu
dikaji segera saat pasien tiba di ruang pemeriksaaan.

Comparasion :

Tindak lanjut hasil pengkajian nyeri luka bakar yang sesuai SPO
didapatkan pada 71 pasien (72%). Tindak lanjut pengkajian nyeri
dilaksanakan untuk menilai apakah pengobatan nyeri sudah sesuai dengan
skala nyeri sebagaimana telah diatur dalam SPO manajemen nyeri. Hasil
ini menjelaskan bahwa analgesik yang diberikan tidak cukup baik dan
terdapat 28% pemberian analgesik tidak sesuai dengan skala nyeri yang
terjadi (atau tidak sesuai dengan SPO manajemen nyeri). Hal ini dapat
terjadi karena beberapa faktor seperti obat yang tidak ada, persediaan obat yang
habis, ataupun pengetahuan tentang manajemen nyeri yang baik masih kurang.
Dari segi SPO, hal ini dapat terjadi karena sosialisasi SPO manajemen nyeri itu
sendiri kurang. Dari segi dokter maupun perawat, hal ini mungkin dapat
terjadi karena tidak tersampainya instruksi yang diberikan ataupun
instruksi sudah diberikan, namun tidak dikerjakan sesuai dengan SPO
manajemen nyeri. Hal tersebut membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan penyebabnya.

Outcome :

Jumlah rekam medis pasien luka bakar yang diteliti pada penelitian ini
sebanyak 99 rekam medis. Sebagian besar pasien berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 69 pasien (70%). Usia rerata pasien adalah 43,70±14,62 tahun. Luas
luka bakar terbanyak adalah ≤10% total body surface area (47%) dan kedua
terbanyak, yaitu 11–20% total body surface area (30%). Latar belakang
pendidikan terbanyak adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), yaitu
75% (Tabel 1).Nyeri luka bakar yang dikaji sesuai SPO dengan Numeric
rating scale (NRS) untuk pasien dewasa atau dengan Wong Baker faces
pain scale untuk dewasa yang tidak dapat berkomunikasi ditemukan pada
99 (100%). Tindak lanjut hasil pengkajian nyeri luka bakar yang sesuai
SPO ditemukan sebanyak 71 pasien atau sebesar 71,7% (Tabel 2).Nyeri ringan
yang diberikan terapi sesuai SPO manajemen nyeri (parasetamol atau
NSAID) didapatkan sebesar 43 pasien (100%). Untuk nyeri sedang yang
diberikan terapi yang sesuai dengan SPO (parasetamol/NSAID + opioid
lemah) sebesar 27 pasien (56%). Nyeri berat yang diberikan terapi sesuai
SPO (parasetamol/NSAID + opioid kuat) sebesar 1 pasien (12%; Tabel
3).Evaluasi ulang nyeri luka bakar setelah dilakukan tindak lanjut dari
pengkajian nyeri yang dilakukan sesuai SPO pada nyeri berat sebanyak 7
pasien (88%). Evaluasi ulang untuk nyeri sedang yang dilakukan sesuai
SPO ditemukan pada 44 pasien (92%). Untuk evaluasi ulang nyeri ringan
yang dilakukan sesuai SPO ditemukan pada 42 pasien (98%; Tabel 4).
1.2 Judul Jurnal : Respon Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Pasien Luka
Bakar yang Diberikan Kombinasi Alternative Moisture Balance Dressing
dan Seft Terapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Problem :

Desain penelitian ini adalah action research untuk mengetahui respon adaptasi
fi siologis dan psikologis pasien luka bakar yang diberikan kombinasi
alternative moisture balance dan SEFT terapi. Sampel adalah total populasi
dengan accidental sampling yang memenuhi kriteria inklusi.

Intervensi :

Pengambilan data berlangsung dalam 2 tahap, pengambilan data respon


adaptasi fi siologis fungsi proteksi proses penyembuhan luka bakar dengan
metode observasi menggunakan indikator NOC: Wound Healing Secondary
Intentt ion yang terdiri dari 10 item meliputi; (1) ukuran luka, (2) kedalaman
luka, (3) resolusi bullae, (4) resolusi jaringan nekrotik, (5) tipe eksudat, (6)
resolusi eksudat, (7) resolusi eritema, (8) resolusi jaringan edema, (9) granulasi
dan (10) epitelisai dengan total nilai skor rentang 10–50, skor yang tinggi
adalah status penyembuhan yang lebih baik menunjukkan respon adaptasi fi
siologis yang efektif atau adaptif dan dilakukan selama kurang lebih 4 bulan,
dari bulan Maret 2014 sampai dengan Juni 2014 dan data tentang respon
adaptasi psikologis fungsi konsep diri physical self dengan metode pengisian
kuesioner berdasarkan indikator acceptance dari NOC yang terdiri 10 item
meliputi; (1) perasaan tenang, (2) harga diri positif, (3) menjaga keakraban/
menjalin hubungan, (4) menyatakan perasaan tentang kesehatan, (5)
menerima realita status kesehatan, (6) mencari informasi, (7) koping mengatasi
masalah, (8) mengambil keputusan terkait kesehatannya, (9) pembaharuan
makna kesehatan, (10) harapan, dengan total nilai skor rentang 10–50, skor
yang tinggi menunjukkan respon psikologis yang adaptif, dilanjutkan dengan
wawancara terstruktur dilakukan setelah responden mencapai proses
penyembuhan dengan jaringan epitelisasi atau granulasi >25%

Comparasion :

Didapatkan 8 responden (Maret-Juni 2014). Jenis kelamin sebagian besar


(75%) laki-laki, usia rata-rata antara 17- 51 tahun, luas luka antara 6-55%
TBSA, derajat II 37,5%, derajat III 62,5%. Luka bakar merupakan salah satu
trauma yang disebabkan akibat kontak langsung ataupun tidak langsung dengan
sumber panas yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang sebagain
besar (75%) disebabkan karena kelalaian atau keteledoran baik dirumah
ataupun ditempat kerja, sedangkan luas luka bakar dipengaruhi oleh penyebab
kejadian luka bakar (WHO, 2014). Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh
dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menemukan usia antara 18
-52 tahun dengan luas luka 15-52% TBSA (Gravante dan Montone, 2010), dan
usia terbanyak antara 20 – 40 tahun 61.1% dengan rata-rata luas luka
39%TBSA Gowri et al., 2012). Sementara Othman (2010) menemukan luas
luka dalam rentang 10–48%TBSA terdapat pada responden dalam rentang usia
antara 18–45 tahun, yang juga terbukti pada hasil penelitian ini. Peneliti juga
sependapat bahwa luka bakar merupakan trauma yang disebabkan sebagain
besar karena kelalaian di rumah ataupun di tempat kerja, dapat terjadi pada usia
tersebut yang tergolong dengan usia produktif, dimana pada usia tersebut fungsi
dan peran adalah sebagai pekerja, sehingga sangat dimungkinkan kejadian
trauma banyak terjadi saat melakukan aktivitas dalam bekerja. Luas luka bakar
sangat dipengaruhi oleh penyebab terjadinya luka bakar dan situasi saat
terjadinya luka bakar.
Outcome :

Berdasarkan hasil penelitian tentang kombinasi alternative moiusture balance


dressing dan SEFT terapi dalam meningkatkan respon adaptasi psikologis dan
proses penyembuhan luka bakar di RSUP Dr.Sardjito dan setelah dilakukan
analisa serta pembahasan, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :

1. Respon adaptasi fisiologis fungsi proteksi proses penyembuhan luka


pasien luka bakar yang diberikan kombinasi alternative moisture
balance dressing dan SEFT terapi adalah adaptif. Proses penyembuhan
luka berlangsung lebih baik dan efektif dengan hasil penyembuhan luka
sebagian besar complete, pada derajat III dan derajat II sebagian besar
(87,5%) terisi jaringan granulasi dan epitelisasai antara 75 -100 % dari
luas luka.
2. Respon adaptasi psikologis fungsi konsep diri physical self pasien luka
bakar yang diberikan SEFT terapi adalah adaptif, sebagai berikut:
 Perasaan menjadi tenang dan nyaman, ikhlas dan pasrah, suka cita dan
nyeri berkurang.
 Penerimaan terhadap kondisi fisik: tidak merasa malu, tidak merasa
rendah diri, ikhlas, tidak merasa terganggu.
 Harapan dan motivasi responden terhadap kondisi kesehatan berharap
cepat sembuh, berkumpul dengan keluarga dan dapat bekerja lagi.
PEMBAHASAN HASIL ANALISA PICO

Pembahasan :

Persepsi nyeri yang dialami pasien bersifat subjektif sehingga tidak ada dua
orang yang mengalami rasa nyeri dengan respons dan perasaan yang sama.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi persepsi nyeri pada luka bakar, yaitu
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan luas luka bakar.14 Pada penelitian
ini didapatkan jumlah sampel sebanyak 99 pasien dengan usia rerata
43,70±14,62 tahun. Penelitian ini mendapatkan usia terbanyak pasien luka
bakar adalah pada rentang usia 41 sampai 60 tahun (48%). Penelitian
sebelumnya menemukan rentang usia 20 sampai 40 tahun merupakan usia
pasien dengan luka bakar terbanyak (61,1%). Hal ini menurut pendapat ahli
terjadi karena luka bakar merupakan trauma dan dapat terjadi pada usia
produktif yang pada usia tersebut fungsi dan peran sebagai pekerja sehingga
memungkinkan kejadian trauma luka bakar banyak terjadi pada saat melakukan
aktivitas dalam bekerja. Pada penelitian sebelumnya ini menyatakan pula tidak
ada korelasi antara usia dan persepsi nyeri, namun didapatkan bahwa pasien
yang lebih muda memiliki skor nyeri lebih tinggi daripada yang lebih tua.
Pengaruh usia pada persepsi nyeri tidak diketahui secara luas. Orang tua
berespons terhadap nyeri berbeda dengan orang yang lebih muda, beberapa
faktor yang memengaruhi orang tua bahwa mereka berpendapat bahwa nyeri
yang terjadi merupakan sesuatu yang harus diterima dan kebanyakan orang tua
takut terhadap efek samping obat antinyeri berhubung dengan penyakit
penyerta yang ada sehingga mereka tidak melaporkan derajat nyeri sesuai dari
yang harusnya dirasakan. Luas luka bakar terbanyak adalah luka bakar dengan
luas luka bakar dengan luas luka bakar sebesar ≤10% total body surface area
(47%) dan kedua terbanyak adalah luka bakar dengan luas luka bakar 11−20%
total body surface area (30%). Pengaruh luas luka bakar terhadap persepsi
derajat nyeri tidak selalu berbanding lurus, hal ini ditentukan oleh faktor yang
lain seperti kedalaman luka bakar. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang
tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa luas luka bakar
terbanyak adalah luas luka bakar <20% total body surface area.
PENUTUP

a. Kesimpulan
Pengkajian nyeri pada seluruh pasien luka bakar di RSUP Dr. Hasan
Sadikin tahun 2018 sudah sesuai dengan SPO manajemen nyeri. Tindak
lanjut hasil pengkajian nyeri luka bakar dan evaluasi ulang yang
dilakukan belum sesuai dengan SOP manajemen nyeri.

Anda mungkin juga menyukai