Anda di halaman 1dari 10

Nama: Novita Meylia Panti

Kelas: Biologi nondik A


Nim: 432419052
Tugas: Ekologi Pesisir
Valuasi Kerusakan Ekosistem Pesisir dan Laut- Sebuah Pendekatan Sosial
Ecology System

Ecosystem Penilaian Ekosistem Nilai Ekosistem dan Pendekatan


Valuasi Ekosistem Pesisir dan Laut
- Beberapa Studi Kasus ICM Tata Kelola Jasa Ekosistem –
– Pendekatan dan Metodologi
Valuation – Some Case Studies Pesisir dan Pendekatan Marine
SES

Valuasi Valuasi Prinsip ICM Kerangka Valuasi


1. Hirarki Permasalahan Kerusakan Kerusakan Ekosistem Dalam 1. Pendekatan Sistem
Ekosistem Ekosistem Ekosistem Perspektif ICM Sosial-Ekologi Pesisir
Mangrove Lamun
2. Tata Kelola dan Nilai Jasa dan Laut
Ekosistem 2. Teori Dasar Jasa
3. Pendekatan Valuasi - Ekosistem
Layanan Ekosistem 3. Tata Kelola Ekosistem
4. Pendekatan Valuasi - Pesisir dan Laut Hirarki
Keanekaragaman Hayati Valuasi 4. Jasa Ekosistem Pesisir
5. Kerangka Penilaian Jasa Kehilangan dan Laut
Spasial
Ekosistem
Perikanan

Pemateri 1
Valuasi ekosistem pesisir dan laut : studi kasus ekosistem
terumbu karang

Tujuan:
Latar Belakang: 1. Mengkaji Ekosistem
Maraknya isu tentang 2. Menentukan nilai
kerusakan ekosistem ekosistem terumbu karang
Permasalahan: Manfaat:
pesisir dan laut
1. Perhitungan Besaran kerugian akibat 1. Menyediakan nilai ekosistem dan nilai/
kerusakan lingkungan hidup selama ini harga kerugian
menggunakan niali ekosistem referensi 2. Mengurangi biaya operasional observasi
2. Kondisi ekosistem Indonesia beragam 3. Mengurangi perhitungan ganda
3. Metode perhitungan valuasi yang dapat
diterima oleh masyarakat.

Pemecahan masalah:

Menghitung evaluasi ekosistem dengan


menggunakan metode emergy analyses (EmA)

Pemateri 2
- Rangkuman untuk materi 1 (Valuasi Kerusakan Ekosistem pesisir dan laut- Sebuah Pendekatan

Social Ekologi sistem )

1. Tata Kelola Jasa Ekosistem – Pesisir dan Pendekatan Marine SES


a. Pendekatan Sistem Sosial-Ekologi Pesisir dan Laut:
Sistem sosial-ekologi (SES) adalah sistem unit biologis / unit ekosistem yang
terkait dan dipengaruhi oleh satu atau lebih sistem social. Sistem ekologi di daerah
pesisir sangat berhubungan erat dengan/dan dipengaruhi oleh satu atau lebih
sistem sosial. Pendekatan ini dikenal dengan Sistem Ekologi-Sosial (SES) wilayah
pesisir dan lautan. Pendekatan kontemporer pengelolaan pesisir dan lautan
berbasis ekologi-sosial pada dasarnya adalah integrasi antara pemahaman ekologi
(ecological understanding) dan nilai – nilai sosial ekonomi (socio-economic
value). Tujuan dari pengelolaan pesisir dan lautan berbasis sosial ekologi adalah
memelihara dan menjaga kelestarian serta integritas sekosistem, sehingga pada
saat yang sama mampu menjamin keberlanjutan suplai sumber daya untuk
kepentingan sosial ekonomi manusia.
b. Teori Dasar Jasa Ekosistem: secara teoritis herman daly memperkenalkan dua
teori yaitu:
Empty world dan full world: jika tidak bisa mengontrol manusia maka
pengelolaan ekonomi yang keluar lebih besar sedangkan pengelolaan
ekosistemnya akan mengecil
c. Tata Kelola Ekosistem Pesisir dan Laut Hirarki:
Pengelolaan kawasan pesisir dan laut di pulau-pulau kecil (PPK) saat ini
merupakan permasalahan yang krusial. Secara umum PPK sangat berpotensi
mengalami kerusakan habitat, perubahan pada proses alami ekosistem dan
pencemaran. Secara khusus, PPK juga rentan terhadap bencana alam dan aktivitas
manusia, seperti; penambangan pasir dan praktik destructive fishing (penangkapan
ikan dengan racun dan bom ikan). Kerentanan PPK ini disebabkan oleh lokasi
terpencil, sumber daya yang terbatas, ketergantungan yang tinggi pada barang
impor, biaya transportasi yang tinggi dan rawan terhadap bencana alam
Pengelolaan PPK semakin kompleks seiring terjadinya konflik kepentingan secara
internal dalam masyarakat dan pada tingkatan pemerintahan. Beberapa indeks
yang harus diperhatikan adalah:
a. Penyediaan: ikan dan biota laut untuk pangan dan non-pangan
b. Budaya: wisata pesisir dan bahari
c. Pengaturan: mengatur: pengendalian makanan, pengendalian air,
keseimbangan iklim
d. pendukung: siklus hara, produktivitas primer dan sekunder

2. Valuasi Ekosistem Pesisir dan laut- Pendekatan dan metodologi


a. Hirarki Permasalahan Ekosistem:
Dikatakan bahwa social dan manusia itu adalah sumber daya
permintaan,dan ekosistem adalah penyuplai. Permasalahan ekosistemnya
ada yang permasalahan alami seperti:kekurangan sumber daya
alam,hilangya fasilitas rekreasi,dan pencemaran lingkungan. Untuk
permasalahan social seperti: kerusakan atau kemacetan perkotaan serta
konflik social
b. Tata Kelola dan Nilai Jasa Ekosistem:
Dari pengelolaan ekosistem maka akan diperoleh konstituen kesejahteraan
manusia yag dapat dibagi menjadi beberapa aspek yaitu:
a. Keamanan: keamanan pribadi, akses sumber daya aman, keamanan
dari bencana
b. Sebuah dasar untuk kehidupan yang lebih baik: kehidupan yang
memadai, makanan bergizi yang cukup, tempat berteduh, akses yang
baik
c. Kesehatan: kekuatan, perasaan sehat, akses udara dan air bersih
d. Hubungan social yang baik: kohesi sosial, saling menghormati dan
kemampuan untuk membantu orang lain
c. Pendekatan Valuasi - Layanan Ekosistem:
d. Pendekatan Valuasi - Keanekaragaman Hayati:
Keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk
hidup.Keanekaragaman dari makhluk hiudp dapat terjadi karena adanya
perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tesktur, penampilan dan
sifat. Keanekaragaman gen merupakan variasi genetik dalam satu spesies.
Keanekaragaman Hayati berkaitan dengan ekosistem-spesies dan
kesejahteraan manusia
e. Kerangka Penilaian Jasa Ekosistem:
Dalam hal ini terdapat ekosistem pesisir dan laut-tipologi sumber daya dan
dibagi menjadi habitat, spesies dan komunitas maka akan menghasilkan
penilaian total ekosistem.

3. Penilaian Ekosistem - Beberapa Studi Kasus Valuation –beberapa kasus


a. Valuasi Kerusakan Ekosistem Mangrove:
Ekosistem memiliki keuntungan dan pembiayaan maka diperlukan untuk
menyeimbangkan kedua hal ini. Berikut ini adalah model keterkaitan
mangrove:

Productivitas biologi

Pemamenan sumber daya bersih


Model Keterkaitan Mangrove dan Sumber daya ikan

b. Valuasi Kerusakan Ekosistem Lamun


Permasalahan pada lamun juga sama halnya dengan mangrove. Pesoalannya
dsisini adalah hubungan perikaran lamun yang menggunakan pendekatan
indeks tempat tinggal lamun. Contohnya ada beberapa ikan di wilayah tertentu
kemudian dapat dihitung pendekatan indeks tempat tinggalnya dan dapat
diskusikan ke dalam model usaha tangkap lamun maka dapat diketahui berapa
ton dari setao ikan di kawasan tersebut.
c. Valuasi Kehilangan spasial ikan
alokasi spasial intensitas penangkapan ikan:
fkhm(t) SAEkhm(t).DAYS.Vhm(t)

dimana Pkquasi kh m(t )


SAE(t)= D m/

∑ (Pkqusiπkhm (t)) Dkh D m/


Contohnya: ada racungan di daerah lampung timur terdapat
pendaratan ikan di bagian selatan (S1 memiliki tempat
memacing yang berjarak <= 5 mil dari landing base)
sedangkan bagian utara memiliki S2 memilki tempat
memancing yang berjarak >5 mil dari landing base) maka
akan didapatkan hasilnya contohnya kedua wilayah tersebut
memiliki tingkat kerusakan yang berbeda setalah dihitung
dengan menggunakan alokasi spasial intensitas penangkapan
ikan.
4. Nilai Ekosistem dan Pendekatan ICM
a. Prinsip ICM (pengelolaan pesisir terpadu)
Prinaip ICM terdiri dari 3 yaitu: integrasi, pengelolaan berbasis ekosistem,
pengelolaan adaptif Jadi penilaian ekosistem tersebut dapat mewarnai 3 prinsip
dari ICM itu melalui siklus ICM.
b. Kerangka Valuasi Ekosistem Dalam Perspektif ICM
Dari siklus tersebut dapat terdapat indeks yang dapat dijadikan dasar yaitu
(initiate= memulai, develop= mengembangka, adoption= adopsi, implement=
melaksanakan dan yang terkhir adalah refine = menyaring) kemudian
dikembangkan menjadi kebijakan pembangunan berkelanjutan di kawasan pesisir
dimana terdapat 5 indikator spek kawasan pesisir dan ada 6 indikator untuk aspek
pembangunan berkelanjutan.
- Resume tentang materi 2 (Valuasi Ekosistem Pesisir dan Laut : Studi kasus ekosistem
terumbu karang

Dalam video pemateri kedua membahas tentang perhitungan kerusakan ekosistem terumbu
karang di daerah karimunjawa. Sudah dilakukan beberapa kali rapat atau diskusi untuk
membahas tentang metodologi yaitu:

1. FGD 1: Diskusi para pakar


2. Paparan paper international symposium (ICTCRED)
3. FGD di BRSDM KP-KKP
4. FGD II (Pemangku Kepentingan)
5. Paparan siding monev kemajuan hibah DDRF 2019
6. Workshop nasional penyusunan policy brief

Pada hasil pertemuan pertam yaitu FGD 1 seluruh peserta menerima konsep perhitungan
valuasi ekosistem terumbu karang di taman nasional karimun jawa dengan metode emergy
beserta penentuan variabelnya. Valuasi ekosistem meliputi ecological value dan service value
sehingga menggunakan gabungan metode Emergy ( EmA) dan metode konvensional dari
hasil reapat FGD tersebut dapat menentukan variable-variabel dari nilai ekosistem ataupun
nilai pelayanan. Setelah dilakukan pengukuran data maka akan di peroleh tabulasi variable
untuk valuasi

a. Ecological value variable


aspek-aspeknya adalah
1. Matahari
2. CO2
3. Benthos
4. Ikan
5. Massa air
6. Zooxanthelae

b. Service value variable


1. Pariwisata
2. Budidaya
3. Biaya Perlindungan/Pengelolaan
4. Ekosistem Penyangga
5. Tutupan hidup Karang

Di tutupan hidup karang memiliki satuan luas. Untuk mengukur luas terumbu karang.

Penghitung luas tutupan karang:

Akan dilakukan suatu pengukuran tetapi sebelum melakukan pengukuran harus melakukan
atau melihat batasan-batasan wilayah yang harus dikaji dan digunakan sebagai sampling
untuk mengukur variable-variabel luasan maupun tutupan karang tersebut

Sebelum melakukan suatu perhitungan pengukuran lua sterumbu karang beberapa hal yang
penting dilakukan adalah kita mengikuti beberpa panduan monitoring kesehatan terumbu
karang yang dirilis oleh critc coremap lipi. Pengukuran variable kondisi karang meliputi:

1. Persen tutupan karang hidup


2. Komunitas (biomassa) ikan terumbu karang
3. Densitas megabenthos
4. Densitas zooxanthelle
5. Tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang

Metode EmA cukup efektif untuk menegekspresikan nilai ekosistem berbasis kondisi
ekosistem terumbu karang setempat dan layanan ekologisnya.

Dari pengukuran ini diperoleh hasil bahawa nilai ekosistem terumbu karang di taman
nasional karimunjawa adalah Rp. 3. 174.013/m2/tahun. Dan tingkat recovery
(pemulihan)terumbu karang di taman nasional karimunjawa adalah 26% sehingga untuk
memulihkan 100% pada setiap m2 kerusakan dibutuhkan waktu ±65 tahun penyusutan
efektif.

Dari hasil ini juga dapat direkomendasikan yaitu: diusulkannya nilai/harga ekosistem
terumbu karang nasional untuk menjadi salah satu variable perhitungan kerugian kerusakan
lingkungan hidup. Sesuai dengan (LH No. 7/2014) ekosistem terumbu karang. Dan juga
dapat diusulkan bahwa metode valuasi ekosistem terumbu karang tersebut untuk
diaplikasikan di lokasi lain sehingga diperoleh hasil value/nilai ekosistem terumbu karang
untuk tingkat local dan nasional.

Anda mungkin juga menyukai