Anda di halaman 1dari 4

PPK Tanggal terbit Disahkan oleh :

MATA Direktur RSD Aeramo

drg. Emerentiana Reni W. MHlth & IntDev


NIP. 19720123 200012 2 002
No. ICD 10 H25
Diagnosis Katarak Senilis
Pengertian Kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut. Penyebab
pasti sampai sekarang belum diketahui. Terjadi perubahan
kimia pada protein lensa dan agregasi menjadi protein
dengan berat molekul tinggi. Agregasi protein ini
mengakibatkan fluktuasi indeks refraksi lensa, pemendaran
cahaya dan mengurangi kejernihan lenssa. Factor yang
berperan penting pada pembentukan katarak antara lain
proses oksidasi dari radikal bebas, paparan sinar ultra violet
dan malnutrisi. Menurut tebal tipisnya kekeruhan lensa,
katarak senilis dibagi menurut 4 stadium:
1. Katarak insipient
Kekeruhan lensa tampak terutama di bagian perifer
korteks berupa garis-garis yang melebar dan makin ke
sentral menyerupai ruji sebuah roda. Biasanya pada
stadium ini belum meinmbulkan gangguan tajam
pengilhatan yang bermakna.
2. Katarak imatur atau katarak intumesen
Kekerahan terutama di bagian posterior nucleus dan
belum mengenai seluruh lapisan lensa. Terjadi
pencembungan lensa karena lensa menyerap cairan,
akan mendorong iris ke depan yang menyebabkan bilik
mata depan menjadi dangkal. Lensa yang menjadi lebih
cembung akan meningkatkan daya bias, sehingga terjadi
perubahan refraksi.
3. Katarak matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa, warna
menjadi putih keabu-abuan. Tajam penglihatan menurun
sampai hitung jari atau gerakan tangan atau persepsi
cahaya.
4. Katarak hipermatur
Apabila stadium matur, dibiarkan akan terjadi oencairan
korteks dan nucleus tenggelam ke bawah (katarak
morgagni), atau lensa akan terus kehilangan cairan dan
keriput (shrunken cataract). Operasi pada stadium ini
kurang menguntungkan karena menimbulkan penyulit.
Anamnesis 1. Tajam penglihatan menurun; makin tebal kekeruhan
lensa, tajam penglihatan makin mundur. Demikian pula
bila kekeruhan terletak di sentral dari lensa penderita
merasa lebih kabur dibandingkan kekeruhan di perifer
2. Penerita merasa lebih enak membaca dekat tanpa
kacamata seperti biasanya karena miopisasi
3. Kekeruhan di subskapular posterior menyebabkan
penderita mengeluh silau dan penurunan penglihatan
pada keadaan terang
Pemeriksaan 1. Visus dan refraksi
Fisik 2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
Kriteria 1. Viss menurun bisa sampai LP (+). Diperiksa proyeksi
Diagnosis iluminasi dari segala arah pada katarak matur untuk
megetahui fungsi retina secara garis besar
2. Reflex pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal
3. Leukokoria: tampak pupil berwarna putih pada katarak
matur dan kekeruhan pada lensa terutama bila pupil
dilebarkan, berwarna putih keabu-abuan yang harus
dibedakan dengan reflex senile
4. Tes iris shadow (bayangan iris pada lensa): yang positif
pada katarak imatur dan negative pada katarak matur.
5. Reflex fundus pada stadium insipient dan imatur tampak
kekeruhan kehitam-hitaman dengan latar belakang
jingga sedangkan pada stadium matur hanya didapatkan
warna kehitaman tanpa latar belakang jingga atau reflex
fundus negative.
Diagnosis 1. Refles senile: pada orang tua dengan lampu senter
Banding tampak wanra pupil keabu-abuan mirip katarak, tetapi
pada pemeriksaan reflex fundus positif
2. Katarak komplikata: katarak terjadi sebagai penyulit dari
penyakit mata (misalnya uveitis anterior) atau penyakit
sistemik (misalnya diabetes mellitus)
3. Katarak karena penyebab lain: misalnya obat-obatan
(kortikosteroid), radiasi, rudapaksa mata dan lain-lain.
4. Kekeruhan badan kaca
5. Ablasi retina

Pemeriksaan 1. USG
Penunjang 2. Biometri
3. Laboratorium: BSN

-
Konsultasi
Perawatan Poliklinik Mata
Rumah Sakit
Tatalaksana 1. Pada stadium insipient dan imatur bisa dicoba koreksi
dengan lensa kacamata yang terbaik.
2. Pencegahan sampai saat ini belum ada
3. Pembedahan: dilakukan apabila kemunduran tajam
penglihatan penderita telah mengganggu pekerjaan
sehari-hari dan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata.
4. Pembedahan berupa ekstraksi katarak yang dapat
dikerjakan dengan cara:
a. ECCE
b. ICCE
c. SICS
5. Koreksi afakia (mata tanpa lensa):
a. Implantasi intra okuler: lensa intraokuler ditanam
setelah lensa mata diangkat.
b. Kacamata: kekuatan lensa yang diberikan sekitar ±10
D bila sebelumnya emetrop
c. Lensa kontak: diberikan pada afakia monokuler
dimana penderita koperatif, trampil dan kebersihan
terjamin. Kacamata dan lensa kontak diberikan
apabila pemasangan lensa intraokuler tidak dapat
dilakukan atau merupakan kontraindikasi.
Tempat Poliklinik Mata
Pelayanan Kamar bedah refraktif
Penyulit 1. Glaucoma sekunder: terjadi pada katarak intumesen,
karena pencembungan lensa
2. Uveitis pakotoksik atau glaucoma fakolitik: terjadi pada
stadium hipermatur sebagai akibat massa lensa yang
keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan
Bila akan dilakukan tindakan bedah refraktif
Informed
Consent
Dokter Spesialis Mata
Tenaga
Standar
1-7 hari
Lama
Perawatan
-
Masa
Pemulihan
1. Visus 6/6 (normal) setelah koreksi
Hasil
Tidak diperlukan.
Patologi
Tidak diperlukan.
Otopsi
Bila tanpa penyuit dan komplikasi prognosis tajam
Prognosis
penglihatan akan baik.
Tindak Lanjut -
Tingkat I/A
Evidens &
Rekomendasi
Indikator 1. Lensa tidak keruh
Medis
Edukasi 1. Aturan perawatan pasca operasi harus diikuti, sampai
batas waktu yang ditentukan
2. Diperlukan control rutin pasca operasi sampai batas
waktu yang diperlukan (1-3 bulan)
Kepustakaan 1. American Optometric Assosiation. 2008. Care The
Patient With Myopia. Lindbergh blvrd : St.Louis. Page
1-41
2. Detman, AF, et al. 2001. Retina. Singapore: Mosby Inc.
3rd edition
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian /SMF Ilmu
Kesehatan Mata, RSUD Soetomo Surabaya, 2006
4. Hartono, et al. 2007. Refraksi dalam: Ilmu Penyakit
Mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK
UGM.
5. Ilyas, S. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Cetakan ke-1

Anda mungkin juga menyukai