Anda di halaman 1dari 5

ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME

Author : Muhammad Nasrudin Rosid


Publish : 31-05-2011 09:22:06

M. Nasrudin Rosid
Pengantar
Sebagai hasil dari pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam pandangan dan aliran yang
berbeda-beda. Pandangan-pandangan filosuf itu ada kalanya saling menguatkan dan ada juga yang saling
berlawanan. Hal ini antara lain disebabkan oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun
untuk objek dan masalah yang sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka kesimpulan yang didapat
juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat tersebut juga terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan,
sehingga muncul aliran-aliran filsafat pendidikan.
Malakah ringkas ini akan membahas salah satu dari aliran dalam filsafat pendidikan, yaitu aliran
progresivisme. Pembahasan dalam makalah ini adalah mengenai pengertian aliran Progresivisme, sejarah
perkembangan aliran progresivisme, dan pemikiran-pemikiran aliran progresivisme dalam pendidikan.
Semoga makalah yang serba terbatas ini bermanfaat bagi kita semua.

Apa yang di maksud dengan Progresivisme?


Menurut Redja Mudyaharjo, Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan
pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan
yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).[1]
Aliran progresivisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam abad ke-20
ini. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan didalam
lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran progresivisme ini.[2]
Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal “the liberal road to
culture”. Maksudnya adalah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut; fleksibel
(tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), curios (ingin mengetahui,
ingin menyelidiki), toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).[3]
Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan hendaknya
diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang
inteligen dan mampu mengadakan penyesuaian dan pennyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari
lingkungan.[4]

Bagaimana Sejarah Perkembangan Aliran Progresivisme?


Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas pada pertengahan
abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani
purba. Misalnya Hiraclitus (544 – 484 SM), Socrates (469 – 399 SM), Protagoras (480 –
410 SM), dan Aristoteles. Mereka pernah mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur
yang ikut menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-Progresivisme.[5]
Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap
didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan
epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang baik
dapat dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk
melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia sanggup melakukan baik. Protagoras mengajarkan bahwa
kebenaran dan norma atau nilai tidak bersifat mutlak, melainkan relatif, yaitu bergantung pada waktu dan
tempat. Sedangkan Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah bukan jalan ekstrim)
dalam kehidupan.[6]
Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat disebut sebagai
penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme. Francis Bacon memberikna sumbangan
dengaan usahanya memperbaiki dan memperhalus metode ilmiah dalam pengetahuan alam. Locke dengan

Page 1
ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME

ajarannya tentang kebebasan politik. Rousseau dengan keyakinannya bahwa kebaikan berada didalam manusia
karena kodrat yang baik dari para manusia. Kant memuliakan manusia, menjunjung tinggi akan kepribadian
manusia, memberi martabat manusia suatu kedudukan yang tinggi. Hegel mengajarkan bahwa alam dan
masyarakat bersifat dinamis, selamanya berada dalam keadaan bergerak, dalam proses perubahan dan
penyesuaian yang tak ada hentinya.[7]
Dalam abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine
dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada Progresivisme karena kepercayaan mereka pada
demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce
mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir “pikiran itu hanya berguna bagi manusia apabila
pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya”. Fungsi berfikir adalah
membiasakan manusia untuk berbuat . perasaan dan gerak jasmaniah adalah manifestasi dari aktifitas manusia
dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.[8]

Bagaimana Keyakinan Aliran Progresivisme Tentang Pendidikan?


Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan Humanisme Baru. Realisme
spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik
dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme
Baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai individu. Dengan
demikian orientasinya individualistik.[9]
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis,
mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya
merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.[10] Agar dapat bekerja siswa diharapkan
memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman problem solving.[11]
b. Kurikulum Pendidikan
Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-centered). Mereka lalu
berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan,
dan inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar. Imam Barnadib
menyatakan bahwa kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi, sehingga
yang cocok adalah kurikulum yang “berpusat pada pengalaman”.[12]
Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa, dalam
pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek. Disini guru menggunakan ketertarikan alamiah anak untuk
membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan
keinginan terbarunya. Akhirnya, ini akan membantu anak (subjek didik) mengembangkan
keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dan membangun ‘gudang’ kognitif informasi
yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial.[13]

c. Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya adalah; (1) Metode
Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya; (2)
Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan
bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut; (3)
Metode Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju
pada penyusunan konsep; (4) Pemerintahan Pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan
pelejar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah; (5) Kerjasama
Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan
keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara

Page 2
ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME

alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak; (6) Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan
Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan
pengembangan gagasan baru pendidikan.[14]
d. Pelajar
Kaum progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif, bukan pasif, sekolah adalah dunia kecil
(miniatur) masyarakat besar, aktifitas ruang kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer
sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat
pada anak (child-centered). Mereka menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah anak yang sangat berbeda
dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai
harapan-harapan dan kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.[15]

e. Pengajar
Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai; (1) Fasilitator, orang yang menyediakan diri
untuk memberikna jalan kelancaran proses belajar sendiri siswa; (2) Motivator, orang yang mampu
membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri; (3) Konselor, orang yang membantu siswa
menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru
perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin
perkembangan siswa, serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya dengan baik.[16]

Penutup
Dari paparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa; Pertama, Progresivisme adalah gerakan pendidikan
yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai
reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran
(subject-centered). Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan
pendidikan hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, agar peserta didik
dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu mengadakan penyesuaian dan pennyesuaian kembali sesuai
dengan tuntutan dari lingkungan.
Kedua, Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas pada
pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman
Yunani purba yaitu melalui pemikiran-pemikiran Hiraclitus, Socrates, Protagoras, dan Aristoteles. Kemudian
sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat disebut sebagai penyumbang
pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme. Sedangkan pada abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh
Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat diantaranya adalah Thomas Paine, Thomas Jefferson,
Charles S. Peirce.
Ketiga, Progresivisme berpandangan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak
dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Mereka berupaya
mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan
inisiatif subjek didik. Metode pendidikan yang biasa mereka pergunakan diantaranya adalah; Metode
Pendidikan Aktif, Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Metode Penelitian Ilmiah, Pemerintahan Pelajar,
Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan. Mereka menganut prinsip
pendidikan perpusat pada anak (child-centered). Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai
Motivator, Fasilitator, dan Konselor.

DAFTAR RUJUKAN

Page 3
ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME

Arifin, Muzayin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008


Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1997
Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada
Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2003
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Cet. 4

[1] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada
Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 142

[2] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 20

[3] Ibid

[4] Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 41

[5] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 22

[6] Ibid

[7] Ibid

[8] Ibid

[9] Redja Mudyaharjo, Pengantar, hal. 144

[10] Ibid

[11] Muhaimin, Wacana, hal. 43

[12] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan: Sistem & Metode, (Yogyakarta: Andi Offset, 1997), hal. 36

Page 4
ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME

[13] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2003), hal. 148

[14] Redja Mudyaharjo, Pengantar, hal. 145 – 146

[15] Ibid, hal 146 – 147

[16] Ibid

Page 5

Anda mungkin juga menyukai