Anda di halaman 1dari 5

Daya Saing Nasional dan Daya Saing Daerah

(Provinsi Aceh, Maluku, NTT)


Provinsi Maluku
Maluku adalah sebuah provinsi yang meliputi bagian selatan Kepulauan Maluku, Indonesia.
Provinsi ini berbatasan dengan Laut Seram di utara, Samudra Hindia dan Laut Arafura di
selatan, Papua di timur, dan Sulawesi di barat. Ibu kota dan kota terbesarnya ialah Ambon.
Maluku merupakan provinsi terbesar ke-28 menurut jumlah penduduk dengan perkiraan
jumlah penduduk sebanyak 1,8 juta jiwa dan ke-14 menurut luas wilayah dengan luas
wilayah sebesar 46 ribu kilometer persegi.
A. Performa Ekonomi
1. Ekonomi Dalam Negeri Provinsi Maluku
Perekonomian Provinsi Maluku pada triwulan III 2018 tercatat mengalami
percepatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku
pada triwulan III 2018 mencapai 6,34% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan II 2018 yang tumbuh sebesar 5,51% (yoy). Pertumbuhan ekonomi
Maluku pada triwulan III 2018 juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
ekonomi nasional yang tercatat 5,17% (yoy). Dari sisi permintaan,
pertumbuhan ekonomi Maluku didorong oleh komponen Konsumsi
Pemerintah yang tumbuh 10,26% (yoy), komponen Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto yang tumbuh 10,28% dan komponen Konsumsi Lembaga
Non Profit melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh 9,52% (yoy).
Kinerja komponen Konsumsi Pemerintah didorong oleh meningkatnya
realisasi belanja APBD seiring dengan pembayaran gaji ke-13 dan
pembayaran gaji ke-14 (Tunjangan Hari Raya) kepada pegawai yang belum
dibayarkan pada bulan sebelumnya. Sedangkan kinerja komponen investasi
masih didorong oleh investasi bangunan, terutama infrastruktur umum.
Kinerja komponen Konsumsi LNPRT meningkat seiring dengan pelaksanaan
beberapa kegiatan besar di Maluku, yaitu perayaan HUTRI, perayaan HUT
Kota Ambon dan perayaan HUT Gereja Protestan Maluku.

2. Perdagangan Internasional Provinsi Maluku


Nilai CIF Impor di Maluku selama periode 2017 sebesar US$ 401,16 juta
dengan volume impor barang tertinggi selama kurun waktu 6 tahun sekitar
567,02 ribu ton. Menurunnya harga minyak dunia mengakibatkan konsumsi
migas cenderung mengalami peningkatan yang terlihat dari meningkatnya
volume impor migas sekitar 34,94 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Selama periode Januari s.d. Desember 2017, Maluku secara konsisten
melakukan impor. Bila dibandingkan nilai CIF impor Maluku, setiap bulannya
selalu di bawah US$ 40 juta. Hal yang berbeda terjadi di bulan Juli dimana
Impor tertinggi di tahun 2017, terjadi pada bulan ini sebesar US$ 114,64 juta
dengan berat bersih barang impor sebanyak 54,77 ribu ton. Hal ini disebabkan
pada bulan ini terdapat impor peralatan navigasi yang memiliki nilai CIF yang
tinggi yakni sekitar 67,49 persen dari total nilai impor bulan Juli. Nilai impor
terendah terjadi di bulan April yakni hanya sekitar US$ 14,38 juta dengan
volume bersih 26,13 ribu ton.
3. Investasi Internasional Provinsi Maluku
Peningkatan realisasi investasi asing di Provinsi Maluku Utara cukup
signifikan dari tahun ke tahun. Ini seiring dengan pencapaian realisasi
investasi kuartal I-2020 yang masih tumbuh positif 8% year on year (yoy).
Pada tahun 2017, realisasi investasi PMA (Penanaman Modal Asing) di
Provinsi Maluku Utara mencapai US$ 200 juta dan berada pada peringkat 22
dibandingkan provinsi lainnya. Kemudian tahun 2018 realisasi investasinya
meningkat menjadi US$ 360 juta dan naik ke peringkat 18.
Di tahun 2019 terjadi lonjakan tajam realisasi investasi di Provinsi Maluku
Utara dengan nilai US$ 1 miliar yang menjadikannya berada di peringkat 8
lokasi PMA terbesar.

4. Harga Pekerjaan Provinsi Maluku


Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) pada
tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 8.51 persen. UMP Maluku tahun 2020
naik menjadi Rp 2,6 juta dan Maluku Utara Rp 2,7 juta. Kenaikan UMP ini
akan berlaku di 34 provinsi yang ada di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Surat
Edaran (SE) Menteri Ketenagakerjaan Nomor B-m/308/HI.01.00/X/2019 pada
tanggal 15 Oktober 2019, tentang Penyampaian Data Tingkat Inflasi Nasional
dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Tahun 2019. Pada surat edaran
tersebut, disebutkan bahwa angka 8,51 persen didasarkan dari data inflasi
nasional dan pertumbuhan ekonomi 2019.

B. Efisiensi Bisnis
1. Produktivitas
Cengkeh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan
kontribusi terhadap pendapatan nasional maupun daerah secara berkelanjutan,
baik sebagai komoditas ekspor maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Cengkeh berkembang pertama kali di lima pulau kecil di Maluku,
yakni Bacan, Makian, Moti, Ternate, dan Tidore. Masyarakat Maluku telah
membudidayakan cengkeh secara turun temurun dan Maluku memiliki
keragaman sumber daya genetik cengkeh yang tinggi. Cengkeh asli Maluku
yang banyak dikenal adalah cengkeh AFO, Tibobo, Tauro, Sibela, Indari, Air
mata, Dokiri, dan Daun Buntal, sedangkan cengkeh budi daya yaitu Zanzibar,
Siputih, Sikotok, dan Ambon. Keanekaragaman varietas dan kondisi
agroekologi yang mendukung menjadikan Maluku sebagai produsen cengkeh
terbesar di Indonesia setelah Sulawesi Selatan. Produksi cengkeh di Maluku
pada masa mendatang diperkirakan akan terus menurun karena berbagai
kendala, terutama akibat minimnya peremajaan atau rehabilitasi tanaman
rusak karena ditinggalkan petani sebagai dampak rendahnya harga atau
minimnya introduksi teknologi sehingga produktivitas tanaman rendah.
Tulisan ini menjelaskan proyeksi produksi cengkeh Maluku dengan dan tanpa
rehabilitasi. Berdasarkan hasil analisis model sistem dinamis diproyeksikan
penurunan produksi cengkeh terus berlanjut hingga 15 sampai 30 tahun
mendatang. Upaya mempertahankan eksistensi Maluku sebagai penghasil
cengkeh dan peningkatan produksi harus segera dilakukan terutama dengan
cara rehabilitasi tanaman dalam jangka panjang. Upaya rehabilitasi dengan
cara mengganti tanaman tua dan memperbaiki 10% lahan rusak per tahun akan
memenuhi permintaan cengkeh yang meningkat 1,5% per tahun. Rehabilitasi
tanaman harus diiringi dengan upaya peningkatan produktivitas melalui
pemupukan guna memperbaiki kerusakan tanaman setelah panen dan
dilakukan dalam jangka pendek.

2. Pasar Tenaga Kerja


Pemerintah kabupaten/kota di Maluku  diminta untuk dapat menyiapkan
tenaga kerja (Naker) yang latar belakang pendidikan serta keahliannya bisa
terserap sesuai kebutuhan bursa kerja. Latar belakang pendidikan kita masih
belum memenuhi permintaan pasar sehingga menjadi persoalan terhadap para
pencari kerja, maka komisi ingin ada perhatian pemerintah untuk mengatasi
masalah ini dengan menyediakan tenaga kerja yang siap diserap pasar.
Sehingga perlu aada keselarasan antara kebutuhan pasar dengan ketersediaan
tenaga kerja di daerah karena tingkat pengangguran di Provinsi Maluku ini
cukup besar. Ada pengangguran terbuka yang disampaikan dari data transfer
tapi pengangguran juga ini Apa perlu ada treatment khusus ada sekolah
lanjutan atau sekolah vokasi. harus ada godwill pemerintah daerah untuk
bagaimana melihat persoalan ini agar bisa akselerasi secara cepat. Contoh
peluang lapangan pekerjaan sektor pertambangan di Blok Masela, dimana
pasar kerja ini membutuhkan calon-calon tenaga kerja yang punya latar
belakang pendidikan pertambangan.

3. Keuangan / Finansial
Memasuki triwulan III 2019, pertumbuhan ekonomi Maluku diperkirakan
tetap tumbuh positif namun melambat dibanding triwulan II 2019.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan III 2019 diperkirakan
tumbuh positif dalam rentang 5,64 – 6,04% (yoy). Menurunnya kinerja
ekonomi Maluku triwulan III 2019 utamanya disebabkan oleh menurunnya
kinerja LU pertanian, kehutanan dan perikanan, LU akomodasi, makan dan
minum serta kontraksi yang terjadi pada LU pertambangan. Dari sisi
permintaan, kinerja ekonomi Maluku pada triwulan III 2019 diperkirakan akan
tertahan oleh konsumsi RT yang melambat. Hal tersebut diperkirakan
disebabkan oleh menurunnya permintaan masyarakat pasca Ramadhan. Selain
itu, harga tiket angkutan udara yang masih cukup tinggi diperkirakan dapat
membatasi kunjungan wisatawan yang berdampak pada menurunnya
konsumsi terhadap akomodasi, makanan dan minuman.

C. Efisiensi Pemerintah
1. Keuangan Publik
Kinerja ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan II 2019 mengalami
perlambatan. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan II 2019
sebesar 6,09% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 yang tumbuh
sebesar 6,32% (yoy). Namun, pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan II
2019 masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang
tercatat 5,05% (yoy).
Sumber pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan II 2019, dari sisi
penawaran, utamanya berasal dari 3 (tiga) lapangan usaha (LU), yaitu LU
konstruksi yang tumbuh 8,96% (yoy), LU akomodasi, makan dan minum yang
tumbuh 7,98% (yoy), LU perdagangan yang tumbuh 7,91% (yoy). Dari sisi
permintaan, pertumbuhan ekonomi Maluku didorong oleh komponen
Konsumsi Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang
tumbuh 11,65% (yoy), komponen konsumsi Rumah Tangga (RT) yang
tumbuh 7,04% dan komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTDB) yang tumbuh 4,79% (yoy).

2. Kebijakan Fiskal
Untuk menghadapi tantangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian,
pemerintah telah menyiapkan berbagai strategi dan kebijakan di tahun 2020.
Beberapa di antaranya seperti pemberian insentif perpajakan untuk
mendukung daya saing, peningkatan kualitas SDM dan perlindungan sosial.
Selain itu  pemerintah juga akan melakukan percepatan penyelesaian 4
destinasi pariwisata super prioritas yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika,
dan Labuan Bajo. Pertumbuhan ekonomi Maluku berada pada kisaran 5% -
6,5%, diatasi rata-rata ekonomi nasional. Pertumbuhan pada triwulan II
(6,09%) mengalami sedikit perlambatan dari Triwulan I yang tumbuh sebesar
6,32%. Adapun beberapa permasalahan ekonomi di Provinsi Maluku,
diantaranya potensi SDA yang tinggi namun belum ter manfaatkan dengan
baik dan maksimal, kuantitas dan kualitas SDM yang masih rendah, rendahnya
investasi langsung, kesenjangan harga antar wilayah dan pulau, daya beli yang
rendah (di pulau-pulau), serta ekspor yang belum optimal.
Beberapa langkah konkrit atau strategis bagi pengembangan ekonomi di
Maluku, yaitu menambah jumlah infrastruktur pendukung percepatan
akselerasi ekonomi seperti kapal, jalan raya, kapasitas daya listrik;
meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM Maluku dengan melakukan sebaran
sekolah, memperluas sebaran guru, dan pelatihan peningkatan skill yang
berhubungan dengan pemanfaatan SDA di Maluku; serta meningkatkan nilai
tambah dari komoditas pada sektor unggulan di Maluku dengan
mengembangkan UMKM berdasarkan potensi lokal tersebut.

D. Prasarana / Infrastruktur
Daerah Maluku merupakan daerah kepulauan yang sebagian besar
wilayahnya terdiri dari lautan + 91 persen, karena terdiri dari pulau-pulau
sehingga prioritas pembangunan di sub sektor perhubungan laut dan udara
merupakan pilihan utama dalam rangka percepatan pembangunan bidang
lainnya di daerah ini. Perhatian terhadap pembangunan transportasi sub sektor
perhubungan laut dan udara tidak dimaksudkan untuk mengecilkan peranan
dari sektor lain khususnya sub sektor transportasi darat. Hal ini karena sub
sektor transportasi darat hanya bermanfaat pada daerah yang tidak dipisahkan
oleh laut atau satu pulau saja. Dari pengamatan kami hampir semua armada
transportasi udara yang ada di provinsi Maluku sudah tergolong pesawat tua
kecuali boing 739 buatan tahun 2008.
Sarana dan prasarana transportasi laut masih jauh dari harapan dimana
rata-rata masyarakat belum dapat menikmati angkutan dengan aman, nyaman
dan terjangkau oleh masyarakat pada umumnya. Fasilitas angkutan kapal yang
terjangkau dari sisi ekonomi masyarakat sekarang yang dapat berlayar jauh
menjangkau pulau-pulau terpencil dimana kebanyakan masyarakat ada disana
adalah kapal perintis, kapal perintis dijadikan angkutan alternatif karena kapal
yang lebih baik tidak ada. Kapal perintis dijadikan sebagai angkutan
penumpang barang dan hewan ternak, kapal ini kecepatannya lamban dikenal
sebagai angkutan serba guna. Untuk sarana transportasi laut yang lebih dekat
digunakan kapal-kapal kayu, tentu aturan standar keselamatan tidak ada.
Nakoda dan ABK mungkin tidak memiliki lisensi berlayar.
Disadari bahwa air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting
bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari, olehnya itu ketersediaan
dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak
merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus
diupayakan pemerintah.
Di Provinsi Maluku, potensi energi belum dapat dimanfaatkan dengan
baik sehingga operasionalisasi ketenagalistrikan masih sangat tergantung
tenaga mesin diesel dengan bahan bakar minyak solar sebagai energy
primernya. Dengan geografis wilayah Maluku yang terdiri dari banyak pulau,
maka sistim yang digunakan dalam pengoperasian listrik di Provinsi Maluku
seluruhnya menggunakan sistim isolated dengan hanya memiliki tegangan
menengah dan tegangan rendah yang tersebar sesuai lokasi pembangkit, dan
sampai saat ini pembangkit yang digunakan semuanya bertenaga diesel.
Kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) maupun
generator set yang disewa serta jumlah unit pembangkit PLN yang beroperasi
di wilayah Maluku mencapai 131.911 KW dari 220 unit pembangkit yang
dapat beroperasi, dengan kapasitas terbesar adalah PLTD Poka dan Hative
Kecil –Ambon yaitu sebesar 63.072 KW dari 17 unit pembangkit yang ada.
Pada kenyataannya hingga saat ini hanya sebagian kecil masyarakat di
Maluku yang mampu mengakses informasi. Kondisi ini diantaranya
disebabkan oleh Kurangnya infrastruktur telekomunikasi. Berbagai layanan
telekomunikasi dan informasi tidak dapat dirasakan oleh masyarakat tanpa
adanya infrastruktur yang memadai. Jangkauan pelayanan telekomunikasi di
Maluku belum maksimal, saat ini baru 11,57 % desa yang tersedia layanan
telekomunikasinya. Daerah yang tidak mempunyai akses yang memadai tentu
akan menjadi terisolasi dan tertinggal.
Provinsi Maluku yang secara geografis merupakan wilayah kepulauan
yang terdiri dari banyak pulau, dengan sendirinya telah terbentuk rentang
kendali yang panjang sehingga membutuhkan perhatian dan kebijakan dalam
rangka penciptaan kesatuan wilayah yang terintegrasi, dengan demikian proses
pembangunan dapat berjalan dengan baik. Dalam mendukung percepatan
pembangunan wilayah di Provinsi Maluku, ketersediaan infrastruktur sangat
diperlukan untuk merangsang dan mendukung aktivitas pembangunan, baik
pembangunan sosial maupun ekonomi sehingga kesejahteraan masyarakat ke
depan dapat diupayakan secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai