A. Konsep dasar
1. Definisi
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan
tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan
dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004cit
Potter Perry, 2009).
2. Karakteristik
a. Hubungan dengan diri sendiri
Kekuatan dalam dan self reliance
1) Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat
dilakukannya)
1
2) Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa
depan, ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan dengan
diri sendiri)
b. Hubungan dengan alam
Harmoni
1) Mengetahui tentang alam,iklim, margasatwa
2) Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, bertanam),
mengabdikan dan melindungi alam
c. Hubungan dengan orang lain
1) Harmoni/ Suportif
2) Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal
balik
3) Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit
4) Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi,
melayat)
5) Tidak harmonis
6) Konflik dengan orang lain
7) Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi
d. Hubungan dengan Ketuhanan
Agamis atau tidak agamis
1) Sembahyang/ berdoa/ meditasi
2) Perlengkapan keagamaan
3) Bersatu dengan alam
3. Perkembangan spiritual
a. Bayi dan todler (1-3 tahun)
Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya
dengan yang mengasuh dan sejalan dengan perkembangan rasa
aman, dan dalam hubungan interpersonal, karena sejak awal
kehidupan mengenal dunia melalui hubungan dengan
lingkungan kususnya orangtua. Bayi dan todler belum
memiliki rasa bersalah dan benar, serta keyakinan spiritual.
2
Mereka mulai meniru kegiatan ritual tanpa tau arti kegiatan
tersebut dan ikut ketempat ibadah yang mempengaruhi citra
diri mereka.
b. Prasekolah
Sikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan pada
anak tentang apa yang dianggap baik dan buruk.anak pra
sekolah belajar dari apa yang mereka lihat bukan pada apa
yang diajarkan. Disini bermasalah jika apa yang terjadi
berbeda dengan apa yang diajarkan.
c. Usia sekolah
Anak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya, yang salah
akan dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada mas
pubertas , anak akan sering kecewa karena mereka mulai
menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan
cara mereka dan mulai mencari alasan tanpa mau menerima
keyakinan begitu saja.
3
4. Konsep terkini dalam kesehatan spiritual.
a. Spiritualitas
Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang
tindih: Energi, transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan,
realitas eksistensial, keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah,
harmoni dan batin nurani.
1) Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan
untuk menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan
situasi yang sulit dan untuk memelihara kesehatan.
2) Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan
yang merupakan dorongan dari luar yang lebih besar dari
individu.
3) Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan
intrapersonal (dengan diri sendiri), interpersonal (dengan
orang lain) dan transpersonal (dengan yang tidak terlihat,
Tuhan atau yang tertinggi) (Miner –william, 2006 cit
Potter & Perry, 2009).
4) Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan
dengan Tuhan. Kepercayaan selalu identik dengan agama
sekalipun ada kepercayaan tanpa agama.
5) Spritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan
hidup).
6) Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai
membantu individu menentukan apa yang penting bagi
mereka dan membantu individu menghargai keindahan
dan harga pemikiran, obysk dsn prilaku.(Holins, 2005;
vilagomenza, 2005).
7) Spiritual memberikan individu kemampuan untuk
menemukan pengertian kekuatan batiniah yang dinamis
dan kreatif yang dibutuhkan saat membuat keputusan sulit
(Braks-wallance dan Park, 2004).
4
8) Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi
penyakit terminal maupun menjelang ajal (Potter & Perry,
2009).
Ada individu yang tidak mempercayai adanya Tuhan
(atheis) atau percaya bahwa tidak ada kenyataan akhir
yang diketahui (Agnostik). Ini bukan berati bahwa
spiritual bukan merupakan konsep penting bagi atheis dan
agnostik, Atheis mencari arti kehidupan melalui pekerjaan
mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.agnostik
menemukan arti hidup dalam pekerjaan mereka karena
mereka percaya bahwa tidak adanya akhir bagi jalan hidup
mereka.
b. Dimensi Spiritual ( Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995;
Murray & Zentner, 1993 ):
1) Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan
dunia luar
2) Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan
3) Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik, dan
menghadapi kematian
c. Konsep kesejahteraan spiritual ( spiritual well-being)
(Gray,2006; Smith, 2006):
1) Dimensi vertical
Hubungan positif individu dengan Tuhan atau beberapa
kekuasaan tertinggi
2) Dimensi horizontal
Hubungan positif individu dengan orang lain
3) Hubungan antara spiritual – kesehatan dan sakit
d. Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan dan prilaku klien. Beberapa
pengaruh yang perlu dipahami:
1) Menuntun kebiasaan sehari-hari praktik tertentu pada
umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
5
mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien,
sebagai contoh: ada agama yang menetapkan diet makanan
yang boleh dan tidak boleh dimakan.
2) Sumber dukungan
Pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari
keyakinan agamanya. sumber kekuatan sangat diperlukan
untuk dapat menerima keadaan sakitnya khususnya jika
penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang
lama.
3) sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan
agama dengan praktik kesehatan. Misalnya: ada yang
menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan
6
sabath,
menolak
pengobatan
hari sabath
Kristiani Menerima Menggunakan doa, kuas Mendukung
ilmu medis penyembuhan donor organ
terkini
7
Tidak terbuka
kepada Tuhan
Takut terhadap
maksud Tuhan
Kemampuan Menerima diri Merasa penyakit
memberi sendiri dan orang sebagai suatu
maaf lain dapat berbuat hukuman
salah
Merasa Tuhan
Tidak mendakwa sebagai penghukum
atau berprasangka Merasa maaf hanya
buruk diberikan berdasar
prilaku
Memandang
penyakit sebagai Tidak menerima diri
sesuatu yang nyata sendiri
8
Tuhan, tidak punya
hubungan rasa cinta
dengan Tuhan
9
waktu selama Tidak mempunyai
dirawat inap secara visi alternatif yang
konstruktif memungkinkan
10
B. Konsep Asuhan keperawatan
1. Pengkajian fokus
Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan
obyektif Spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual
berbeda untuk individu yang berbeda pula.
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah
a. Alifiasi nilai
1) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah
dilakukan secara aktif atau tidak.
2) Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
b. Keyakinan agama dan spiritual
1) Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual
atau upacara agama
2) Strategi koping
Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:
1) Tujusn dan arti hidup
2) Tujuan dan arti kematian
3) Kesehatan dan arti pemeliharaan
4) Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain
2. Diagnosis Keperawatan
a. Distress Spiritual
b. Koping tidak efektif
3. Intervensi
No Diagnosis Intervensi
1 Distress spiritual Dukungan spiritual
Definisi: gangguan Observasi:
pada keyakinan atau - Identifikasi perasaan khawatir, kesepian
sistem nilai berupa dan ketidakberdayaan
kesulitan merasakan - Identifikasi pandangan tentang hubungan
makna dan tujuan hidup antara spiritual dan kesehatan
melalui hubungan - Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
11
dengan diri, orang lain, - Identifikasi ketaatan beragama
lingkungan atau tuhan Terapeutik:
- Berikan kesempatan mengekspresikan
Gejala dan tanda perasaan tentang penyakit dan kematian
mayor - Berikan kesempatan mengekspresikan
Subjektif: dan meredakan marah secara tepat
- Mempertanyakan - Yakinkan bahwa perawat bersedia
makna/tujuan mendukung selama masa
hidupnya ketidakberdayaan
- Menyatakan - Sediakan privasi dan waktu tenang untuk
hidupnya terasa aktivitas spiritual
tidak/kurang - Diskusikan keyakinan tentang makna
bermakna dan tujuan hidup, jika perlu
- Merasa - Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
menderita/tidak Edukasi:
berdaya - Anjurkan berinteraksi dengan keluarga,
Objektif: teman, dan/atau orang lain
- Tidak mampu - Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok
beribadah pendukung
- Marah pada tuhan - Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan
imajinasi terbimbing
Gejala dan tanda Kolaborasi:
minor - Atur kunjungan dengan rohaniawan
Subjektif: (mis. ustadz, pendeta, romo, biksu)
- Menyatakan
hidupnya terasa Promosi koping
tidak/kurang tenang Observasi:
- Mengeluh tidak - Identifikasi kegiatan jangka pendek dan
dapat menerima panjang sesuai tujuan
(kurang pasrah) - Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Merasa bersalah - Identifikasi sumber daya yang tersedia
- Merasa terasing untuk memenuhi tujuan
- Menyatakan telah - Identifikasi pemahaman proses penyakit
diabaikan - Identifikasi dampak situasi terhadap
Objektif: peran dan hubungan
- Menolak berinteraksi
- Identifikasi metode penyelesaian
dengan orang
masalah
terdekat/ pemimpin
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan
spiritual
terhadap dukungan sosial
- Tidak mampu
Terapeutik:
berkreativitas (mis. - Diskusikan perubahan peran yang
menyanyai, dialami
mendengarkan - Gunakan pendekatan yang tenang dan
musik, menulis) meyakinkan
- Koping tidak efektif - Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Tidak berminat pada - Diskusikan untuk mengklarifikasi
alam/literatur
12
spiritual kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilaku sendiri
- Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
- Diskusikan risiko yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenai aspek-
aspek tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan harapan
yang realistis
- Tinjau kembali kemampuan dalam
pengambilan keputusan
- Hindari mengambil keputusan saat
pasien berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
- Motivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
- Dampingi saat berduka (mis. penyakit
kronis, kecacatan)
- Perkenalkan dengan orang atau
kelompok yang berhasil mengalami
pengalaman sama
- Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
- Kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancam
Edukasi:
- Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual,
jika perlu
- Anjurkan mengungkapkkan perasaan dan
persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujun yang lebih
spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
- Latih penggunaan teknik relaksasi
- Latih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
- Latih mengembangkan penilain obyektif
2 Koping tidak efektif Dukungan pengambilan keputusan
13
Definisi: Observasi:
ketidakmampuan - Identifikasi persepsi mengenai masalah
menilai dan merespons dan informasi yang memicu konflik
stresor daan/atau Terapeutik:
ketidakmampuan - Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan
menggunakan sumber- harapan yang membantu membuat
sumber yang ada untuk pilihan
mengatasi masalah - Diskusikan kelebihan dan kekurangan
dari setiap solusi
Gejala dan tanda - Fasilitasi melihat situasi secara realistik
mayor - Motivasi mengungkapkan tujuan
Subjektif: perawatan yang diharapkan
- Mengungkapkan - Fasilitasi pengambilan keputusan secara
tidak mampu kolaboratif
mengatasi masalah - Hormati hak pasien untuk menerima
Objektif: atau menlak informasi
- Tidak mampu - Fasilitasi menjelaskan keputusan kepada
memenuhi peran orang lain, jika perlu
yang diharapkan - Fasilitasi hubungan antara pasien,
(sesuai usia) keluarga, dan tenaga kesehatan lainya
- Menggunakan Edukasi:
mekanisme koping - Informasikan alternatif solusi secara
yang tidak sesuai jelas
- Berikan informasi yang diminta pasien
Gejala dan tanda Kolaborasi:
minor - Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
Subjekitf: dalam memfasilitasi pengambilan
- Tidak mampu keputusan
memenuhi kebutuhan
dasar Dukungan penampiln peran
- Kekhawatiran kronis Observasi:
Objektif: - Identifikasi berbagai peran dan periode
- Penyalahgunaan zat
transisi sesuai tingkat perkembangan
- Memanipulasi orang
- Identifikasi peran yang ada dalam
lain untuk memenuhi
keluarga
keinginannya sendiri
- Identifikasi adanya peran yang tidak
- Perilaku tidak asertif
terpenuhi
- Partisipasi sosial
Terapeutik:
kurang - Fasilitasi adaptasi peran keluarga
terhadap perubahan peran yang tidak
diinginkan
- Fasilitasi bermain peran dalam
mengantisipasi reaksi orang lain
terhadap perilaku
- Fasilitasi diskusi perubahan peran anak
terhadap anak bary lahir, jika perlu
14
- Fasilitasi diskusi tentang peran orang
tua, jika perlu
- Fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran
saat anak meninggalkan rumah, jika
perlu
- Fasilitasi diskusi harapan dengan
keluarga dalam peran timbal balik
Edukasi:
- Diskusikan perilaku yang dibutuhkan
untuk pengembangan peran
- Diskusikan perubahan peran yang
diperlukan akibat penyakit atau
ketidakmampuan
- Diskusikan perubahan peran dalam
menerima ketergantungan orang tua
- Diskusikan strategi positif untuk
mengelola perubahan peran
- Ajarkan perilaku baru yang dibutuhkan
oleh pasien/orang tua untuk memenuhi
peran
Kolaborasi:
- Rujuk dalam kelompok untuk
mempelajari peran baru
Promosi koping
Observasi:
- Identifikasi kegiatan jangka pendek dan
panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya yang tersedia
untuk memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Identifikasi dampak situasi terhadap
peran dan hubungan
- Identifikasi metode penyelesaian
masalah
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan
terhadap dukungan sosial
Terapeutik:
- Diskusikan perubahan peran yang
dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
- Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan mengevaluasi
15
perilaku sendiri
- Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
- Diskusikan risiko yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenai aspek-
aspek tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan harapan
yang realistis
- Tinjau kembali kemampuan dalam
pengambilan keputusan
- Hindari mengambil keputusan saat
pasien berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
- Motivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
- Dampingi saat berduka (mis. penyakit
kronis, kecacatan)
- Perkenalkan dengan orang atau
kelompok yang berhasil mengalami
pengalaman sama
- Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
- Kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancam
Edukasi:
- Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual,
jika perlu
- Anjurkan mengungkapkkan perasaan dan
persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujun yang lebih
spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
- Latih penggunaan teknik relaksasi
- Latih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
- Latih mengembangkan penilain obyektif
16
DAFTAR PUSTAKA
17