PENDAHULUAN
Latar Belakang
potensi yang dimiliki oleh suatu negara, baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan teknologi, guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Sasaran utama
dalam pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Teori pertumbuhan
perkembangan factor-faktor produksi yaitu: modal, tenaga kerja, dan teknologi. Untuk
mencapai sasaran yang diinginkan, maka pembangunan suatu negara dapat diarahkan pada
tiga hal pokok yaitu: meningkatkan ketersediaan dan distribusi kebutuhan pokok bagi
masyarakat dalam mengakses baik kegiatan ekonomi maupun kegiatan sosial dalam
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Asli Daerah (PAD) menjadi sumber keuangan terbesar yang dimiliki suatu daerah.
Pendapatan asli daerah dapat di tingkatkan dengan mengoptimalkan pajak daerah, retribusi
daerah, pengelolaan kekayaan serta menggali potensi-potensi yang dimiliki suatu daerah.
Tujuan PAD yang termuat didalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang
otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Semakin
tinggi PAD yang dimiliki oleh daerah maka semakin tinggi kemampuan daerah untuk
kabupaten/kota, maka setiap daerah berhak untuk mengelola berbagai sumber daya yang
dimilikinya agar menghasilkan penerimaan bagi daerah, di mana salah satunya adalah
mengenakan pungutan berupa pajak kepada masyarakat (Mustika, 2013). Pajak sebagai salah
pemerintah, sehingga tujuan dari pajak itu sendiri untuk meningkatkan penerimaan daerah,
dan bukan untuk memberatkan masyarakat (James & Alley, 2004). Pajak merupakan sesuatu
yang sangat penting dalam menyokong pembangunan daerah dan merupakan pemasukan
yang potensial karena terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk, perekonomian dan
Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
menjelaskan bahwa pajak daerah tingkat I dibagi menjadi 5 jenis pajak, yaitu pajak
kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, pajak air permukaan dan pajak rokok. Dari beberapa komponen pajak daerah yang
perkembangan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor
(BBNKB) terkait dengan penerapan tarif progresif atas kedua jenis pajak ini.
Dalam pendapatan daerah, pemerintah menetapkan suatu target yang harus dicapai.
Jika pendapatan melebihi target tersebut, maka akan berdampak positif bagi daerah tersebut,
dan sebaliknya jika pendapatan tidak mencapai target tersebut, maka dapat berdampak buruk
bagi daerah dan perlu dievaluasi penyebab kegagalan mencapai target yang telah ditetapkan
(Budi, dkk, 2016). Selain itu, pemerintah juga perlu melihat besar kontribusi pajak daerah
Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak daerah tingkat I, yang dipungut
atas kepemilikan kendaraan bermotor, dikenakan untuk masa pajak 12 bulan berturut-turut,
terhitung saat mulai pendaftaran, dan dibayar sekaligus dimuka (Musnal, 2015). Pajak ini
akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor sebagai
bermotor menjadi salah satu kebutuhan masyarakat untuk menunjang aktvitasnya sehari-hari,
sehingga minat masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor sangat tinggi (Zulkifli, 2013)
pribadi.
namun perubahan tarif progresif ini akan berdampak pada penerimaan pajak
Salah satu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh putu nadya dan gayatri dengan
menyimpulkan bahwa bea balik nama berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah.
di Provinsi Sulawesi Selatan dengan bea balik nama sebagai variabel intervening
B. Rumusan masalah
1. Apakah pajak progresif mempunyai pengaruh langsung terhadap bea balik nama
2. Apakah bea balik nama mempunyai pengaruh langsung terhadap pad di provinsi
sulawesi selatan?
sulawesi selatan?
C. Tujuan