Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan produktifitas seluruh

potensi yang dimiliki oleh suatu negara, baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan teknologi, guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Sasaran utama

dalam pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Teori pertumbuhan

ekonomi neo klasik menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi bergantung pada

perkembangan factor-faktor produksi yaitu: modal, tenaga kerja, dan teknologi. Untuk

mencapai sasaran yang diinginkan, maka pembangunan suatu negara dapat diarahkan pada

tiga hal pokok yaitu: meningkatkan ketersediaan dan distribusi kebutuhan pokok bagi

masyarakat, meningkatkan standar hidup masyarakat dan meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam mengakses baik kegiatan ekonomi maupun kegiatan sosial dalam

kehidupannya (Todaro, 2004).

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah menuntut pemerintah daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan

memacu pertumbuhan ekonomi guna peningkatan kesejahteraan masyarakat di mana tujuan

penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan

memajukan perekonomian daerah.

Dengan dikuranginya ketergantungan kepada pemerintah pusat, maka Pendapatan

Asli Daerah (PAD) menjadi sumber keuangan terbesar yang dimiliki suatu daerah.

Pendapatan asli daerah dapat di tingkatkan dengan mengoptimalkan pajak daerah, retribusi
daerah, pengelolaan kekayaan serta menggali potensi-potensi yang dimiliki suatu daerah.

Tujuan PAD yang termuat didalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah, memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai

otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Semakin

tinggi PAD yang dimiliki oleh daerah maka semakin tinggi kemampuan daerah untuk

melaksanakan desentralisasi (Marselina, 2012).

Konsekuensi dari pemberian otonomi kepada daerah, baik provinsi maupun

kabupaten/kota, maka setiap daerah berhak untuk mengelola berbagai sumber daya yang

dimilikinya agar menghasilkan penerimaan bagi daerah, di mana salah satunya adalah

mengenakan pungutan berupa pajak kepada masyarakat (Mustika, 2013). Pajak sebagai salah

satu sumber pendapatan daerah ditujukan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

pemerintah, sehingga tujuan dari pajak itu sendiri untuk meningkatkan penerimaan daerah,

dan bukan untuk memberatkan masyarakat (James & Alley, 2004). Pajak merupakan sesuatu

yang sangat penting dalam menyokong pembangunan daerah dan merupakan pemasukan

yang potensial karena terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk, perekonomian dan

stabilitas politik (Susena, 2014).

Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

menjelaskan bahwa pajak daerah tingkat I dibagi menjadi 5 jenis pajak, yaitu pajak

kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan

bermotor, pajak air permukaan dan pajak rokok. Dari beberapa komponen pajak daerah yang

dikelola di Provinsi Sulawesi Selatan, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana

perkembangan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor

(BBNKB) terkait dengan penerapan tarif progresif atas kedua jenis pajak ini.
Dalam pendapatan daerah, pemerintah menetapkan suatu target yang harus dicapai.

Jika pendapatan melebihi target tersebut, maka akan berdampak positif bagi daerah tersebut,

dan sebaliknya jika pendapatan tidak mencapai target tersebut, maka dapat berdampak buruk

bagi daerah dan perlu dievaluasi penyebab kegagalan mencapai target yang telah ditetapkan

(Budi, dkk, 2016). Selain itu, pemerintah juga perlu melihat besar kontribusi pajak daerah

tersebut pada pendapatan asli daerah.

Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak daerah tingkat I, yang dipungut

atas kepemilikan kendaraan bermotor, dikenakan untuk masa pajak 12 bulan berturut-turut,

terhitung saat mulai pendaftaran, dan dibayar sekaligus dimuka (Musnal, 2015). Pajak ini

akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor sebagai

dampak dari peningkatan perekonomian masyarakat. Terlebih dewasa ini, kendaraan

bermotor menjadi salah satu kebutuhan masyarakat untuk menunjang aktvitasnya sehari-hari,

sehingga minat masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor sangat tinggi (Zulkifli, 2013)

Melihat potensi kendaraan bermotor

yang sangat berpeluang untuk

memperbanyak jumlah kendaraan bermotor

yang beredar maka pemerintah

perlu menerapkan pengenaan tarif pajak progresif

terhadap kepemilikan kendaraan pribadi.

Pengenaan tarif pajak progresif antara lain


berfungsi untuk menghindari banyaknya

kepemilikan kendaraan bermotor dan

mengurangi kemacetan yang disebabkan

oleh semakin banyaknya jumlah kendaraan

pribadi.

Semakin banyak kendaraan bermotor yang dimiliki

atas nama dan identitas yang sama, dan lebih

dari 1 kendaraan maka semakin besar pula

pajak yang harus di bayarkan oleh wajib

pajak kendaraan bermotor pribadi tersebut,

namun perubahan tarif progresif ini akan berdampak pada penerimaan pajak

kendaraan bermotor dan penerimaan bea balik nama kendaraan bermotor.

Salah satu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh putu nadya dan gayatri dengan

judul PENGARUH KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA

BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH,

menyimpulkan bahwa bea balik nama berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah.

Penelitian selanjutnya oleh febby anjani dengan judul PENGARUH PAJAK

PROGRESIF KENDARAAN BERMOTOR

TERHADAP PENERIMAAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN

BERMOTOR II. Febby menyimpulkan bahwa pajak progresif dapat meningkatkan

penerimaan bea balik nama kendaraan bermotor.


Untuk mengetahui pengaruh pajak progresif terhadap pad

di Provinsi Sulawesi Selatan dengan bea balik nama sebagai variabel intervening

dibutuhkan analisis tertentu. Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan

bahwa faktor yang dipilih telah terbukti dapat memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap PAD di beberapa daerah.

Untuk menganalisis faktor-faktor tersebut digunakan teknik

Analisis Regresi Data Panel.

B. Rumusan masalah

1. Apakah pajak progresif mempunyai pengaruh langsung terhadap bea balik nama

di provinsi sulawesi selatan?

2. Apakah bea balik nama mempunyai pengaruh langsung terhadap pad di provinsi

sulawesi selatan?

3. Apakah pajak progresif mempunyai pengaruh langsung terhadap pad di provinsi

sulawesi selatan?

4. Apakah pajak progresif mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap pad di

provinsi sulawesi selatan?

C. Tujuan

Anda mungkin juga menyukai