Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

PRAKTIKUM URINE 2

Nama : Hening Woro Herdiyanti

NPM : 118170080

Kelompok : 7.2

Blok : 4.3

Semester :4

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GUNUNG JATI

KOTA CIREBON

2020

Tugas Praktikum Patologi Klinik


1. Apa saja yang dinilai pada pemeriksaan kimiawi urine? Dan bagaimana
caramelakukannya pemeriksaan tersebut
2. Bagaimana interpretasi dari setiap pemeriksaan tersebut dihubungkan
dengan kelainan atau penyakit?

Jawaban

1. Pemeriksaan Kimia Urin


pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana
dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita.
Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di
Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein,
glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
a. Pemeriksaan glukosa Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai
reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara
reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin
didapati hasil positif palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor
selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin,
glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C.
Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara
enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl
b. Benda- benda keton Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat
dan asam 13- hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka
urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan
reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10
mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi
dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat
bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan
pengawet 8- hidroksi-quinoline yang berlebihan. Dalam keadaan
normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan
puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada
diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin
didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi.
c. Pemeriksaan bilirubin Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam
diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan
warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene
diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai
adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan
memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati
atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin
terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi
sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit
pyridium atau serenium.
d. Pemeriksaan urobilinogen Dengan reagens pita perlu urin segar.
Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0
Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin
mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses
hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh Dalam keadaan normal tidak
terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin
disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang
sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450
ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin
daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula
pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin
mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu
didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau
peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau
akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.

Bahan dan Metode Kerja


a) Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam percobaan ini
adalah:
- 6 buah tabung reaksi,
- 1 rak tabung reaksi,1 pembakar spiritus,
- 1 gelas ukur 10 mL,
- 1 indikator universal pH,
- 1 korek api, spatula, dan pipet tetes.
Bahan yang dibutuhkan yaitu
- Sampel urin manusia,
- Reagen benedict,
- Reagen biuret,
- Larutan AgNO3 1%.
b) Metode Kerja
1. Pengambilan sampel urin Percobaan ini dilakukan
dengan diambilnya urin yang pertama kali dikeluarkan
saat bangun tidur lalu diberikan label pada botol sampel
tersebut.
2. Pemeriksaan urin
a. Tampilan urin Percobaan ini dilakukan dengan
dimasukkannya urin ke dalam gelas kimia, lalu
dibandingkan warna urin pada seluruh sampel
lalu dicatat warna dan tingkat kepekatan warna
dari setiap sampel tersebut dengan skala +
hingga +++ untuk warna paling jernih hingga
paling pekat.
b. Mengukur pH urin Percobaan ini dilakukan
dengan dimasukkannya urin ke dalam gelas
kimia kemudian diukur pH urin dengan
menggunakan indikator universal lalu
dicocokkan warna pada indikator dan dicatat pH
yang terukur.
c. Menguji amonia Percobaan ini dilakukan
dengan dimasukkannya 1 mL urin ke dalam
tabung reaksi kemudian dipanaskan dengan
pembakar spiritus hingga mendidih lalu dicatat
bau yang ditimbulkan dari urin yang dipanaskan
tersebut.
d. Menguji glukosa Percobaan ini dilakukan
dengan dimasukkannya 2 mL urin ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes
reagen benedict lalu dipanaskan. Selanjutnya,
diamati dan dicatat perubahan warna yang
terjadi beserta tingkat kepekatan warnanya
dengan skala + hingga +++ untuk warna paling
muda hingga paling tua.
e. Menguji protein Percobaan ini dilakukan dengan
dimasukkannya 2 mL urin ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes reagen
biuret lalu dibiarkan selama 5 menit.
Selanjutnya, diamati dan dicatat perubahan
warna yang terjadi beserta tingkat kepekatan
warnanya dengan skala + hingga +++ untuk
warna paling muda hingga paling tua.
f. Menguji ion klorida Percobaan ini dilakukan
dengan dimasukkannya 2 mL urin ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes
larutan AgNO3 1% lalu dibiarkan selama 5
menit. Selanjutnya, diamati dan dicatat
terbentuknya endapan putih dengan skala +
hingga +++ untuk endapan paling sedikit hingga
paling banyak.
2. Hasil dan Pembahasan
a. Tampilan urin Tabel
Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh
probandus tersebut sehat. Sedangkan warna kuning tua atau pekat
dan bahkan sangat pekat tersebut disebabkan karena tubuh
probandus diindikasikan mengalami kekurangan cairan. Perbedaan
warna urin ini ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar
dieresis, makin muda warna urin itu. Biasanya warna urin normal
berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan
oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin.
Oleh karena itu, meskipun terdapat perbedaan tingkat kepekatan
b. PH urin Tabel
Menurut teori, pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0 sehingga
dapat disimpulkan bahwa keenam urin di atas memiliki derajat
keasaman yang masih tergolong normal dan dapat diindikasikan
bahwa keenam probandus tersebut juga adalah sedang dalam
keadaan sehat. Ph rendah pada sidosis ph tinggi pada alkalosis dan
infeksi saluran kemih.
c. Uji glukosa
Pada urin orang yang normal, setelah pencampuran dengan reagen
benedict dan dilakukan pemanasan, urin akan berwarna hijau
bening dan tidak ada endapan (negatif glukosa). Hal ini
menunjukan bahwa dalam urin tersebut tidak mengandung bahan-
bahan lain yang masih dibutuhkan oleh tubuh (glukosa) atau
sedikit sekali terhadap resiko penyakit misalnya diabetes melitus
dan kehamilan dan defek pada tubulus.
d. Uji protein,
Urin yang mengandung protein menandakan bahwa filtrasi yang
dilakukan oleh ginjal tidak sempurna. Indikator adanya protein
seperti (albumin) dalam urin dapat ditandai dengan terjadinya
perubahan warna pada urin setelah diujikan menggunakan larutan
biuret. Kerusalam membrane glomerulus. Defek reabsopsi tubular.
Nefropati. Latihan fisik, dehidrasi dan penyakit akut.
e. Uji ion klorida
Ket: + : sedikit endapan putih ++ : banyak endapan putih - : tidak
ada endapan putih sebagian besar mengandung sedikit ion klorida
(Cl- ) (ditandai dengan terbentuknya endapan putih) diikuti
kandungan klorida yang banyak dan negatif ion klorida. Perbedaan
ini dipengaruhi oleh tingkat asupan kadar garam (makanan) yang
dikonsumsi. Semakin banyak garam maka semakin banyak pula
ion klorida yang dihasilkan. Faktor inilah yang menyebabkan
perbedaan kandungan ion Cldiantara keenam urin tersebut Menurut
teori, ion klorida yang terdapat dalam urin berasal dari makanan
yang mengandung garam (NaCl) dan juga terkandung dalam urin
normal jadi untuk mengetahuinya harus ditemukan klorida dengan
cara mengikat ion – ion Clmenggunakan larutan AgNO3 1% yang
akan membentuk endapan putih. Oleh karena itu, jika dihubungkan
dengan hasil yang diperoleh pada di atas, maka keenam sampel
urin dan probandusnya dapat diindikasikan normal dan sedang
berada dalam keadaan yang sehat
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ciri-ciri dan komposisi urin yang normal
adalah: urin berwarna kuning muda ataupun tua (pekat), memiliki pH 6-7,
memiliki (atau tidak memiliki) aroma ammonia, tidak mengandung
glukosa dan protein, serta terdapat (atau tidak terdapat) ion klorida (Cl- )
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC 2003
2. Wilmar, M. Praktikum Urin, Penuntun Praktikum Biokimia. Jakarta:
Widya Medika. 2000
3. Inge Gandasoebrata. Penuntun laboratorium Klinik . Jakarta Timur : Penerbit
Dian Rakyat. 2007

Anda mungkin juga menyukai