1. Apa saja yang dinilai pada pemeriksaan kimiawi urine? Dan bagaimana caramelakukannya pemeriksaan tersebut 2. Bagaimana interpretasi dari setiap pemeriksaan tersebut dihubungkan dengan kelainan atau penyakit?
Jawaban
1. Pemeriksaan Kimia Urin
pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. a. Pemeriksaan glukosa Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positif palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl b. Benda- benda keton Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13- hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8- hidroksi-quinoline yang berlebihan. Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. c. Pemeriksaan bilirubin Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium. d. Pemeriksaan urobilinogen Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
Bahan dan Metode Kerja
a) Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: - 6 buah tabung reaksi, - 1 rak tabung reaksi,1 pembakar spiritus, - 1 gelas ukur 10 mL, - 1 indikator universal pH, - 1 korek api, spatula, dan pipet tetes. Bahan yang dibutuhkan yaitu - Sampel urin manusia, - Reagen benedict, - Reagen biuret, - Larutan AgNO3 1%. b) Metode Kerja 1. Pengambilan sampel urin Percobaan ini dilakukan dengan diambilnya urin yang pertama kali dikeluarkan saat bangun tidur lalu diberikan label pada botol sampel tersebut. 2. Pemeriksaan urin a. Tampilan urin Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya urin ke dalam gelas kimia, lalu dibandingkan warna urin pada seluruh sampel lalu dicatat warna dan tingkat kepekatan warna dari setiap sampel tersebut dengan skala + hingga +++ untuk warna paling jernih hingga paling pekat. b. Mengukur pH urin Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya urin ke dalam gelas kimia kemudian diukur pH urin dengan menggunakan indikator universal lalu dicocokkan warna pada indikator dan dicatat pH yang terukur. c. Menguji amonia Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya 1 mL urin ke dalam tabung reaksi kemudian dipanaskan dengan pembakar spiritus hingga mendidih lalu dicatat bau yang ditimbulkan dari urin yang dipanaskan tersebut. d. Menguji glukosa Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya 2 mL urin ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes reagen benedict lalu dipanaskan. Selanjutnya, diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi beserta tingkat kepekatan warnanya dengan skala + hingga +++ untuk warna paling muda hingga paling tua. e. Menguji protein Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya 2 mL urin ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes reagen biuret lalu dibiarkan selama 5 menit. Selanjutnya, diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi beserta tingkat kepekatan warnanya dengan skala + hingga +++ untuk warna paling muda hingga paling tua. f. Menguji ion klorida Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya 2 mL urin ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes larutan AgNO3 1% lalu dibiarkan selama 5 menit. Selanjutnya, diamati dan dicatat terbentuknya endapan putih dengan skala + hingga +++ untuk endapan paling sedikit hingga paling banyak. 2. Hasil dan Pembahasan a. Tampilan urin Tabel Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh probandus tersebut sehat. Sedangkan warna kuning tua atau pekat dan bahkan sangat pekat tersebut disebabkan karena tubuh probandus diindikasikan mengalami kekurangan cairan. Perbedaan warna urin ini ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin muda warna urin itu. Biasanya warna urin normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Oleh karena itu, meskipun terdapat perbedaan tingkat kepekatan b. PH urin Tabel Menurut teori, pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0 sehingga dapat disimpulkan bahwa keenam urin di atas memiliki derajat keasaman yang masih tergolong normal dan dapat diindikasikan bahwa keenam probandus tersebut juga adalah sedang dalam keadaan sehat. Ph rendah pada sidosis ph tinggi pada alkalosis dan infeksi saluran kemih. c. Uji glukosa Pada urin orang yang normal, setelah pencampuran dengan reagen benedict dan dilakukan pemanasan, urin akan berwarna hijau bening dan tidak ada endapan (negatif glukosa). Hal ini menunjukan bahwa dalam urin tersebut tidak mengandung bahan- bahan lain yang masih dibutuhkan oleh tubuh (glukosa) atau sedikit sekali terhadap resiko penyakit misalnya diabetes melitus dan kehamilan dan defek pada tubulus. d. Uji protein, Urin yang mengandung protein menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna. Indikator adanya protein seperti (albumin) dalam urin dapat ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada urin setelah diujikan menggunakan larutan biuret. Kerusalam membrane glomerulus. Defek reabsopsi tubular. Nefropati. Latihan fisik, dehidrasi dan penyakit akut. e. Uji ion klorida Ket: + : sedikit endapan putih ++ : banyak endapan putih - : tidak ada endapan putih sebagian besar mengandung sedikit ion klorida (Cl- ) (ditandai dengan terbentuknya endapan putih) diikuti kandungan klorida yang banyak dan negatif ion klorida. Perbedaan ini dipengaruhi oleh tingkat asupan kadar garam (makanan) yang dikonsumsi. Semakin banyak garam maka semakin banyak pula ion klorida yang dihasilkan. Faktor inilah yang menyebabkan perbedaan kandungan ion Cldiantara keenam urin tersebut Menurut teori, ion klorida yang terdapat dalam urin berasal dari makanan yang mengandung garam (NaCl) dan juga terkandung dalam urin normal jadi untuk mengetahuinya harus ditemukan klorida dengan cara mengikat ion – ion Clmenggunakan larutan AgNO3 1% yang akan membentuk endapan putih. Oleh karena itu, jika dihubungkan dengan hasil yang diperoleh pada di atas, maka keenam sampel urin dan probandusnya dapat diindikasikan normal dan sedang berada dalam keadaan yang sehat Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa Ciri-ciri dan komposisi urin yang normal adalah: urin berwarna kuning muda ataupun tua (pekat), memiliki pH 6-7, memiliki (atau tidak memiliki) aroma ammonia, tidak mengandung glukosa dan protein, serta terdapat (atau tidak terdapat) ion klorida (Cl- ) DAFTAR PUSTAKA 1. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC 2003 2. Wilmar, M. Praktikum Urin, Penuntun Praktikum Biokimia. Jakarta: Widya Medika. 2000 3. Inge Gandasoebrata. Penuntun laboratorium Klinik . Jakarta Timur : Penerbit Dian Rakyat. 2007