Anda di halaman 1dari 22

A.

PENDAHULUAN

Menurut WHO, stroke merupakan suatu perkembangan cepat tanda-tanda

klinis dari gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala yang

berlangsung selama 24 jam ataupun lebih atau dapat menyebabkan kematian,

tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.1 Berdasarkan patologinya, Stroke

dibedakan menjadi stroke iskemik (sumbatan) dan stroke hemoragik

(perdarahan).

Stroke hemoragik disebabkan oleh ekstravasasi darah ke parenkim otak

maupun mengisi ruang subarachnoid. Stroke hemoragik dibagi menjadi 2 bagian

yaitu yang pertama stroke hemoragik intraserebral di mana ekstravasasi darah

yang berlangsung spontan dan mendadak ke dalam parenkim otak yang bukan

disebabkan oleh trauma. Pedarahan intraserebral merupakan penyebab tersering

dari stroke hemoragik, di mana dinding pembuluh darah kecil yang sudah rusak

akibat hipertensi kronik robek. Hematoma yang terbentuk akan menyebabkan

peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Yang kedua, stroke hemoragik

subarakhnoid adalah ekstravasasi darah ke dalam ruang subarachnoid yang

meliputi sistem saraf pusat yang diisi dengan carian serebrospinal. Perdarahan

subarachnoid terjadi akibat pecahnya aneurisma atau malformasi arteri vena yang

perdarahannya masuk ke ruang subarachnoid, sehingga menyebabkan cairan

serebrospinal (CSS) terisi oleh darah. Darah di dalam CSS akan menyebabkan

vasospasme sehingga menimbulkan gejala sakit kepala hebat yang mendadak.2

1
Berdasarkan data dari WHO, 15 juta orang di seluruh dunia mengalami

stroke tiap tahun. Dari data ini, 5 juta orang meninggal dan 5 juta lainnya hidup

dengan disabilitas permanen.3 Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013,

prevalensi stroke di Indonesia 12,1 per 1.000 penduduk. Angka tersebut naik

dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar 8,3%. Stroke telah menjadi penyebab

kematian utama di hampir semua Rumah Sakit di Indonesia, yakni 14,5%.4

Faktor resiko stroke dibedakan berdasarkan yang bisa diubah dan tidak

bisa diubah. Faktor resiko yang tidak bisa diubah yaitu genetik, usia, jenis

kelamin, dan ras. Sedangkan faktor resiko yang bisa diubah yaitu penyakit

hipertensi, penyakit DM, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan obesitas.5,6

2
B. LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS

Nama : Ny. S

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan :-

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Sungai Klara Lr 96/21 Makassar

2. ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Kesadaran Menurun

Anamnesis terpimpin :

Seorang pasien perempuan usia 70 tahun masuk ke UGD RS Tk II

Pelamonia dengan kesadaran menurun yang dialami secara tiba-tiba ±7jam

SMRS. Sebelumnya pasien masih sempat makan siang dan beristirahat,

pasien juga merasakan sakit kepala yang hilang timbul, pasien juga

mengalami lemah separuh badan bagian kanan, mulut mencong kekiri. Bicara

pelo ada, muntah tidak ada. Pasien sudah tidak bisa jalan sejak satu tahun

yang lalu.

Riwayat Stroke ada pada tahun 2016, 2017, dan terakhir 2018.

Riwayat tekanan darah tinggi ada. Riwayat DM tidak dijumpai. Riwayat

penyakit jantung tidak dijumpai.

3
Riwayat Penyakit Dahulu :

 Riwayat hipertensi (+)

 Riwayat Diabetes Melitus disangkal

 Riwayat penyakit jantung (-)

 Riwayat cedera kepala/trauma kepala (-)

 Riwayat sakit kepala (+)

 Riwayat tumor (-)

 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan : (-)

 Riwayat merokok (-)

 Riwayat demam (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

 Riwayat stroke pada keluarga (-)

 Riwayat hipertensi pada keluarga (+)

 Riwayat Diabetes Mellitus pada keluarga disangkal

Anamnesis system

 Sistem serebrospinal : kelemahan anggota gerak kanan

 Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan

 Sistem gastrointestinal: tidak ada keluhan

4
 Sistem respiratorius : tidak ada keluhan

 Sistem gastrointestinal: tidak ada keluhan

 Sistem integumental : tidak ada keluhan

 Sistem urogenital : tidak ada keluhan

3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : kesadaran menurun

Kesadaran kualitatif : GCS  E2M4V2

Tanda vital : Tekanan darah = 240 / 140 mmHg

 Nadi = 93 x/mnt

 Pernafasan = 24 x/mnt

 Temperatur = 36,5 o C

Kepala                         : normocephal, ukuran normal

Leher                           : kaku kuduk (-)

Nervus cranialis : Pupil bulat isokor diameter 2,5 mm

Motorik : P dan K kesan lateralisasi kedua sisi


T Rf Rp

N N + +
+

N N + +
Sensorik : Sulit dinilai +

Otonom : BAK per Kateter

5
RESUME ANAMNESIS

Seorang pasien perempuan usia 70 tahun masuk ke UGD RS Tk II

Pelamonia dengan kesadaran menurun yang dialami secara tiba-tiba ±7jam

SMRS. Sebelumnya pasien masih sempat makan siang dan beristirahat,

pasien juga merasakan sakit kepala yang hilang timbul, pasien juga

mengalami lemah separuh badan bagian kanan, mulut mencong kekiri. Bicara

pelo ada, muntah tidak ada. Pasien sudah tidak bisa jalan sejak satu tahun

yang lalu. Riwayat Stroke ada pada tahun 2016, 2017, dan terakhir 2018.

Riwayat tekanan darah tinggi ada. Riwayat DM tidak dijumpai. Riwayat

penyakit jantung tidak dijumpai.

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 240/140

mmHg, pernapasan 24 x/m, nadi 93x/m, dan suhu 36,5 0 C. Pada pemeriksaan

fisis didapatkan E2M4V2 pergerakan dan kekuatan kesan lateralisasi kedua

sisi. Tonus otot meningkat pada tungkai atas dan tungkai bawah bagian

kanan. Refleks fisiologis pada sisi sebelah kanan mengalami penurunan, dan

terdapat reflex Hoffman-tromner pada tangan kiri dan kanan pasien, reflex

Babinski positif pada kaki kiri dan kaki kanan pasien.

4. DIAGNOSA KERJA

Diagnosa klinis : Kesadaran menurun lateralisasi kedua sisi

6
Diagnosa topis : Hemisfer dextra dan sinistra

Diagnosa etiologi : Susp. Stroke Hemoragik

Diagnosa Banding : Stroke Non-Hemoragik, Tumor Otak, Trauma

Capitis

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium

Darah Rutin  WBC : 10,19 x 103/uL

RBC : 4,64 x 106/uL

HGB : 13,9 g/dL

PLT : 230 x 103/uL

LED : 22 mm/jam*

Elektrolit  Na : 143,1 mmol/L

K : 2,81 mmol/L*

Cl : 104,2 mmol/L

- Glukosa sewaktu = 113 mg/dl

- Albumin = 3,79 g/dl

- Kreatinin = 0.97 mg/dl

b. Ct-Scan Kepala

7
Kesan :

- Perdarahan intracerebral pada temporalis kanan dengan edema

perifokal yang menyebabkan midline shift ke kiri sejauh +/- 0,3cm

- Sinusitis sphenoidalis kiri

6. PENATALAKSANAAN

8
- Pasang Orophangeal Airway

- Pasang monitor

- Head Up 300

- O2 NRM 10-12 lpm

- IVFD RL 18 tpm

1. Loading Mannitol 200cc selanjutnya 6x100cc (tapering per hari)

2. Inj Citicoline 500mg/12jam/iv

3. Inj Omeprazole 4mg/12jam/iv

4. Inj Lasix 1 amp/extra/iv

5. Perdipine 9cc/SP

6. Drips Neurobion dalam RL 20tpm

7. VitK 1amp/8jam/iv

8. As. Traneksamat /12jam/iv

9. Paracetamol 1gr/8jam/iv

10. 1flc KCl 25 mEq dalam NaCl 0,9% 500cc (10tpm)

11. KSR 600mg/12jam/oral

12. Ambroxol syr /8jam/NGT

9
7. FOLLOW UP

Tanggal/ Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter

TTV
3/05/2019 S: Seorang pasien perempuan usia 70 tahun masuk Pasang Orophangeal
Airway
TD:240/14 ke UGD RS Tk II Pelamonia dengan kesadaran
Pasang monitor
0 mmHg menurun. Menurut informasi dari keluarga ±7jam
O2 NRM 10-12 lpm
MAP: SMRS pasien makan siang dan setelah itu lansung IVFD RL 18 tpm
1. Loading
170mmHg beristirahat. Namun baru diketahui 5jam kemudian
Mannitol 200cc
N:93 bahwa pasien tidak sadarkan diri. Sebelumnya,
selanjutnya
x/menit pasien juga merasakan sakit kepala yang hilang 6x100cc
2. Inj Citicoline
P:24 timbul, pasien juga mengalami lemah separuh
500mg/12jam/iv
x/menit badan bagian kanan, mulut mencong ke kiri.
3. Inj Omeprazole
S: 36,40C Bicara pelo ada, muntah tidak ada. Pasien sudah 4mg/12jam/iv
4. Inj Lasix 1
tidak bisa jalan sejak satu tahun yang lalu.
amp/extra/iv
Day 1 Riwayat Stroke ada pada tahun 2016, 2017, dan
5. Drips Neurobion
terakhir 2018. Riwayat tekanan darah tinggi ada. dalam RL 20tpm
EKG, Darah Rutin,
Riwayat DM tidak dijumpai. Riwayat penyakit
GDS,
jantung tidak dijumpai. BAB belum hari ini dan
CT-Scan Kepala
BAK perkateter (hari 1)

10
04/5/2019 S: Kesadaran menurun, pasien hanya bisa Pasang monitor

TD: mengerang saat diransang nyeri, demam (-) Head Up 300

160/100 O: GCS : E2M4V2 O2 NRM 10-12 lpm

mmHg FKL : SDN IVFD RL 20 tpm

MAP: Rangsang menings: kaku kuduk (-) 1. Mannitol 5x100cc


2. Inj Citicoline
120mmHg NnCr: pupil bulat isokor diameter 2,5 mm
500mg/12jam/iv
N:88 RCL +/+ RCTL +/+
3. Inj Omeprazole
x/menit Motorik: P dan K kesan lateralisasi kedua sisi 4mg/12jam/iv
4. Drips Neurobion
P:20 T Rf Rp
dalam RL 20tpm
x/menit
↓ N 5. VitK 1amp/8jam/iv
↑ N
S:↑36,5N0C ↓ N 6. As. + +
Traneksamat
+ +
/12jam/iv
7. Paracetamol
Day 2
1gr/8jam/iv
Sensorik : Nail compression 8. 1flc KCl 25 mEq
Otonom : dalam NaCl 0,9%
500cc (10tpm)
BAK : Perkateter (Hari ke 2)
K = 2,81
BAB belum hari ini

A:

1. Non Traumatic Intracerebral Hemorrhage

2. Loss Of Conciousness

3. Flaxid Hemiplegia Bilateral

4. Hipokalemia pro Evaluasi

11
06-5-2019 S: Kesadaran menurun, Demam tidak ada Pasang monitor
Head Up 300
TD: 130/70 O: GCS : E1M4V2
O2 NRM 10-12 lpm
mmHg Paru : Rh (+/+)
IVFD RL 20 tpm
MAP : FKL : SDN 1. Mannitol
100cc/8jam/iv
90mmHg Rangsang menings: kaku kuduk (-)
(TDs >140)
N: 92 NnCr: pupil bulat isokor diameter 2,5 mm
2. Inj Omeprazole
x/menit RCL +/+ RCTL +/+ 4mg/12jam/iv
3. Drips Neurobion
P: 28 Motorik: P dan K kesan lateralisasi kedua sisi
dalam RL 20tpm
x/menit T Rf Rp
4. VitK 1amp/8jam/iv
S: 36,5 0C 5. As. Traneksamat
↑ N ↓ N
↓ N /12jam/iv
+ +
↑ N
+ +
6. Paracetamol
Day 4
1gr/8jam/iv
7. KSR
600mg/12jam/oral
8. Ambroxol syr
Sensorik : Nail compression
/8jam/NGT
Otonom :
9. Bila TD semakin
BAK : Perkateter (Hari ke 4)
menurun pasang
BAB belum hari ini
noerpinefrin/SP
A:
1. Non Traumatic Intracerebral Hemorrhage
2. Loss Of Conciousness
3. Flaxid Hemiplegia Bilateral
4. Hipokalemia pro Evaluasi

12
10-5-2019 S: Kesadaran menurun, Demam tidak ada Pasang monitor
O: GCS : E2M4V2 Head Up 300
TD:
Paru : Rh (+/+) Refleks Kornea +/+ O2 NRM 10-12 lpm
200/140
FKL : SDN IVFD RL 20 tpm
mmHg Rangsang menings: kaku kuduk (-) 1. Citicoline 1 1
NnCr: pupil bulat isokor diameter 2,5 mm ampul/12jam/iv
MAP : 160
RCL +/+ RCTL +/+ 2. Perdipine
mmHg
Motorik: P dan K kesan lateralisasi kedua sisi 9cc/jam/SP
N: 120 T Rf Rp 3. Inj Omeprazole
4mg/12jam/iv
x/menit
↑ N ↑ ↑ 4. Drips Neurobion
P:↑ N 31 ↑ ↑ + +
dalam+RL +20tpm
x/menit 5. Paracetamol
1gr/8jam/iv
S: 37 0C
6. KSR
600mg/12jam/oral
Sensorik : Nail compression
Day 8 7. Ambroxol syr
Otonom :
BAK : Perkateter (Hari ke 7) /8jam/NGT
BAB belum hari ini
8. Nebu N. Ace
A:
Non Traumatic Intracerebral Hemorrhage /8jam
Loss Of Conciousness
Flaxid Hemiplegia Bilateral
Hipokalemia pro Evaluasi

C. DISKUSI

Dari data anamnesis didapatkan suatu defisit neurologis berupa kesadaran

menurun dengan onset akut. Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan

13
tanpa adanya faktor pencetus yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi

sebelumnya. Hal mengarah ke suatu lesi vaskuler karena onsetnya yang

mendadak. Sehingga pada penderita mengarah pada diagnosis stroke.

Pada stroke hemoragik didapatkan tanda-tanda peningkatan tekanan

intrakranial (TIK) seperti sakit kepala dan penurunan kesadaran. Perdarahan

intraserebral terjadi secara mendadak. Hal ini didapatkan pada pasien ini yang

mengalami kesadaran menurun secara tiba-tiba. Penurunan kesadaran terjadi

pada stroke hemoragik yang besar atau berlokasi di batang otak. Hal ini

disebakan efek desak ruang dan peningkatan TIK, serta keterlibatan reticulating

activating system (RAS) dibatang otak.13

Beberapa penderita mengeluh serangan dimulai dengan nyeri kepala yang

berat dan sering saat sedang beraktivitas. Sebelumnya pasien ini juga mengeluh

sakit kepala. Gejala disfungsi menggambarkan perkembangan yang terus

memburuk daripada perdarahan. Gejala klinis stroke perdarahan intraserebral

meliputi kelemahan atau kelumpuhan setengah badan, kesemutan, hilang sensasi

atau mati rasa setengah badan. Beberapa penderita juga mengeluh sulit saat

berbicara atau bicara pelo, mulutnya mencong ke samping, merasa bingung,

masalah penglihatan, mual, muntah, kejang, dan kehilangan kesadaran.7 Menurut

infomasi dari keluarga pasien memang lemah separuh badan kanan, mulut

mencong dan bicara menjadi tidak jelas (pelo), namun pada pasien tidak ada

keluhan muntah sebelumnya.

14
Pasien berjenis kelamin perempuan dimana keduanya merupakan faktor

resiko terkena stroke. US National Stroke Association menyatakan bahwa wanita

lebih banyak terkena stroke dibanding pria. Orang-orang Afrika, Hispanik, dan

Asia juga di anggap lebih rentan dibanding orang-orang kulit putih. Demikian

juga seseorang memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,

perokok dan mengkonsumsi minuman keras. Maka, pasien ini dengan riwayat

hipertensi memiliki faktor resiko untuk terkena serangan stroke. 8

Berdasarkan hasil anamnesis pasien didapatkan jumlah skor Siriraj >1

sehingga diagnosis mengacu pada stroke hemoragik. Namun, hal ini tidak lantas

dijadikan acuan karena penentuan diagnosis baku emas (gold standard) pasien

dengan strok adalah dengan menggunakan CT Scan. CT Scan dapat membantu

menentukan lokasi dan ukuran abnormalitaas, seperti daerah vaskularisasi,

superfisial atau dalam, kecil atau luas.9 Pada hasil CT-Scan kepala pasien

didapatkan lesi hiperdens batas tegas pada lobus temporalis kanan yang

menegaskan bahwa diagnosis klinis pasien adalah stroke hemoragik

Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan

mungkin pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia,

trombositosis, trombositopenia, dan leukemia. Pemeriksaan ini pun dapat

menunjukkan kemungkinan penyakit yang sedang diderita saat ini seperti

anemia.10 Namun pada pasien ini pemeriksaan darah rutin masih dalam batas

normal.

15
Pemeriksaan elektrolit dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit

berupa Na, K dan Cl, dari pasien ini. Pada pasien ini didapatkan kadar Kalium

pasien 2,81 sehingga dilakukan koreksi kalium dan didapatkan kadar Kalium 3,0

mmol/L.

Pemeriksaan kimia darah dilakukan untuk mengeliminasi kelainan yang

memiliki gejala seperti stroke (hipoglikemia, hiponatremia) atau dapat pula

menunjukkan penyakit yang diderita pasien saat ini (diabetes, gangguan ginjal). 11

pada pemeriksaan kimia darah didapatkan hasil dalam batas normal.

Stroke hemoragik dikaitkan dengan tingkat kematian yang tinggi dan

modalitas yang berat. Pengobatan pilihan masih kontroversial, mengingat bahwa

data dari beberapa uji klinis belum memberikan bukti yang meyakinkan untuk

mendukung efektivitas surgical clot removal. Oleh karena itu, penanganan

dilakukan terutama terhadap edema serebri sebagai target potensial untuk terapi

intervensi pada penderita strok hemoragik.12

Tata laksana stroke hemoragik dapat dibagi menjadi tata laksana umum

dan khusus. Tata laksana umum bertujuan untuk menjaga dan mengoptimalkan

metabolism otak meskipun dalam keadaan patologis. Tata laksana khusus untuk

melakukan koreksi koagulopati untuk mencegah perdarahan berlannjut,

mengontrol tekanan darah, identifikasi kondisi yang membutuhkan intervensi

bedah, serta melakukan diagnosis dan terapi terhadap penyebab perdarahan.13

16
Tata laksana umum

1. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan

Mengatasi hipoksia, karena itu pada pasien ini diberikan oksigen (O 2

8-12 lpm). Kekurangan oksigen akan menyebabkan terjadinya

metabolisme anaerob, sehingga akan terjadi metabolisme tidak lengkap

yang menghasilkan asam laktat sebagai sisa metabolisme. Peningkatan

asam laktat di otak akan mengakibatkan terjadinya asidosis laktat dan

selanjutnya menyebabkan edema otak dan peningkatan TIK. Selain itu

pada pasien ini dilakukan pemasangan NGT untuk mencegah terjadinya

aspirasi pada pemberian makanan.

2. Tatalaksana Peningkatan TIK

- Mengatur posisi kepala lebih tinggi 15 - 300 dengan tujuan

memperbaiki venous return, pasien ini dilakukan pengaturan posisi

kepala 300

- Menghindari penekanan vena jugularis

- Menghindari hipertermia

- Pemberian osmoterapi atas indikasi ntuk menurunkan Tekanan

Intrakranial :

Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi setiap 4 -

6 jam dengan target ≤ 310 mOsrn/L. (AHA/ASA, Class III, Level

of evidence C). Osmolalitas sebaiknya diperiksa 2 kali dalam

17
sehari selama pemberian osmoterapi. Kalau perlu, berikan

furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB i.v. Pada pasien ini di

berikan obat golongan diuretic Mannitol 20% loading dose 200cc

lalu ditapering per hari. Selain itu diberikan pula Injeksi Lasix 1

amp/extra/iv, yaitu obat yang mengandung furosemide berupa

golongan diuretik untuk membantu mengobati retensi cairan

(edema). Selain itu injeksi golongan furosemide extra ialah untuk

menurunkan tekanan darah, dimana kita tau pasien mrs dengan TD

240/140 mmHg, maka diberikan untuk menurukan tekanan darah.

Peggunaan ini berdasarkan syarat untuk menurunkan tekanan

darah yaitu : sistol > 220 mmHg, diastole >140mmHg, dan MAP >

170mmHg.

3. Stabilisasi Hemodinamik

Untuk menjaga hemodinamik pada pasien ini diberikan cairan

kristaloid atau koloid intra vena (IV) yaitu berupa IVFD Ringer Laktat 18

tpm. Hindari cairan hipotonik seperti glukosa.

Optimalisasi tekanan darah, tekanan darah yang sangat tinggi dapat

menyebabkan edema serebral, sebaliknya tekanan darah yang terlalu

rendah akan mengakibatkan iskemia otak dan akhirnya juga akan

menyebabkan edema dan peningkatan TIK. Pada tekanan darah sistolik

antara 150 sampai 220mmHg dan tanpa adanya kontra indikasi terapi

penurunan darah akut, penurunan TD sistolik akut 140mmHg aman

18
dilakukan dan efektif memperbaiki keluaran fungsional. Pada pasien ini

diberikan perdipine 9cc/SP dengan target MAP 140-160 mmHg yaitu obat

golongan calcium channel blocker (CCB).

4. Pengendalian suhu tubuh 10 akan meningkatkan energy 7%. Oleh karena

itu setiap pasien stroke yang disertai febris harus diberikan antipiretik,

yakni paracetamol 1000mg baik IV ataupun oral.

5. Koreksi kelainan metabolic dan elektrolit. Pada pasien ini diberikan

kalium 1flc KCl 25 mEq dalam NaCl 0,9% 500cc (10tpm). Selain itu

diberikan pula KSR 600mg/12jam/oral dengan upaya untuk meningkatkan

kadar kalium secara bertahap namun tetap sesuai target.

6. Menghindari beberapa hal yang menyebabkan peningkatan tekanan

abdominal seperti batuk, mengedan, dan penyedotan lender pernapasan

yang berlebihan. Pada pasien ini ditemukan banyak lendir, sehingga

dilakukan suction. Pada pemeriksaan fisis didapatkan ronkhi (+/+), maka

ditambahkan terapi ambroxol syr /8jam/ngt yaitu obat golongan mukolitik.

7. Pemberian Neuroprotektan

Untuk stroke hemoragik bisa diberikan citicolin 500 mg/12jam/IV.

Sesuai dengan tata laksana yang telah di berikan pada pasien. Tujuannya

adalah untuk mempertahankan fungsi jaringan yang juga disebut strategi

neuroprotektif. Cara kerja metode ini adalah menurunkan aktivitas

metabolisme dan tentu saja kebutuhan oksigen sel–sel neuron. Dengan

demikian neuron terlindungi dari kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia

19
berkepanjangan atau eksitotoksisitas yang dapat terjadi akibat jenjang

glutamat yang biasanya timbul setelah cedera sel neuron. Pemberian obat

golongan neuroprotektan sangat diharapkan dapat menurunkan angka

kecacatan dan kematian.

8. Pemberian agen PPI (Protein Pump Inhibitor)

Pemberian Omeprazole injeksi untuk mencegah terjadinya stress ulcer.

Stress ulcer ini disebabkan adanya peningkatan metabolisme dan pada

penurunan nafsu makan.

SIMPULAN

Diagnosa klinis : Kesadaran menurun lateralisasi kedua sisi

Diagnosa topis : Lobus temporalis dextra dan ventrikel kanan

anterior

Diagnosa etiologi : Stroke Hemoragik

PROGNOSIS

1. Quo Ad Vitam : Ad Bonam

2. Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

20
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Stroke. 2014

2. Arifputera, Andy dkk. KapitaSelektaKedokteran Essential of medicine:

Stroke. 2014. Jakarta: Media Aesculapius

3. Liebeskind, David. Medscape: Hemorrhagic Stroke. 2015

4. RisetKesehatanDasar Indonesia 2013

5. Price, Sylvia A. PatofisiologiKonsepKlinis Proses-proses Penyakit Ed. 6.

Jakarta: EGC. 2006

6. Kumar, dkk. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC. 2007.

7. Gofir, Abdul. Evidence Based Medicine Manajemen Stroke. Edisi 1.

Yogyakarta: PustakaCendekia Press. 2009.

8. Baehr, M. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi Fisiologi Tanda dan

Gejala.Edisi 4. 2012

9. Stroke: a practical approach 2009

10. Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi):

Gideline Stroke Tahun 2011

11. Arisanti, Yuliana. Dachlan, EriGumilar. Tindakan Bedah Saraf. Fakultas

Kedokteran. Universitas Airlangga. 2012

12. Brust, John. Current Diagnosis and Treatment Neurology 2nd Edition. North

America: Mc Graw Hill Company. 2012

21
13. Mesiano, Taufik. Salim Harris. Buku Ajar Neurologi, Stroke Hemoragik. 2012

22

Anda mungkin juga menyukai