Lapsus - Rizky Suci A - HS
Lapsus - Rizky Suci A - HS
PENDAHULUAN
klinis dari gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala yang
(perdarahan).
yang berlangsung spontan dan mendadak ke dalam parenkim otak yang bukan
dari stroke hemoragik, di mana dinding pembuluh darah kecil yang sudah rusak
meliputi sistem saraf pusat yang diisi dengan carian serebrospinal. Perdarahan
subarachnoid terjadi akibat pecahnya aneurisma atau malformasi arteri vena yang
serebrospinal (CSS) terisi oleh darah. Darah di dalam CSS akan menyebabkan
1
Berdasarkan data dari WHO, 15 juta orang di seluruh dunia mengalami
stroke tiap tahun. Dari data ini, 5 juta orang meninggal dan 5 juta lainnya hidup
prevalensi stroke di Indonesia 12,1 per 1.000 penduduk. Angka tersebut naik
dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar 8,3%. Stroke telah menjadi penyebab
Faktor resiko stroke dibedakan berdasarkan yang bisa diubah dan tidak
bisa diubah. Faktor resiko yang tidak bisa diubah yaitu genetik, usia, jenis
kelamin, dan ras. Sedangkan faktor resiko yang bisa diubah yaitu penyakit
2
B. LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 70 tahun
Pendidikan :-
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Kesadaran Menurun
Anamnesis terpimpin :
pasien juga merasakan sakit kepala yang hilang timbul, pasien juga
mengalami lemah separuh badan bagian kanan, mulut mencong kekiri. Bicara
pelo ada, muntah tidak ada. Pasien sudah tidak bisa jalan sejak satu tahun
yang lalu.
Riwayat Stroke ada pada tahun 2016, 2017, dan terakhir 2018.
3
Riwayat Penyakit Dahulu :
Anamnesis system
4
Sistem respiratorius : tidak ada keluhan
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Nadi = 93 x/mnt
Pernafasan = 24 x/mnt
Temperatur = 36,5 o C
N N + +
+
N N + +
Sensorik : Sulit dinilai +
5
RESUME ANAMNESIS
pasien juga merasakan sakit kepala yang hilang timbul, pasien juga
mengalami lemah separuh badan bagian kanan, mulut mencong kekiri. Bicara
pelo ada, muntah tidak ada. Pasien sudah tidak bisa jalan sejak satu tahun
yang lalu. Riwayat Stroke ada pada tahun 2016, 2017, dan terakhir 2018.
mmHg, pernapasan 24 x/m, nadi 93x/m, dan suhu 36,5 0 C. Pada pemeriksaan
sisi. Tonus otot meningkat pada tungkai atas dan tungkai bawah bagian
kanan. Refleks fisiologis pada sisi sebelah kanan mengalami penurunan, dan
terdapat reflex Hoffman-tromner pada tangan kiri dan kanan pasien, reflex
4. DIAGNOSA KERJA
6
Diagnosa topis : Hemisfer dextra dan sinistra
Capitis
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
LED : 22 mm/jam*
K : 2,81 mmol/L*
Cl : 104,2 mmol/L
b. Ct-Scan Kepala
7
Kesan :
6. PENATALAKSANAAN
8
- Pasang Orophangeal Airway
- Pasang monitor
- Head Up 300
- IVFD RL 18 tpm
5. Perdipine 9cc/SP
7. VitK 1amp/8jam/iv
9. Paracetamol 1gr/8jam/iv
9
7. FOLLOW UP
TTV
3/05/2019 S: Seorang pasien perempuan usia 70 tahun masuk Pasang Orophangeal
Airway
TD:240/14 ke UGD RS Tk II Pelamonia dengan kesadaran
Pasang monitor
0 mmHg menurun. Menurut informasi dari keluarga ±7jam
O2 NRM 10-12 lpm
MAP: SMRS pasien makan siang dan setelah itu lansung IVFD RL 18 tpm
1. Loading
170mmHg beristirahat. Namun baru diketahui 5jam kemudian
Mannitol 200cc
N:93 bahwa pasien tidak sadarkan diri. Sebelumnya,
selanjutnya
x/menit pasien juga merasakan sakit kepala yang hilang 6x100cc
2. Inj Citicoline
P:24 timbul, pasien juga mengalami lemah separuh
500mg/12jam/iv
x/menit badan bagian kanan, mulut mencong ke kiri.
3. Inj Omeprazole
S: 36,40C Bicara pelo ada, muntah tidak ada. Pasien sudah 4mg/12jam/iv
4. Inj Lasix 1
tidak bisa jalan sejak satu tahun yang lalu.
amp/extra/iv
Day 1 Riwayat Stroke ada pada tahun 2016, 2017, dan
5. Drips Neurobion
terakhir 2018. Riwayat tekanan darah tinggi ada. dalam RL 20tpm
EKG, Darah Rutin,
Riwayat DM tidak dijumpai. Riwayat penyakit
GDS,
jantung tidak dijumpai. BAB belum hari ini dan
CT-Scan Kepala
BAK perkateter (hari 1)
10
04/5/2019 S: Kesadaran menurun, pasien hanya bisa Pasang monitor
A:
2. Loss Of Conciousness
11
06-5-2019 S: Kesadaran menurun, Demam tidak ada Pasang monitor
Head Up 300
TD: 130/70 O: GCS : E1M4V2
O2 NRM 10-12 lpm
mmHg Paru : Rh (+/+)
IVFD RL 20 tpm
MAP : FKL : SDN 1. Mannitol
100cc/8jam/iv
90mmHg Rangsang menings: kaku kuduk (-)
(TDs >140)
N: 92 NnCr: pupil bulat isokor diameter 2,5 mm
2. Inj Omeprazole
x/menit RCL +/+ RCTL +/+ 4mg/12jam/iv
3. Drips Neurobion
P: 28 Motorik: P dan K kesan lateralisasi kedua sisi
dalam RL 20tpm
x/menit T Rf Rp
4. VitK 1amp/8jam/iv
S: 36,5 0C 5. As. Traneksamat
↑ N ↓ N
↓ N /12jam/iv
+ +
↑ N
+ +
6. Paracetamol
Day 4
1gr/8jam/iv
7. KSR
600mg/12jam/oral
8. Ambroxol syr
Sensorik : Nail compression
/8jam/NGT
Otonom :
9. Bila TD semakin
BAK : Perkateter (Hari ke 4)
menurun pasang
BAB belum hari ini
noerpinefrin/SP
A:
1. Non Traumatic Intracerebral Hemorrhage
2. Loss Of Conciousness
3. Flaxid Hemiplegia Bilateral
4. Hipokalemia pro Evaluasi
12
10-5-2019 S: Kesadaran menurun, Demam tidak ada Pasang monitor
O: GCS : E2M4V2 Head Up 300
TD:
Paru : Rh (+/+) Refleks Kornea +/+ O2 NRM 10-12 lpm
200/140
FKL : SDN IVFD RL 20 tpm
mmHg Rangsang menings: kaku kuduk (-) 1. Citicoline 1 1
NnCr: pupil bulat isokor diameter 2,5 mm ampul/12jam/iv
MAP : 160
RCL +/+ RCTL +/+ 2. Perdipine
mmHg
Motorik: P dan K kesan lateralisasi kedua sisi 9cc/jam/SP
N: 120 T Rf Rp 3. Inj Omeprazole
4mg/12jam/iv
x/menit
↑ N ↑ ↑ 4. Drips Neurobion
P:↑ N 31 ↑ ↑ + +
dalam+RL +20tpm
x/menit 5. Paracetamol
1gr/8jam/iv
S: 37 0C
6. KSR
600mg/12jam/oral
Sensorik : Nail compression
Day 8 7. Ambroxol syr
Otonom :
BAK : Perkateter (Hari ke 7) /8jam/NGT
BAB belum hari ini
8. Nebu N. Ace
A:
Non Traumatic Intracerebral Hemorrhage /8jam
Loss Of Conciousness
Flaxid Hemiplegia Bilateral
Hipokalemia pro Evaluasi
C. DISKUSI
menurun dengan onset akut. Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan
13
tanpa adanya faktor pencetus yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi
intraserebral terjadi secara mendadak. Hal ini didapatkan pada pasien ini yang
pada stroke hemoragik yang besar atau berlokasi di batang otak. Hal ini
disebakan efek desak ruang dan peningkatan TIK, serta keterlibatan reticulating
berat dan sering saat sedang beraktivitas. Sebelumnya pasien ini juga mengeluh
atau mati rasa setengah badan. Beberapa penderita juga mengeluh sulit saat
infomasi dari keluarga pasien memang lemah separuh badan kanan, mulut
mencong dan bicara menjadi tidak jelas (pelo), namun pada pasien tidak ada
14
Pasien berjenis kelamin perempuan dimana keduanya merupakan faktor
lebih banyak terkena stroke dibanding pria. Orang-orang Afrika, Hispanik, dan
Asia juga di anggap lebih rentan dibanding orang-orang kulit putih. Demikian
sehingga diagnosis mengacu pada stroke hemoragik. Namun, hal ini tidak lantas
dijadikan acuan karena penentuan diagnosis baku emas (gold standard) pasien
superfisial atau dalam, kecil atau luas.9 Pada hasil CT-Scan kepala pasien
didapatkan lesi hiperdens batas tegas pada lobus temporalis kanan yang
anemia.10 Namun pada pasien ini pemeriksaan darah rutin masih dalam batas
normal.
15
Pemeriksaan elektrolit dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit
berupa Na, K dan Cl, dari pasien ini. Pada pasien ini didapatkan kadar Kalium
pasien 2,81 sehingga dilakukan koreksi kalium dan didapatkan kadar Kalium 3,0
mmol/L.
menunjukkan penyakit yang diderita pasien saat ini (diabetes, gangguan ginjal). 11
data dari beberapa uji klinis belum memberikan bukti yang meyakinkan untuk
dilakukan terutama terhadap edema serebri sebagai target potensial untuk terapi
Tata laksana stroke hemoragik dapat dibagi menjadi tata laksana umum
dan khusus. Tata laksana umum bertujuan untuk menjaga dan mengoptimalkan
metabolism otak meskipun dalam keadaan patologis. Tata laksana khusus untuk
16
Tata laksana umum
kepala 300
- Menghindari hipertermia
Intrakranial :
17
sehari selama pemberian osmoterapi. Kalau perlu, berikan
lalu ditapering per hari. Selain itu diberikan pula Injeksi Lasix 1
darah yaitu : sistol > 220 mmHg, diastole >140mmHg, dan MAP >
170mmHg.
3. Stabilisasi Hemodinamik
kristaloid atau koloid intra vena (IV) yaitu berupa IVFD Ringer Laktat 18
antara 150 sampai 220mmHg dan tanpa adanya kontra indikasi terapi
18
dilakukan dan efektif memperbaiki keluaran fungsional. Pada pasien ini
diberikan perdipine 9cc/SP dengan target MAP 140-160 mmHg yaitu obat
itu setiap pasien stroke yang disertai febris harus diberikan antipiretik,
kalium 1flc KCl 25 mEq dalam NaCl 0,9% 500cc (10tpm). Selain itu
7. Pemberian Neuroprotektan
Sesuai dengan tata laksana yang telah di berikan pada pasien. Tujuannya
19
berkepanjangan atau eksitotoksisitas yang dapat terjadi akibat jenjang
glutamat yang biasanya timbul setelah cedera sel neuron. Pemberian obat
SIMPULAN
anterior
PROGNOSIS
20
DAFTAR PUSTAKA
Gejala.Edisi 4. 2012
12. Brust, John. Current Diagnosis and Treatment Neurology 2nd Edition. North
21
13. Mesiano, Taufik. Salim Harris. Buku Ajar Neurologi, Stroke Hemoragik. 2012
22