Anda di halaman 1dari 21

TUGAS EXODONTI (L)

"NERVUS TRIGEMINUS DAN ANAESTHESI" 

NAMA MAHASISWA  : NOPA LANTIKA

NIM  : 195110481

KELAS  : 2B

SEMESTER  :3

DIII KEPERAWATAN GIGI BUKITTINGGI

POLTEKKES KEMENKES PADANG

Ta. 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.LATAR BELAKANG
Nervus trigeminus merupakan nervus cranial terbesar, sensorik pada leher
dan kepala serta merupakan nervus motorik pada otot-otot pengunyahan. Anestesi
umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang
bersifat reversibel.
Keadaan anestesi berbeda dengan keadaan analgesia, yang didefinisikan sebagai
tidak adanya nyeri. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh agen narkotika yang
dapatmenghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar. Sebaliknya,
barbiturate dan penenang tidak menghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali
tidak sadar.

II.RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Nervus Trigeminus

2. Apa yang dimaksud dengan Anastesi?

3. Apa saja macam-macam Anastesi?

4. Apa saja alat-alat dan Bahan-bahan yang digunakan pada saat


anastesi?

5. Apa sajakah teknik yang digunakan pada saat anastesi?

III.TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian Nervus Trigeminus

2. Untuk mengetahui pengertian Anastesi

3. Untuk mengetahui macam-macam anastesi

4. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan saat anastesi

5. Untuk mngetahui teknik-teknik yg digunakan saat anastesi

BAB II

PEMBAHASAN

I.NERVUS TRIGEMINUS

A、 Anatomi Nervus Trigeminus


Nervus trigeminus merupakan nervus cranial terbesar, sensorik pada leher
dan kepala serta merupakan nervus motorik pada otot-otot pengunyahan. Nervus
trigeminus dinamai saraf tiga serangkai sebab terdiri atas tiga cabang (rami)
utama yang menyatu pada ganglion Gasseri. Ketiga cabang tersebut adalah:

1. Nervus ophtalmicus

Yaitu yang mensarafi dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus


paranasalis dan sebagian dari selaput lendir hidung. Saraf ini memasuki
rongga tengkorak melalui fissura orbitalis superior.

2. Nervus maxillaries

Yaitu yang mensarafi rahang atas serta gigi-gigi rahang atas, bibir
atas, pipi, palatum durum, sinus maxillaries dan selaput lendir hidung. Saraf
ini memasuki rongga tengkorak melalui foramen rotundum.

3. Nervus mandibularis

Yaitu yang mensarafi rahang bawah, bibir bawah, mukosa pipi, lidah,
sebagian dari meatus accusticus externus, meatus accusticus internus dan
selaput otak. Saraf ini memasuki rongga tengkorak melalui foramen ovale. 

Ketiga nervi (rami) ini bertemu di ganglion semilunare Gasseri. Dalam ganglion
semilunar Gasseri terdapat sel-sel ganglion unipolar. Juluran aferen perifer dari
sel-sel unipolar ini lewat pada ketiga cabang utama dari nervus trigeminus itu.
Juluran aferen sentral dari sel-sel unipolar itu lewat di dalam porsio mayor N V
yang msuk ke pons. Setelah msuk ke dalam pons (di perbatasan 1/3 depan dengan
2/3 belakang pons), maka porsio mayor N V itu bercabang dua, yaitu:

a. Rami ascendens (pendek)

yang bersinaps di nukleus sensibilis prinseps nervi trigemini. Serabut-serabut ini


menghantarkan rasa peraba.
b. Rami desendens (panjang)

yang menjulur ke distal dan membentuk tractus spinalis nervi trigemini. Tractus
ini menjulur ke caudal, sampai di bagian atas dari medulla spinalis cervicalis.
Dalam perjalanan ke caudal ini, serabut tractus spinalis N V ini melepaskan
kolateral-kolateral untuk bersinaps dalam nuklei tracti spinalis nervi trigemini.
Serabut-serabut ini menghantarkan rasa peraba, nyeri dan suhu.

Dengan demikian maka terbentuklah suatu busur refleks, yaitu suatu refleks
monosinaptik dengan sel unipolar dalam nukleus mesenfalikus sebagai neuron
aferen dan motorneuron alfa di nukleus motorius N V sebagai neuron eferen.

Radiks motorik – Serabut radiks motorik terdiri atas dua nuclei, yaitu
superior dan inferior. Nucleus superior mengandung sehelai sel yang menempati
keseluruhan panjang bagian lateral substansi grisea pada saluran serebral.
Nukleus inferior atau nucleus kepala terletak pada bagian atas pons, dekat dengan
permukaan dorsal, dan berdekatan dengan margin lateral garis fossa rhomboid.
Serabut dari nucleus superior yang merupakan radiks mesenfalikus turun melalui
otak tangah dan memasuki pons bersatu dengan serabut dari nucleus yang lebih
bawah, dan radiks motorik terbentuk melewati pons menuju tempat
kemunculannya. Tidak terlalu diketahui apakah radiks mesenfalikus itu motorik
ataukah sensorik.

Radiks sensorik – Serabut radiks sensorik terdiri atas sel-sel ganglion


semilunar yang terletak pada durameter dekat dengan apeks partis petrosa pada
tulang temporal. Setelah menuju ke belakang melewati sinus petrosa superior dan
tentorium cerebelli dan memasuki pons, radiks sensorik terbagi menjadi radiks
superior dan inferior. Radiks superior berakhir sebagian sebagai nucleus yang
terletak pada pons bagian lateral dari akar inferior dan sebagian lagi sebagai locus
cæruleus, radiks inferior menurun melewati pons dan medulla oblongata dan
berakhir di bagian bawah substansi gelatinosa Rolando. Radiks inferior ini
kadang-kadang dinamai radiks spinal nervus. Medulasi dari serabut radiks
sensorik dimulai sekitar bulan kelima kehidupan fetus tetapi keseluruhan serabut
tersebut tidak termedulasi sampai bulan ketiga kelahiran.

Ada empat ganglia kecil yang berhubungan dengan nervus trigeminus.


Ganglion ciliaris berhubungan dengan nervus opthalmicus, ganglion
sphenopalatina berhubungan dengan nervus maxillaris dan ganglion oticum dan
ganglion submaxillaris berhubungan dengan nervus mandibularis. Semua ganglia
tersebut menerima serabut sensorik dari nervus trigeminus dan serabut motorik
dan simpatik dari berbagai sumber, serabut ini disebut radiks ganglia.

a. NERVUS OPTHALMICUS

Nervus opthalmicus merupakan divisi pertama dari trigeminus dan merupakan


saraf sensorik. Cabgng-cabang n. opthalmicus menginervasi kornea, badan
ciliaris dan iris, glandula lacrimalis, conjunctiva, bagian membran mukosa cavum
nasal, kulit palpebra, alis, dahi dan hidung. Nervus opthalmicus adalah nervus
terkecil dari ketiga divisi trigeminus.

Nervus Lacrimalis

Merupakan nervus terkecil dari cabang-cabang opthalmicus. Nervus


lacrimalis kadang-kadang menerima filamen dari nervus trochlearis, tapi ini
kemungkinan adalah turunan dari cabang yang keluar dari nervus opthalmicus
menuju nervus trochlearis.

Nervus Frontalis

Merupakan cabang terbesar dari opthalmicus dan dapat dianggap sebagai


lanjutan langsung (dilihat dari ukuran dan arahnya) dari nervus opthalmicus.

Nervus Nasociliaris

1. Ganglion ciliaris radiks longi


2. Nervus ciliaris longi

3. Nervus ethmoidalis

b. NERVUS MAXILLARIS

Nervus maxillaris merupakan divisi dua dan merupakan nervus


sensorik. Ukuran dan posisinya berada di tengah-tengah nervus opthalmicus
dan mandibularis. N. maxillaris bermula dari pertengahan ganglion semilunar
sebagai berkas berbentuk pleksus dan datar dan berjalan horizontal ke depan
keluar dari cranium menuju foramen rotundum yang kemudian bentuknya
menjadi lebih silindris dan teksturnya menjadi lebih keras.

  

Cabang- cabang –
cabang-cabang n. maxillaris terbagi menjadi empat bagian yang
dipercabangkan di cranium, fossa pterygopalatina, canalis infraorbitalis dan
pada wajah.

1. Nervus meningea medius

2. Nervus zygomaticus

3. Nervi sphenopalatin

4. Nervus alveolaris superior posterior

5. Nervus alveolaris superior medius

6. Nervus alveolaris superior anterior

7. Rami palpebra inferior


8.Rami nasalis externus

9.Rami labii superior

C. NERVUS MANDIBULARIS

Nervus mandibularis disebut juga nervus maxillaris inferior, mengincervasi


gigi dan gingiva rahang bawah, kulit pada regio temporal, auricular, bibir bagian
bawah, bagian abwah wajah, musculus mastikasi, dan membran mukosa lidah 2/3
anterior. Nervus mandibularis adalah nervus terbesar dari ketiga divisi dan terdiri
atas dua radiks: mayor, radiks sensorik keluar dari sudut inferior ganglion
semilunar dan radiks motorik minor (bagian motorik dari trigeminus) yang
melewati di bawah ganglion dan bersatu dengan radiks sensorik.

1. Nervus spinosus (cabang


meningeal atau recurrent)

2. Nervus pterygoideus internus

Divisi anterior :

1. Nervus masseterica

2. Nervus temporalis profunda

3. Nervus pterygoideus externus

Divisi posterior :

1. Nervus auricotemporalis

2. Nervus lingualis
3. Nervus alveolaris inferior

Merupakan cabang terbesar dari nervus mandibularis. Menurun bersama


dengan arteri alveolaris inferior. Awalnya terletak di bawah pterygoideus
externus lalu kemudian berjalan diantara ligamen sphenomandibula dan
ramus mandibula menuju foramen mandibula. Nervus ini kemudian lewat
canalis mandibularis, di bawah gigi-gigi lalu akhirnya muncul di foramen
mental dimana disana dikeluarkan cabang incisivus dan mentalis.

Nervus mylohyoideus --> inervasi musculus mylohyoideus dan musculus


digastricus venter anterior

Nervus dentalis --> mensuplai gigi-gigi molar dan premolar

Nervus incisivus --> menginervasi gigi caninus dan incisivus

Nervus mentalis --> Inervasi kulit dagu dan membran mukosa pada bibir
bawah

II.ANASTESI

Anestesi (pembiusan; berasal dari Bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan


aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. 

Tujuannya untuk menghalau rasa sakit di bagian tubuh tertentu, daripada


harus melakukan pembiusan total. Tujuan utama dari pemberian obat premedikasi
adalah untuk memberikan sedasi psikis, mengurangi rasa cemas dan melindungi
dari stress mental atau factor-faktor lain yang berkaitan dengan tindakan anestesi
yang spesifik. 

A、     JENIS ANESTESI

1. Anestesi Lokal
Jenis ini biasa dipakai untuk tindakan medis minor atau operasi kecil.
Obat bius ini dapat membuat area kecil dari tubuh mati rasa namun tetap
sadarkan diri.Contoh obat-obatan anestesi lokal lidocaine, mepivacaine,
bupivacaine, etodocaine, poropitocaine, procaine, tetracaine,
choloroprocaine,  piperocaine dan dibucaine.

2. Anestesi Regional

Sebagian besar tubuh dapat dibuat mati rasa dengan bius regional.
Bius regional terbagi lagi menjadi epidural, spinal dan blok saraf tepi.
Contoh obat-obatan anestesi regional lidocaine, bupivacaine,
chloroprocaine.

3. Anestesi Umum

Obat bius disuntikkan ke pembuluh darahatau inhalasi sehingga


mempengaruhi otak dan seluruh tubuh sehingga tidak sadarkan diri atau
tertidur pulas. Contoh obat anestesi general secara iv pentothal,
ketamine, poropofol, midazolam, dropoeridol, etomidate dan contoh
obat anestesi general secara inhalasi berbentuk gas N2O dan bentuk cair
mudah menguap halothane, enflurane, isoflurane, sevoflurane,
desflurane, ether, ethyl clorida, sikloporopan, ethylene, metoksiflurane.

Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak


digunakan adalah:

1. Anestesi permukaan

Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh


dokter gigi untuk mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk
pembedahan kecil seperti menjahit luka di kulit. Sediaan ini aman dan
pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses penyembuhan
luka.

2. Anestesi Infiltrasi.

Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi


pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan
hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya
daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).

3. Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk
tujuan diagnostik dan terapi.

4. Anestesi Spinal

Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari


kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini
bermanfaat untuk operasi perut bagian bawah, perineum atau tungkai
bawah.

5. Anestesi Epidural

Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan


di ruang epidural yakni ruang antara kedua selaput keras dari sumsum
belakang.

6. Anestesi Kaudal

Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan


melalui tempat yang berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui
hiatus skralis.

B、Bahan dan Alat Anastesi Lokal

1. Bahan Anastesi Lokal

Anestetika lokal terdiri dari 3 bahan utama yakni gugus amin


hidrofilik yang dihubungkan dengan gugus aromatik hidrofobik oleh
gugus antara. Gugus antara dan gugus aromatik dihubungkan oleh ikatan
amida atau ikatan ester.

Berdasarkan ikatan ini, anestetika lokal digolongkan menjadi :

a. senyawa ester (prokain, tetrakain, benzokain, kokain)

b. senyawa amida (lidokain, dibukain, mepivakain, prilokain)

Secara umum anestetik lokal mempunyai rumus dasar yang terdiri


dari 3 bagian: gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu
aromatic lipofil melalui suatu gugus antara. Gugus amin selalu berupa
amin tersier atau amin sekunder. Gugus antara dan gugus aromatic
dihubungkan dengan ikatan amid atau ikatan ester. Maka secara kimia
anestetik local digolongkan atas senyawa ester dan senyawa amid. Yang
tergolong kedalam golongan amida (-NHCO-): Lidokain (xylocaine,
lignocaine), mepivakain (carbocaine), prilokain (citanest), bupivacain
(marcaine), etidokain (duranest), dibukain (neupercaine), ropivakain
(naropin), levobupivacaine (chirocaine). 

a. Ester 

Anastesi lokal dihidrolisis di dalam plasma oleh enzim


pseudocholinesterase. Kadar hidrolisis akan berdampak pada potensi
toksisitas dari anastesi obat. Chloropocaine, adalah obat yang paling cepat
dihidrolisis, sedangkan, tetracaine 16 kali lebih lama dibanding
chloropocaine, yang menyebabkan sifatnya paling bersifay toksik.
Procaine dihidrolisis ke asam para-aminobenzoat (PABA), yang akan
diekresi lewat urin tanpa mengalami perubahan, dan ke diethylamino
alcohol, yang dirubah terlebih dahulu untuk diekresi. Reaksi alergi bisa
terjadi akibat respon dari obat anastesi golongan ester yang biasanya tidak
berhubungan dengan PABA, yang sebagain besar produk dari metabolisme
anastesi lokal golongan ester.

b. Amida

Metabolisme dari golongan amida lebih kompleks dibandingkan


dengan golongan ester. Daerah utama untuk biotranformasi amida adalah
di hati. Hampir seluruh proses metabolik terjadi di hati untuk obat
lidocaine, mepivacaine, articaine, etidocaine. Prilokaine dimetabolisme di
hati, dan beberapa kemungkinan di paru.

Derajat biotranformasi dari lidocaine, mepivacaine, articaine,


atidocaine, dan bupivacaine hampir semuanya sama. Prilocaine lebih cepat
dibiotranformasi dari semua golongan amida. Kira-kira 70 % dosis dari
injeksi lidocaine dibiotransformasikan di  pasien dengan fungsi hati yang
normal. Pasien dengan aliran darah yang lebih lambat dari normal
(hipotensi, kerusakan hati kongestif) atau penurunan fungsi hari (sirosis)
tidak bisa me-biotransformasikan amida secara normal. Biotranformasi
yang lebih lambat dari normal dapat menyebabkan peningkatan level obat
dalam darah dan berpotensi terjadinya peningkatan toksisitas.

Macam-macam jenis anestesi local yang sering digunakan, yakni:

1. DIBUKAIN 

Devirat kuinon ini, merupakan anestetik lokal yang paling kuat, paling
toksik dan mempunyai masa kerja panjang. Dibandingkan dengan prokain,
dibukain kira0kira 15 kali lebih kuat dan toksik dengan masa kerja 3 kali
lebih panjang. Dibukain HCl digunakan untuk anesthesia suntikan pada
kadar 0,05-0,1%; untuk anesthesia topical telinga 0,5-2%; dan untuk kulit
berupa salep 0.5-1%. Dosis total dibukain pada anesthesia spinal ialah 7,5-
10mg 

2. LIDOKAIN

Lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara


luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat,
lebih kuat, dan lebih ekstensif daripada yang ditunjukkan oleh prokain
pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan
merupakan prototik dari anestetik lokal golongan amida.

a. Farmakodinamik

Lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara


luas dengan pemberian topical dan suntikan

b. Farmakokinetik

Lidokain cepat diserap dari tempat suntikan, saluran cerna dan saluran
pernapasan serta dapat melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma
fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu
c. Indikasi

Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anesthesia infiltrasi,


blokade saraf, anesthesia spinal, anesthesia epidural ataupun anesthesia
kaudal, dan secara setempat untuk anesthesia selaput lendir.

3. MEPIVAKAIN HCl.

Devirat amida dari xylidide ini cukup populer sejak diperkenalkan untuk
tujuan klinis pada akhir 1950-an.Anestetik lokal golongan amida ini sifat
farmakologiknya mirip lidokain. Mepivekain digunakan untuk anesthesia
infiltrasi, blockade saraf regional dan anesthesia spinal. sediaan untuk
suntikan merupakan larutan 1,0; 1,5 dan 2%.

4. PRILOKAIN HCl.

Walaupun merupakan devirat toluidin, agen anestesi lokal tipe amida ini
pada dasarnya mempunyai formula kimiawi dan farmakologi yang mirip
dengan lignokain dan mepivakain. 

Anestetik ini digunakan untuk berbagai macam anestesia disuntikan


dengan sediaan berkadar 1,0; 2,0 dan 3,0%. Prilokain umumnya dipasarkan
dalam bentuk garam hidroklorida dengan nama dagang Citanest dan dapat
digunakan untuk mendapat anestesi infiltrasi dan regional. Namun prilokain
biasanya tidak dapat digunakan untuk mendapat efek anestesi
topikal.Prilokain biasanya menimbulkan aksi yang lebih cepat daripada
lignokain namun anastesi yang ditimbulkannya tidaklah terlalu dalam.
Prilokain juga kurang mempunyai efek vasodilator bila dibanding dengan
lignokain dan biasanya termetabolisme dengan lebih cepat. Obat ini kurang
toksik dibandingkan dengan lignokain tetapi dosis total yang dipergunakan
sebaiknya tidak lebih dari 400 mg.

5. BUPIVAKAIN (MARCAIN).

Struktur mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amin


dan butyl piperidin. Merupakan anestetik lokal yang mempunyai masa kerja
yang panjang, dengan efek blockade terhadap sensorik lebih besar daripada
motorik. Karena efek ini bupivakain lebih popular digunakan untuk
memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pascapembedahan.
Suatu penelitian menunjukan bahwa bupivakain dapat mengurangi dosis
penggunaan morfin dalam mengontrol nyeri pada pascapembedahan Caesar.
Pada dosis efektif yang sebanding, bupivakain lebih kardiotoksik daripada
lidokain. Lidokain dan bupivakain, keduanya menghambat saluran
Na+ jantung (cardiac Na+  channels) selama sistolik.

6. NAROPIN (ROPIVAKAIN HCl) INJEKSI

Sifat-sifat naropin injeksi Naropin injeksi mengandung ropivakain HCl,


yaitu obat anestetik lokal golongan amida. Naropin injeksi adalah larutan
isotonik yang steril, mengandung bahan campuran obat (etantiomer) yang
murni yaitu Natrium Klorida (NaCl) agar menjadi larutan isotonik dan aqua
untuk injeksi. Natrium Hidroksida (NaOH) dan/ atau asam Hidroklorida
(HCl) dapat ditambahkan untuk meyesuaikan pHnya (keasamannya).

7. Duranest ( Etidokain)

Ketika pemberian anastetik lokal pada bidang kedokteran gigi, dosis


Duranest (Etidocaine Hcl) pemberiannya pada saat pasien masih sadar
pemberian anastetiknya pada bagian oral cavity, vaskularisasinya pada oral
tissue, volume efektif pada anastesi lokal harus benar-benar tepat. Pada oral
cavity pemberian anastesi lokal dan teknik serta prosedurnya harus spesifik.
Bentuk keperluan dosis determinan pada individu dasar, pada maxilla,
inferior alveolar, nervus blok dosisnya 1,0-50 mL dan pemberian Duranest
1.5% sedangkan dengan epinefrin 1:200,000 biasanya sangat efektif.

2. Alat Anastesi Lokal

1. Syringe

Syringe terdiri dari kotak logam dan plunger yang disatukan melalui
mekanisme hige spring. Jarum berujung ganda dapat dipasang syringe melalui
hub sekrup pada ujung kotak/ wadah lainnya Banyak macam  dari dental syringes
yang dapat digunakan, yang paling sering adalah breech-loading, metallic,
cartridge-type, aspirating syringe. Syringe terdiri dari thumb ring, finger grip,
barrel containing the piston with a harpoon, dan needle adaptor.

2. Cartridge

Cartridge biasanya terbuat dari kaca bebas alkali dan pirogen untuk
menghindari pecah atau kontaminasi dari larutan. Catridge mempunyai variasi
design yang cukup banyak, terytama hubungannya dengan penutup yang dapat
ditembus jarum hipodermik saat syringe dipasang. Kompresi plunger karet sering
menimbulkan aspirasi ringan ketika tekanan dilepaskan, sehingga larutan dalam
cartridge terkontaminasi. Karena itu larutan sisa jangan pernah digunakan untuk
pasien yang lain karena bisa terjadi penularan infeksi, larutan anastesi yang
kelebihan tersebut harus dibuang.

3. Jarum

Jarum hipodermik yang di kedokteran gigi dibagi menjadi pendek dan


panjang. Jarum suntik yang pendek biasanya digunakan untuk anastesi infiltrasi ,
biasanya panjangnya 2 atau 2,5 cm. Sedang jarum yang digunakan untuk teknik
blok biasanya panjangnya 3,5 cm.

C、 TEKNIK LOKAL ANESTESI

Teknik lokal anestesi menurut Laura Mitchell, David A. Mitchell,


Lorna Mc.Caul (2009) :

Anestesi block alveolaris inferior dan infiltrasi Iokal merupakan


teknik anestesi lokal utama; namun, tersedia juga beberapa alternatif,
suplemen dan pilihan darurat, Anestesi blok alveolaris inferior.  Teknik
pilihan untuk gigi molar rahang bawah: juga efektif untuk premolar,
kaninus, dan insisif (pada insisif ditambah infiltrasi). Tujuannya adalah
mendepositkan anestetikum disekitar saraf alveolaris yang masuk ke
foramen mandibula di bawah lingula. Mulut pasien harus dibuka lebar.
Palpasi landmark eksternal dan linea obliqua interna dan perhatikan garis
raphe pterigomandibula. Dengan meletakkan ibu jari yang mempalpasi
pada fosa retromolar, ujung jarum dimasukkan pada titik tengah ujung ibu
jari sedikit di atas bidang oklusal di lateral raphe pterigomandibula. 
Pada kedalaman jarum 0,5 cm, jika diperlukan blok saraf lingualis,
disuntikkan
anestesi lokal pada titik ini sebanyak 0,5 ml. Arah jarum kemudian
digerakkan horizontal 40 derajat menyilang dari dorsum lidah dan maju
agar berkontak dengan lingula. Begitu jarum sudah berkontak dengan
tulang, jarum ditarik keluar sedikit dan sisa anestetikum diinjeksikan.
Tidak diperlukan memasukkan jarum sampai ke pusat.

Perhatikan bahwa posisi foramen mandibula bervariasi, bergantung


pada usia. Pada rahang tidak bergigi, posisi foramen dan juga titik insersi
jarum relatif lebih tinggi dari yang bergigi. 

Blok saraf nasopalatinus. Anestesia yang dalam dapat


tercapai dengan melewatkan jarum melalui papila insisiva dan
menyuntikan sedikit anestetikum. Suntikan ini sangat menyakitkan.
Infiltrasi. Tujuannya adalah untuk menempatkan anestesi lokal
disupraperiosteal, sedekat mungkin dengan apeks gigi yang
akan dianestesi. Anestesi lokal akan berdifusi melalui periosteum dan
tulang untuk membasahi saraf sekitar apikal gigi. Tarik pipi atau bibir agar
mukosa tegang dan masukkan jarum sepanjang sumbu panjang gigi ke arah
tulang. Dekat apikal gigi tarik sedikit dan deponir anestesi lokal perlahan-
lahan. Untuk infiltrasi palatum, bukal harus teranestesi terlebih dahulu dan
baru lakukan infiltrasi di papila interdental. Kemudian suntik mukosa
palatum dan depositkan sedikit anestesi lokal dengan tekanan.

Anestesi intraosseus. Teknik ini diperkenalkan kembali


untuk memperdalam analgesika satu gigi. Membutuhkan alat dan
keterampilan
khusus.

Teknik Refrigeration anestesi (menurut Haryono Mangunkusumo, 1981)


adalah :
– Dalam lapangan KG.untuk maksud ini kita kenal obat Chloor aethyl.
– Di dalam klinik kita sering pakai Chloor aethyl ini untuk anestesi
waktu kita mengerjakan suatu incisI abscess.
– Jangan sekali-kali memberikan chloor aethyl itu pada tempat
operasi, oleh karena chloor aethyl itu akan menyebabkan jaringan yang
terkena
menjadi keras, sehingga sukar untuk diincisi.
– Dalam perdagangan chloor aethyl berupa larutan yang mudah menguap
dan dimasukkan dalam suatu tabung dari kaca, di ujung tabung terdapat
suatu penutup, bila tutup ditekan, maka terdapatlah jalan keluar chloor
aethyl yang berupa spray.
– Daerah yang kita semprot dengan chloor aethyl ini mula-mula dekat (+ 2
cm), dan lama-lama kita jauhkan dan kita hentikan bila daerah itu sudah
seperti diliput salju.
– Bila kita hendak mengincisi abscess, bila yang kita pakai chloor
aethyl kita semprotkan pada jaringan sekitar abscess dengan cara tadi.
– Pemakaian yang efektif apabila kita hendak mencabut gigi yang
goyah atau gigi susu yang goyah dan cara pemakaiannya ialah
semprotan kita jauhkan pada perbatasan gigi dan jaringan dengan maksud
untuk membekukan pulpa dan jaringan sekitarnya pada waktu bersamaan.
Ini dikerjakan di sebelah bukal maupun di sebelah lingual gigi itu.
Oleh karena semprotanchloor aethyl berbahaya untuk mata,
maka sebaiknya mata pasien ditutup dengan kain penutup atau kita
ambil kapas, kemudian kita basahi dengan chloor aethyl itu.Setelah itu
baru kapas kita tempatkan pada jaringan tadi.
– Kesimpulan pada pemakaian chloor aethyl ini adalah dipakai
untuk operasi yang tidak memakan waktu, misalnya mencabut gigi
yang sudah goyah, incisi.

Teknik Topical Anestesi menurut H. Handogo (1979) :


Topical anetesi dapat dilakukan dengan menyoletkan jaringan
tersebut dengan obat topical anestesi yang dapat berupa :
1. Ointment : - Num Oinment
– Xylestesin
– Tonex
– Contralgin
2. Spray : Xylocain spray
Topical anestesi ini hanya dapat bekerja baik meresap kedalam jaringan
0,5 cm, jadi hanya cukup untuk mencabut gigi susu atau gigi dewasa yang
sudah goyah sekali.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Nervus trigeminus merupakan nervus cranial terbesar, sensorik pada leher dan
kepala serta merupakan nervus motorik pada otot-otot pengunyahan. Nervus ini
terdiri atas tiga cabang, yaitu : n.othalmicus, n.maxillaris, dan n.mandibularis.
nervus ini sangat erat kaitannya dalam dunia kedokteran pada umumnya dan
kedokteran gigi. 

 Jadi “Anestesi” adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan rasa


sakit. Memblokir impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang belakang yang
mengakibatkan penurunan sensasi di bagian bawah tubuh.Obat epidural jatuh ke
dalam kelas obat yang disebut bius lokal seperti bupivacaine, chloroprocaine,
atau lidokain.. Mereka sering disampaikan dalam kombinasi dengan opioid atau
narkotika, seperti fentanyl dan sufentanil, untuk mengurangi dosis yang
diperlukan bius lokal. Adapun jenis-jenis dan obatbyang digunakan
dalam anestesi antara lain: 

1. Anestesi Lokal, Contoh obat-obatan anestesi lokal lidocaine, mepivacaine,


bupivacaine, etodocaine, poropitocaine, procaine, tetracaine, choloroprocaine,
piperocaine dan dibucaine.

2. Anestesi Regional, Contoh obat-obatan anestesi regional lidocaine,


bupivacaine, chloroprocaine.

3. Anestesi Umum, Contoh obat anestesi general secara iv pentothal,


ketamine, poropofol, midazolam, dropoeridol, etomidate dan contoh obat
anestesi general secara inhalasi berbentuk gas N2O dan bentuk cair mudah
menguap halothane, enflurane, isoflurane, sevoflurane, desflurane, ether, ethyl
clorida, sikloporopan, ethylene, metoksiflurane.

Anestesi juga mempunyai beberapa cara penggunaannya yaitu :

 1.      Melalui pernapasan


 2.      Injeksi Intravena

 3.      Injeksi pada spinal/epidural

 4.      Injeksi Lokal B.   

Saran

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, makalah ini hanya
berisikan materi-materi yang saya rangkum dari beberapa sumber yang saya
dapat.

Sumber : 

1. Bryce DD, 2004,Trigeminal Neuralgia. http:// Facial-neuralgia.org/


conditions

2. Peterson LJ, et all. 1998. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery,


rd
3   ed. St Louis. Mosby. p. 696-709

3. http://yukiicettea.blogspot.com/2009/09/anaesthesiology-trigeminal-
nerve.html

4. .Duus, Peter, Topical Diagnosis In Neurology, Georg Thieme Verlag Stutt,


Ed II,      

5.   Stuttgart- New York. 1989; 160-167

6. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 7. Jakarta. EGC. 2006

Anda mungkin juga menyukai