TINJAUAN PUSTAKA
insulin pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dan ditandai dengan
b. Diabetes Mellitus tipe 2 ( NIDDM) : Diabetes yang tidak tergantung pada insulin,
Kaki diabetik memiliki risiko potensial patologi meliputi infeksi, ulserasi, dan
penyakit pembuluh darah perifer dan atau komplikasi metabolic diabetes mellitus
pada tungkai bawah. Kaki diabetik adalah kelainan kaki bagian bawah akibat
DPP PPNI, 2017) Intoleransi Aktivitas Pada Diabetes Mellitus + Diabetic Foot
adalah suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik dan
penggunaan karbohidrat untuk energy. Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017) penyebab intoleransi aktivitas pada pasien diabetes mellitus + diabetic foot
adalah Kelemahan.
8
1. Kelemahan
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel
lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
a. Usia
sekresi hormon atau penggunaan glukosa yang tidak adekuat pada tingkat sel
mengakibatkan pasien merasa lemah dan mudah lelah (Tarwoto dkk, 2016)
Luka kecil pada penderita diabetes dapat menjadi besar dan parah karena
sirkulasi peredaran darah biasanya juga sudah tidak terlalu baik, yang
9
pasien, sehingga mengalami keterbatasan dalam menjalankan fungsi sehari-
perubahan besar dan keadaan ini akan berdampak terhadap kualitas hidup
Diabetes Melitus merupakan kumpulan gejala yang kronik dan bersifat sistemik
bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah dan sangat dibutuhkan untuk
kebutuhan sel dan jaringan. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi, makanan yang masuk sebagian digunakan untuk kebutuhan energi dan
sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan jaringan lainnya dengan
bantuan insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau
jumlah sedikit kemudian meningkat jika terdapat makanan yang masuk. Pada orang
dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit, untuk mempertahankan gula darah tetap
stabil antara 70-120 mg/dL. Insulin disekresi oleh sel beta, yang merupakan hormon
anabolik yaitu hormon yang dapat membantu memindahkan glukosa dari darah ke
Pada diabetes terjadi berkurangnya atau tidak adanya insulin berakibat pada
10
mobilisasi lemak, dan meningkatnya penggunaan protein. Pada DM tipe 2, masalah
Normalnya insulin mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan mengawali
insulin untuk membawa glukosa sekitar 25% untuk energy. Tanpa adekuatnya
jumlah insulin banyak glukosa tidak dapat digunakan. Dengan tidak adekuatnya
insulin maka gula darah menjadi tinggi karena hati tidak dapat menyimpan glukosa
menjadi glikogen. Supaya terjadi keseimbangan agar gula darah menjadi normal
maka tubuh mengeluarkan glukosa melalui ginjal, sehingga banyak glukosa berada
di dalam urine (glikosuria). Glukosa yang tidak dapat masuk ke dalam sel
potassium menjadi akibat pasien merasa lemah dan mudah lelah (Tarwoto dkk,
2016).
Rangkaian kejadian yang khas dalam proses timbulnya ulkus diabetik pada kaki
dimulai dari cidera pada jaringan lunak kaki, pembentukkan fisura antara jari-jari
kaki atau di daerah kulit yang kering, atau pembentukkan sebuah kalus. Cidera tidak
dirasakan oleh pasien yang kepekaan kakinya sudah menghilang dan bisa berupa
telanjang di jalan yang panas, atau memeriksa air panas untuk mandi dengan
menggunakan kaki), cidera kimia (misalnya membuat kaki terbakar pada saat
atau cidera traumatik (misalnya melukai kulit ketika menggunting kuku, menginjak
benda asing dalam sepatu tanpa disadari atau mengenakan sepatu dan kaus kaki
11
yang tidak pas). Jika penderita tidak mempunyai kebiasaan untuk memeriksa
kakinya setiap hari, cidera atau fisura tersebut dapat berlangsung tanpa diketahui
(akibat selulitis) atau gangren pada tungkai biasanya merupakan tanda pertama
masalah kaki yang menjadi perhatian pasien (Brunner & Suddarth, 2013)
6. Tanda dan gejala intoleransi aktivitas pada diabetes mellitus + diabetic foot
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) tanda merupakan data objektif
prosedur diagnostik sedangkan gejala merupakan data subjektif yang diperoleh dari
hasil anamnesis. Tanda dan gejala intoleransi aktivitas pada pasien diabetes
mellitus + diabetic foot menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) adalah :
a. Mengeluh lelah
Dispnea terjadi karena suplai oksigen ke sel dan saluran nafar terhambat gara-
gara hormone insulin tidak mampu fasilitasi gula darah ke dalam sel. Dyspnea juga
diakibatkan karena terjadi kebocoran yang berlebihan. Kreatinin dan ureum darah
meningkat lebih tinggi dan tekanan darah selalu tinggi sehingga pasien menjadi
dyspnea.
12
c. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
Pada pasien diabetes mellitus yang mengalami komplikasi kaki diabetik akan
sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung huyung dan
d. Merasa Lemah
terganggu.
kelaparan yang akan berujung pada kerusakan sel lalu kematian sel, ketika sel mati
maka jaringan tubuh yang membentuk berbagai organ akan terganggu termasuk
pada jantung.
Tekanan darah biasanya meningkat karena ada peningkatan volume cairan. Pada
diabetes mellitus akan meningkatkan jumlah total cairan dalam tubuh yang
g. Sianosis
13
distal terutama ekstremitas bawah yang akan menimbulkan gejala perubahan warna
Dampak yang terjadi apabila Intoleransi Aktivitas tidak segera diatasi adalah
menderita penyakit tertentu seperti Diabetic Foot sering kali kekurangan energy
fisik untuk melakukan perawatan diri (Ernawati, 2012). Kerusakan mobilitas fisik
a. Manajemen energi
Tindakan :
Observasi
Terapeutik
14
2. Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif
Edukasi
makanan
b. Terapi aktivitas
Tindakan :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
15
Kolaborasi : Kolaborasikan dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
1. Pengkajian keperawatan
subjektif dan objektif) dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medic.
Terdapat dua jenis pengkajian yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam.
Pengkajian skrining adalah langkah awal pengumpulan data, dan mungkin yang
yang dihasilkan dari pengkajian skrining untuk menentukan normal atau abnormal
atau jika itu merupakan risiko (kerentanan) maka perlu pertimbangan dalam
dilakukan untuk menentukan apabila keadaan tersebut normal atau abnormal, jika
Terdapat lima kategori data yang harus dikaji yaitu fisiologis, psikologis,
perilaku, relasional, dan lingkungan, di mana setiap kategori terdiri dari beberapa
16
aktivitas dan istirahat. Pengkajian keperawatan intoleransi aktivitas pada pasien
Diabetes Melitus + Diabetic Foot adalah pasien mengeluh lelah, merasa lemah, dan
merasa tidak nyaman setelah beraktivitas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
2. Diagnosa keperawatan
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
yang ebrkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan dibagi menjadi dua jenis
bahwa klien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakan
Atual dan Diagnosa Risiko. Sedangkan diagnose positif menunjukkan bahwa klien
dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal (Tim
respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya dan indikator
diagnostik yang terdiri atas penyebab (etiology), tanda (sign)/gejala (symptom) dan
proses yang sistematis yang terdiri atas tiga tahap yaitu analisa data, identifikasi
17
ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam hal ini
(Sign) dan gejala (Symptom) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
3. Perencanaan keperawatan
keperawatan klien. Dalam tahap perencanaan keperawatan terdiri dari dua rumusan
intervensi keperawatan yang terdiri atas indicator – indicator atau kriteria- kriteria
18
Luaran keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu Luaran Negatif dan Luaran
Positif. Luaran negative menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang tidak
positif menunjukkan kondisi perilaku atau persepsi yang sehat sehingga penetapan
tiga komponen utama yaitu Label, Ekspetasi,dan Kriteria Hasil. Label luaran
keperawatan merupakan kondisi, perilaku, atau persepsi pasien yang dapat diubah
terhadap hasil yang diharapkan tercapai (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
label, definisi dan tindakan. Label merupakan kata kunci untuk memperoleh
informasi mengenai intervensi keperawatan. Label terdiri atas satu atau beberapa
kata yang diawali dengan kata benda (nomina) yang berfungsi sebagai deskriptor
19
keperawatan terdiri dari empat komponen meliputi tindakan observasi, tindakan
terapeutik, tindakan edukasi dan tindakan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
kategori fisiologi. Dan termasuk ke dalam subkategori aktivitas dan istirahat yang
menetapkan luaran (outcome). Adapun luaran yang digunakan pada klien dengan
tekanan darah membaik, sianosis menurun, (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
intervensi utama. Intervensi utama terdiri dari label manajemen energy dan terapi
aktivitas
20
Tabel 1
Perencanaan Keperawatan Intoleransi Aktivitas
Diagnosa Luaran Intervensi
SDKI SLKI SIKI
1 2 3
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi
ketidakseimbangan selama 3x24 jam, maka
a. Identifikasi gangguan fungsi
antara suplai dan toleransi aktivitas
tubuh yang mengakibatkan
kebutuhan oksigen meningkat dengan
kelelahan
ditandai dengan kriteria hasil
mengeluh lelah, b. Monitor kelelahan fisik dan
a. Tingkat keletihan
frekuensi jantung emosional
menurun
meningkat>20% dari Terapeutik
b. Kelemahan yang
kondisi istirahat, a. Sediakan lingkungan yang
berkurang
dyspnea saat/setelah nyaman
aktivitas, merasa tidak c. Mempertahankan
kemampuan aktivitas b. Lakukan latihan rentang gerak
nyaman setelah
beraktivitas, merasa seoptimal mungkin aktif dan pasif
21
1 2 3
Terapi Aktivitas
Observasi
a. Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
b. Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
Terapeutik
a. Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan deficit yang
dialami
b. Fasilitasi aktivitas fisik rutin
c. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
a. Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
b. Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, social, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
Kolaborasi
a. Kolaborasikan dengan terapis
okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas jika
sesuai
Sumber : Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018
Sumber : Tim Pokja SLKI DPP PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,2018
22
4. Implementasi keperawatan
dari hari ke hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat.
atau hasil yang diharapkan. Pada tahap ini, perawat harus melaksanakan tindakan
c. Menjadi bahan bukti yang benar dari tujuan langsung dengan maksud mengenal
merevisi perencanaan
5. Evaluasi keperawatan
2015). Evaluasi dapat berupa evaluai struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari
23