Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

“Mutu Pelayanan Keperawatan”

Dosen Pengampu:
Mursidah Dewi, SKM., M.Kep

Disusun Oleh:
Nama : Venika Marsela Barus
NIM : PO71200190003
Tingkat : 2A

PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
KEMENTRIAN KESEHATAN 2020/2021
Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh
profesi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien dalam mempertahankan keadaan
dari segi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pasien (Suarli dan Bahtiar, 2012). Mutu
pelayanan keperawatan adalah asuhan keperawatan professional yang mengacu pada 5
dimensi kualitas pelayanan yaitu, (reability, tangibles, assurance, responsiveness,
danempathy) (Bauk et al, 2013). Mutu pelayanan keperawatan merupakan suatu pelayanan
yang menggambarkan produk dari pelayanan keperawatan itu sendiri yang meliputi secara
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pada individu sakit maupun yang sehat dan
dilakukan sesuai standar keperawatan (Asmuji, 2012).
Berdasarkan pernyataan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
keperawatan merupakan kegiatan atau upaya pelayanan yang dapat dilakukan secara mandiri
atau bersama-sama dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara holistik.

Setelah mahasiswa membaca materi yang telah diberikan, bentuk penugasan yang diberikan
terkait topik ini adalah mahasiswa diharapkan dapat mengumpulkan berbagai artikel dalam
bentuk klipping, berita maupun tulisan yang berhubungan dengan isu isu terkini tentang mutu
pelayanan keperawatan yang terjadi dimasyarakat secara umum dan pelayanan kesehatan
secara khusus,

Artikel terkait isu yang telah didapatkan bisa di screenshoot atau dicopy dalam bentuk  word,
dan setiap artikel/isu teersebut dianalisa berdasarkan konsep mutu pelayanan keperawatan
yang diberikan.

Setiap mahasiswa mengumpulkan lima artikel/berita/tulisan tentang isu isu terkini terkait
mutu pelayanan keperawatan, dicantukan alamat website atau pustakanya.
1. Mutu Pelayanan untuk setiap sumber Rumah Sakit Sumber Kasih
(Berita)

Rumah Sakit berperan sebagai penyedia jasa layanan kesehatan bagi masyarakat luas, maka
rumah sakit dituntut untuk senantiasa memberikan pelayanan prima dan sesuai standar yang
telah ditetapkan. Pelayanan Rumah Sakit yang bermutu dapat meningkatkan kepuasan pasien
dan kepercayan untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan Rumah Sakit.

Rumah Sakit Sumber Kasih senantiasa menjaga kualitas layanan demi kepuasan pasien,
karena kepuasan pasien adalah harapan kami, pelayanan dengan sentuhan kasih adalah
standar kami. Oleh karena itu, kami selalu mengapresiasi atas masukan dan saran dari para
pasien atas pelayanan yang telah kami berikan.

Semua kami lakukan demi meningkatkan mutu pelayanan dalam mencapai standar prima.
Tanpa masukan dan saran dari para pasien, kami bukanlah apa-apa. Kami selalu berusaha
memahami kebutuhan dan keinginan pasien, karena bagi kami kepuasan pasien merupakan
kebahagian bagi kami.

Pada layanan rawat inap barometer kepuasan pasien dapat dilihat dari kepuasan layanan
terhadap dokter, perawat, staf administrasi, staf pendaftaran, security, penyedia makanan
pasien dan fasilitas yang tersedia. Rumah Sakit Sumber Kasih menetapkan standar kepuasan
pasien adalah ?90%.

Tingkat kepuasan pasien Rumah Sakit Sumber Kasih telah melebihi nilai standar. Triwulan
1 didapatkan angka 99.3 %, triwulan II 99,0 % dan triwulan III 98,9%. Walaupun angka
presentasi menunjukan nilai berbeda disetiap triwulannya, namun  kepuasan pasien selalu
diatas nilai standar yang ditetapkan, dengan kata lain pasien merasa puas dengan pelayanan
Rumah Sakit Sumber Kasih.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa hasil yang baik ini tidak berhenti, kami harus jadikan
sebagai bahan evaluasi dan acuan untuk mengoptimalkan pelayanan yang baik lagi di Rumah
Sakit Sumber Kasih.

Pemberian pelayanan terbaik dan memuaskan merupakan satu upaya untuk membantu proses
penyembuhan pasien yang mempercayakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Sumber
Kasih

Link:
https://www.kasih-group.com/id/berita/7032/mutu-pelayanan-rumah-sakit-sumber-kasih
Analisa :
Berdasarkan berita diatas bahwa selalu mengapresiasi atas masukan dan saran dari
para pasien atas pelayanan yang telah kami berikan. Dan memberikan pelayanan dengan
sentuhan kasih adalah standar dari rumah sakit. Berdasarkan unsur realibility bahwa rumah
sakit ini memiliki pelayanan baik.
Pada indikator penilaian mutu pelayanan pada berita ini mempunyai aspek penilaian
berupa jadikan sebagai bahan evaluasi dan acuan untuk mengoptimalkan pelayanan yang baik
lagi di Rumah Sakit Sumber Kasih.
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efesiensi rumah sakit adalah pada
tingkat kepuasan pasien Rumah Sakit Sumber Kasih telah melebihi nilai standar. Triwulan 1
didapatkan angka 99.3 %, triwulan II 99,0 % dan triwulan III 98,9%. Walaupun angka
presentasi menunjukan nilai berbeda disetiap triwulannya, namun  kepuasan pasien selalu
diatas nilai standar yang ditetapkan, dengan kata lain pasien merasa puas dengan pelayanan
2. Menghadapi normal baru, puskesmas sebenarnya bisa lebih perkasa
memberdayakan masyarakat

Setelah tiga bulan berupaya mengendalikan penularan wabah COVID-19 melalui karantina
wilayah, pemerintah Indonesia akhirnya memilih kembali menjalankan roda perekonomian
yang sempat lesu, termasuk membuka tempat ibadah dan mal.

Pemerintah mengkampanyekan normal baru. Istilah ini merujuk pada sebuah tatanan baru
yang menganjurkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan pelaksanaan protokol kesehatan
yang lebih ketat untuk masyarakat dan fasilitas umum guna mencegah penularan virus
corona.

Pemberlakuan normal baru di sini mengundang risiko lebih besar karena Organisasi
Kesehatan Dunia menganjurkan penerapan normal baru dilakukan di suatu negara jika sudah
tidak ditemukan kasus baru di negara tersebut.

Faktanya, kasus COVID-19 di Indonesia belum pernah melandai sejak ditemukannya kasus
pertama di awal Maret 2020. Dalam sebulan terakhir, setelah pertemuan massal orang dalam
kaitan perayaaan Hari Raya Idul Fitri, jumlah kasus baru harian COVID-19 di Indonesia
justru cenderung melebihi 1000 kasus.

Hal itu tampaknya dipicu oleh maraknya kerumunan masyarakat baik sengaja atau tidak
sengaja karena mereka mendatangi pasar untuk berbelanja baju atau perlengkapan sebelum
Lebaran, beribadah bersama dan silaturahmi dengan keluarga.

Masalah serius yang kurang disadari adalah sistem pelayanan kesehatan di Indonesia belum
didesain untuk siap menghadapi sebuah bencana kesehatan. Apalagi bencana penyakit yang
dahsyat, penularannya cepat dan belum ada vaksin dan obatnya seperti COVID-19.

Keadaan ini berbeda dengan negara lain seperti Korea Selatan, Jerman dan Inggris yang


sudah mematangkan sistem pelayanan kesehatannya sejak lama, sehingga mereka lebih
mampu menghadapi lonjakan pasien COVID-19 dalam waktu singkat.
Sebenarnya, Indonesia yang memiliki hampir 10.000 Puskesmas, namun sekitar 30% di
antaranya berada di Pulau Jawa, bisa memperkuat kapasitasnya untuk menghadapi pandemi
yang belum pasti kapan berakhirnya.

Masalah Puskesmas
Dalam sistem kesehatan di Indonesia, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan
institusi terdepan tingkat pertama pelayanan kesehatan di akar rumput. Mereka melayani
kebutuhan kesehatan masyarakat dan perorangan dengan lebih mengutamakan
aspek promotif dan preventif.

Petugas kesehatan di layanan kesehatan ini paling dekat dengan masyarakat, termasuk
memiliki program pengembangan yang melibatkan peran masyarakat melalui keberadaan
kader kesehatan. Bersama kader kesehatan, upaya edukasi dan sosialisasi terkait pencegahan
COVID-19 dapat menggunakan cara-cara yang lebih sesuai dengan budaya dan bahasa
masyarakat setempat, bukan dengan bahasa “langit” yang sering digunakan pemerintah.

Sayangnya, program sosialisasi dan kader kesehatan di Puskesmas sering tidak maksimal
pelaksanaannya karena hanya bertujuan untuk menyelesaikan program, bukan pada
perubahan perilaku masyarakat agar lebih sehat.

Selain itu, kondisi dan kemampuan Puskesmas di Indonesia berbeda-beda di setiap wilayah,
tergantung dari kapasitas dan manajemen masing-masing Puskesmas. Ketimpangan sumber
daya manusia, akses informasi serta infrastruktur memengaruhi kinerja Puskesmas dalam
melaksanakan upaya menyehatkan masyarakat.

Dalam suatu diskusi pada April 2020, yang diadakan oleh Pusat Penelitian Kependudukan
LIPI dalam rangka kegiatan riset yang sedang berlangsung, seorang tenaga kesehatan di
Wakatobi mengatakan pada masa-masa awal pandemi COVID-19 petugas Puskesmas di sana
belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk disebarkan ke masyarakat guna mencegah
COVID-19.

Selain karena banyaknya perubahan informasi pada awal pandemi COVID-19, menurut
keterangan dari tenaga kesehatan tersebut, paparan informasi terkait COVID-19 di daerah-
daerah luar Pulau Jawa, khususnya di Wakatobi, memang cenderung kurang masif.
Beralih dari sisi kuratif

Dalam pandemi COVID-19, Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting mulai dari


promotif, preventif, kuratif sampai rehabilitatif.
1. Promotif: melakukan berbagai pendekatan ke masyarakat agar masyarakat mengerti
tanda, gejala serta bahaya dari COVID-19.
2. Preventif: menskrining COVID-19 di wilayah kerjanya dengan bekerja sama dengan
dokter praktik/klinik/bidan praktik. Mereka juga perlu memantau orang-orang tanpa
gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP)
dengan gejala ringan.
3. Kuratif: mengobati pasien OTG, ODP dan PDP dengan gejala ringan sehingga mereka
dapat sembuh tanpa harus ke rumah sakit.
4. Rehabilitatif: memberikan konseling ke keluarga dan lingkungan di dekat penderita
COVID agar tidak mengucilkan pasien COVID 19, sebaliknya memberi dukungan
pada pasien COVID-19 dan keluarganya.

Selain Puskesmas, terdapat fasilitas kesehatan (faskes) swasta yang ‘lebih dipercaya’
masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yaitu klinik pratama dan bidan
praktik setempat. Meski faskes tersebut lebih fokus pada pengobatan, Puskesmas dapat
berkoordinasi dengan faskes swasta untuk memberikan edukasi pada masyarakat terkait
protokol kesehatan pada masa normal baru COVID-19 ini.

Jika sebuah Puskesmas menjalankan upaya promotif dan preventif dengan menyesuaikan
pada budaya yang dimiliki masyarakat setempat, Puskesmas akan memiliki ‘ikatan yang
kuat’ dengan masyarakat dan mampu memobilisasi masyarakat untuk menerapkan perilaku
sehat.

Bagaimana pun, protokol kesehatan seperti menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci
tangan dengan sabun serta makan makanan bergizi dan berolahraga teratur akan memiliki
manfaat besar jika dilaksanakan secara massal.
Peran masyarakat
Bukan hanya pada petugas kesehatan, sesungguhnya garda terdepan upaya meningkatkan
kesehatan secara umum, tidak hanya dalam konteks mengendalikan COVID-19, terletak di
pundak masyarakat.

Pendekatan yang tepat pada masyarakat sebagai garda terdepan pencegahan COVID-19
sangat penting mengingat sistem pelayanan kesehatan Indonesia masih belum mampu
menampung pasien yang terus meningkat baik karena COVID-19 maupun akibat penyakit
lainnya.

Karena itu, pencegahan penularan di tingkat masyarakat sangat penting untuk mengurangi
beban pengobatan di rumah sakit. Fasilitas kesehatan (rumah sakit) yang lengkap alat dan
tenaga kesehatannya masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Selain itu rasio dokter per penduduk
di Indonesia masih rendah, yakni empat dokter di bertanggung jawab menangani 10.000
penduduk (4: 10.000).

Rekomendasi
Meski mengubah perilaku masyarakat bukan perkara mudah, Puskesmas memiliki posisi
strategis di masyarakat dan otoritas kesehatan yang seharusnya mampu meyakinkan
masyarakat untuk berupaya mencegah COVID-19.

Kerja sama yang erat antara Puskesmas dan masyarakat akan meningkatkan kepatuhan pada
protokol kesehatan serta mengurangi hambatan dalam upaya penanggulangan COVID-19
yang berasal dari masyarakat. Salah satunya keengganan masyarakat untuk dites COVID-19
secara gratis, karena ketakutan tidak bisa beraktivitas seperti biasa dan stigma dari
masyarakat setempat jika hasilnya positif.

Pada masa pandemi ini dan ke depan, Puskesmas dapat bekerja sama dengan klinik pratama,
bidan dan dokter praktik di wilayah kerjanya untuk menghimpun kekuatan mewujudkan
perilaku kesehatan masyarakat.
Link : https://theconversation.com/menghadapi-normal-baru-puskesmas-sebenarnya-bisa-
lebih-perkasa-memberdayakan-masyarakat-140709

Analisa :
Berdasarakan berita diatas bahwa mutu pelayanan pada fasilitas kesehatan (faskes) swasta
yang ‘lebih dipercaya’ masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yaitu klinik
pratama dan bidan praktik setempat. Meski faskes tersebut lebih fokus pada pengobatan,
Puskesmas dapat berkoordinasi dengan faskes swasta untuk memberikan edukasi pada
masyarakat terkait protokol kesehatan pada masa normal baru COVID-19 ini.
Responsif yang terdapat dalam berita adalah program sosialisasi dan kader kesehatan di
Puskesmas sering tidak maksimal pelaksanaannya karena hanya bertujuan untuk
menyelesaikan program, bukan pada perubahan perilaku masyarakat agar lebih sehat.
Terkait dengan emphaty adalah jika sebuah Puskesmas menjalankan upaya promotif dan
preventif dengan menyesuaikan pada budaya yang dimiliki masyarakat setempat, Puskesmas
akan memiliki ‘ikatan yang kuat’ dengan masyarakat dan mampu memobilisasi masyarakat
untuk menerapkan perilaku sehat.
Pada reability didalam kualitasnya bahwa Pendekatan yang tepat pada masyarakat sebagai
garda terdepan pencegahan COVID-19 sangat penting mengingat sistem pelayanan kesehatan
Indonesia masih belum mampu menampung pasien yang terus meningkat baik karena
COVID-19 maupun akibat penyakit lainnya.
3. Mutasi Nakes di Sikka sebabkan Pelayanan Kesehatan Terganggu

Link : https://www.cendananews.com/2020/10/mutasi-nakes-di-sikka-sebabkan-
pelayanan-kesehatan-terganggu.html

Analisa :
4. Tugas Perawat itu Ujung Tombak Keselamatan Pasien, ini Kata
Ahli

TEMPO.CO, Jakarta - Konsultan Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Jusuf Kristianto


mengatakan profesi perawat sangat penting dalam menjaga keselamatan pasien.
"Keselamatan pasien itu tanggung jawab bersama, tapi ujung tombaknya ada di  perawat,"
kata Jusuf saat dihubungi Ahad 4 Februari 2018. Jusuf baru menjadi pembicara dalam
Seminar Nasional Keperawatan di Jambi pada 29 Januari 2018 dengan tema Keselamatan
Pasien.

Menurut Jusuf, ujung tombak keselamatan pasien terlihat dari tugas pokok dan fungsi
perawat. Sebagai perawat, tugas dia adalah memonitor kesehatan pasien secara berkala.
"Perawat yang memantau perkembangan kesehatan si pasien," katanya. Baca: Kylie Jenner
Lahiran, ini Gaya Pengumuman The Kardashians

Jusuf mencontohkan dalam hal makan misalnya, perawat pasti memastikan bagaimana
pasien sudah makan atau belum. "Sering pula perawat yang akhirnya memanaskan kembali
makanan agar pasien tetap mengkonsumsinya dalam keadaan hangat. Ketika kondisi
pasien menurun, perawat pula yang akhirnya menghubungi dokter-dokter yang
bersangkutan," katanya.

Tugas perawat, dinilai Jusuf, cukup berat. Tidak hanya karena memiliki waktu kerja yang
berbeda dengan karyawan biasa, namun juga ada berbagai tekanan. Belum lagi bila
perawat sedang bertugas di unit gawat darurat. Karena itu, Jusuf sangat menyarankan agar
penting adanya kuantitas perawat yang cukup di tempat seperti unit gawat darurat. "Jumlah
perawat yg sesuai dengan jumlah pasien yang harus dilayani, itu penting agar tidak terjadi
kesalahan ,sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah
Sakit" katanya. Baca: Bukan PNS, Hotman Paris: Pengacara Boleh Show Off dengan
Pacar

Selain itu, penting pula adanya standar mutu pelayan di rumah sakit demi keselamatan
pasien yang lebih aman. Sistem itu terdiri dari asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien.

Ilustrasi perawat. REUTERS


Perlu pula pelaporan dan analisis insiden, serta kemampuan belajar dari insiden. Sistem
keselamatan itu juga diperlukan untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. "Perawat itu melindungi pasien dengan menjaga keselamatannya,
itulah tugas utama dalam asuhan keperawatan di rumah sakit," kata Jusuf.  Baca: Game
Pukul Guru Anda, Psikolog : Waspadai Dampaknya

Peneliti kualitas keperawatan Solha Elfrida mengatakan hal yang sama. Menurut Solha,
dalam keterangan persnya, penting untuk membuat perencanaan keperawatan yang
disesuaikan. Perencanaan itu bisa membantu koordinasi antara keluarga, pasien dan rumah
sakit sebagai provider demi keselamatan pasien.

Solha menambahkan bahwa penting adanya etika keperawatan dalam pelayanannya. Hal
itu agar perawat terhindari dari kesalahan dalam menjaga keselamatan pasien.

Link :
https://gaya.tempo.co/read/1057946/tugas-perawat-itu-ujung-tombak-keselamatan-pasien-ini-
kata-ahli/full&view=ok
Analisa :
Dari berita diatas menceritakan tentang profesi perawat, dimana
5.
6. .

Anda mungkin juga menyukai