Anda di halaman 1dari 5

Pertanyaan :

Berikan analisa anda mengenai generasi perkembangan hak asasi manusia, apa yang
membedakan antara 3 generasi perkembangan HAM! Bagaimana karakteristiknya, apa
latar belakangnya dan apa contohnya!

Jawaban :

Karel Vasak, seorang ahli hukum dari Perancis, menggunakan istilah "generasi" untuk
menunjuk pada substansi dan ruang lingkup hak-hak yang diprioritaskan pada satu
kurun waktu tertentu. Ahli hukum dari Perancis itu men1buat kategori generasi
berdasarkan slogan Revolusi Perancis yang terkenal itu, yaitu: "kebebasan, persamaan,
dan persaudaraan" . Dalam perkembangannya, HAM dapat dibagi kedalam tiga
generasi:

1. Generasi Pertama

''Kebebasan", sering dirujuk mewakili Hak-hak di bidang Sipil dan Politik. Hak-hak ini
muncul dari tuntutan untuk melepaskan diri dari kungkungan kekuasaan absolutisme
negara dan kekuatan-kekuatan sosial lainnya sebagaimana yang muncul dalam
revolusi bak yang bergelora di Ame1ika Serikat dan Perancis pada abad ke-17 dan ke-
18. Karena itulab hak hak generasi pertama itu dikatakan sebagai hak-hak klasik. Hak-
hak tersebut pada hakikatnya hendak melindungi kehidupan pribadi manusia atau
menghormati otonomi setiap orang atas dirinya sendiri (kedaulatan individu).
pemenuhan hak-hak yang dikelompokkan dalam generasi pertama ini sangat
tergantung pada absen atau minusnya tindakan negara terhadap hak-hak tersebut. Jadi
negara tidak boleh berperan aktif (positif) terhadapnya, karena akan mengakibatkan
pelanggaran terhadap hak-hak dan kebebasan tersebut. Hak-hak di bidang Sipil dan
Politik tersebut diantaranya:

a. Rak hidup;
b. Keutuhan jasmani;
c. Hak suaka dari penindasan
d. Penyelenggaraan peradilan;
e. Privasi;
f. Perlindungan terhadap hak milik;
g. Ke bebasanberagama;
h. Berkumpul denga damai dan berserikat;
i. Partisipasi politik;
j. Persamaan di muka hukum; dan
k. Perlindungan yang efektif terhadap diskriminasi

2. Generasi Kedua

"Persamnaan", dirujuk untuk mewakili hak-hak di bidang sosial, budaya, dan ekonomi.
Hak-hak ini muncul dari tuntutan agar negara menyediakan pemenuban terhadap
kebutuban dasar setiap orang mulai dari makan sampai pada kesehatan. Negara
dengan demikian dituntut bertindak lebih aktif, agar hak-hak tersebut dapat terpenuhi
atau tersedia. Karena itu hak-hak generasi kedua ini dirumt1skan dalan1 bahasa yang
positif: "hak atas" (''right to"), bukan dalam babasa negatif: "bebas dari" ("freedom
from"). Keterlibatan negara di sini harus menunjukkan tanda plus (positif), tidak boleh
menunju.kkan tanda minus (negatif). Jadi untuk memenuhi hak-hak yang
dikelompokkan ke dalam generasi kedua ini, negara diwajibkan untuk Menyusun dan
menjalankan program-program bagi pemenuhan hak-hak tersebut.

a. Pekerjaan dan kondisi kerja yang memadai;


b. Membentuk serikat pekerja;
c. Jaminan sosial dan standar hidup yang memadai termasuk pangan, sandang,
dan papan;
d. Kesehatan;
e. Pendidikan; dan
f. Bagian dari kehidupan budaya;

3. Generasi Ketiga

"Persaudaraan", diwakili oleh tuntutan atas "hak solidaritas" atau "hak bersama'' . Hak-
hak ini muncul dari tuntutan gigih negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga atas
tatanan internasional yang adil. Melalui tuntutan atas hak solidaritas itu, negara-negara
berkembang menginginkan terciptanya suatu tatanan ekonomi dan hukum intemasional
yang kondusif bagi terjaminnya hak-hak berikut:

a. hak atas pembangunan;


b. hak atas perdamaian;
c. hak atas sumber daya alam sendiri;
d. hak atas lingkungan hidup yang baik; dan
e. hak atas warisan budaya sendiri. Inilah isi generasi ketiga hak asasi manusia itu.

Sumber Referensi :

Modul 3 BMP HKUM4208 Hukum dan HAM

Pertanyaan :

Hak untuk berkumpul dan menyatakan pendapat di muka umum termasuk


dalam derogable rights.

1. Uraikanlah apa yang dimaksud dengan non derogable rights dan non derogable
rights!
2. Berikan analisa anda mengenai pembatasan hak untuk berkumpul dan pembatasan
hak menyatakan pendapat di muka umum di Indonesia! Mengapa ada pembatasan
terhadap hak tersebut? Kaitkanlah dengan kondisi Covid 19 outbreak saat ini!

Jawaban :

Uraikanlah apa yang dimaksud dengan non derogable rights dan non derogable rights!

1. Hak yang tidak dapat dikurarrgi (nonderogable rights), terdiri dari:

a. Hak untuk tidak diperbudak atau diperhamba (Pasal 20);


b. Rak atas keutuhan pribadi (Pasal 21);
c. Rak untuk me meluk agama dan beribadat (Pasal 22);
d. Hak atas keyakinan politik (Pasal 23 ayat ( I) dan Pasal 24 ayat (1)).

2. Hak yang dalam dikesampingkan/tidak dari:

a. Keadaan atau situasi khusus dapat perlu dipenuhi (derograble rights), terdiri Hak
mempunyai, mengeluarkan, dan menyebarluaskan pendapat (Pasal 23 ayat (2));
b. Hak untuk mendirikan partai politik, lembaga swadaya masyarakat, atau organisasi
lainnya, hak 1nenyampaikan pendapat di muka umum termasuk hak mogok (Pasal
25);
c. Hak kewarganegaraan dan bak untuk berpindah keluar dan masuk Indonesia (Pasal
26 dan Pasal 27).

Kelompok hak yang pertama, yakni nonderagable rights, merupakan hak-hak yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Negara dilarang untuk
membuat ketentuan atau perbuatan yang dapat menyebabkan distorsi pemenuhan
hak- hak dimaksud. Karena itu hakhak ini biasa juga disebut negative rights (walaupun
penggunaan istilah ini tidak sepenuhnya benar). Alasan utama penyebutan istilah
tersebut adalah untuk menghormati hak-hak dimaksud, dalam hal ini negara
berkewajiban untuk berbuat sesuatu bagi pemenuhan atas hak-hak tersebut yang
dituangkan dalam berbagai kebijakan yang dibuat oleh lembaga- lembaga formal
negara.

Hak- hak yang masuk ke dalam kategori kedua tidak sepenuhnya non derogable karena
negara berwenang untuk menentukan batasan-batasan pemenuhan hak tersebut
melalui berbagai kebijakan yang tertuang dalam perundang-undangan. Contoh
pembatasan pemenuhan terhadap hak-hak kategori ini dapat dilihat dalam berbagai
perundang-undangan seperti.

undang-undang tentang kemerdekaan menyatakan pendapat di muka umum,undang -


undang tentang partai politik dan organisasi kemasyarakatan dan undang-undang lain
yang berhubungan dengan kewarganegaraan atau keimigrasian.

Sumber Referensi :

Modul 3 BMP HKUM4208 Hukum dan HAM

Berikan analisa anda mengenai pembatasan hak untuk berkumpul dan pembatasan hak
menyatakan pendapat di muka umum di Indonesia! Mengapa ada pembatasan
terhadap hak tersebut? Kaitkanlah dengan kondisi Covid 19 outbreak saat ini!

pemerintah pusat juga telah meningkatkan status keadaan tertentu darurat bencana
menjadi bencana nasional melalui Keppres No. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non-Alam Penyebaran Covid-19 sebagai Bencana Nasional pada Senin,
13 April 2020.

Kebijakan ini memberikan kepastian hukum dan memberi arahan bagi pemerintah
dalam pengerahan potensi negara guna pencegahan, penanganan dan pemulihan dari
bencana nasional akibat wabah Covid-19. Meski demikian, kunci sukses keberhasilan
penanganan bencana nasional nonalam tidak semata-mata pada peranan pemerintah,
namun juga sejauhmana dukungan rakyat dalam upaya pencegahan, penanganan dan
pemulihan bencana. Keputusan kebijakan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala
Besar telah men-delivery otoritas pada tiap individu untuk berpartisipasi dan mengambil
keputusan dalam perilaku sosial dimasa wabah dengan dukungan apparatus
pemerintah melalui fungsi sosialisasi maupun penegakan hukum guna memperkuat
kepatuhan sosial masyarakat.

Pembatasan Hak Asasi Manusi dalam keadaan darurat dapat diperbolehkan


secara hukum, namun hak asasi manusia yang dapat dilakukan pembatasan yakni hak
asasi manusia yang masuk dalam golongan derogable right (hak yang dapat dibatasi
pemenuhannya), tidak dibenarkan pembatasan terhadap hak asasi manusia yang
masuk dalam golongan non-derogable right (hak yang tidak dapat dibatasi
pemenuhannya dalam keadaan apapun), apabila Hak Asasi Manusia yang masuk
dalam golongan non-derogable right dibatasi pemenuhannya pasti akan terjadi
pelanggaran terhadap hak asasi manusia
Pemberlakuan keadaan darurat harus dinyatakan secara resmi oleh pemerintah bahwa
negara dalam keadaan darurat Di dalam pernyataan keadaan darurat ini terletak makna
esensial, yakni penduduk harus harus tahu materi, wilayah dan lingkup waktu
pelaksanaan tindakan darurat itu dan dampaknya terhadap pelaksanaan hak asasi
manusia, pengumuman keadaan darurat tersebut harus dituangkan dalam peraturan
pemerintah sehingga menjadi legalitas bagi TNI maupun Polri untuk melakukan
tindakan-tindakan yang dianggap perlu dilakukan termasuk melakukan pembatasan
terhadap hak asasi manusia.

Sumber Referensi :

Modul 3 BMP HKUM4208 Hukum dan HAM

https://media.neliti.com/media/publications/113633-ID-pembatasan-terhadap-hak-asasi-
manusia-da.pdf

Pertanyaan :

Berdasarkan data penelitian Pusat Kajian Gender dan Seksualitas


Universitas Indonesia tahun 2015, terungkap angka perkawinan dini di
Indonesia peringkat kedua teratas di kawasan Asia Tenggara. Sekitar 2 juta dari 7,3
perempuan Indonesia berusia di bawah 15 tahun sudah menikah dan putus sekolah.

1. Berikan analisa anda mengapa angka pernikahan dini di Indonesia masih cukup
tinggi!
2. Jika dikaitkan dengan kewajiban negara untuk memberikan hak atas pendidikan
dan hak atas kesejahteraan, apakah menurut anda angka pernikahan dini bisa
berkurang jika pemerintah memberikan jaminan dan perlindungan terhadap
pemenuhan hak atas pendidikan dan hak atas kesejahteraan?

Jawaban :

Berikan analisa anda mengapa angka pernikahan dini di Indonesia masih cukup tinggi!

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan angka pernikahan dini di Indonesia


masih terbilang tinggi. Salah satu faktor tersebut adalah

1. rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia. Anak yang tidak


melanjutkan pendidikan hingga ke tingkat sekolah menengah atas memiliki
kemungkinan besar untuk melakukan pernikahan dini. Kesulitan mengenyam dunia
pendidikan pada tingkat sekolah menengah atas membuat mereka cenderung
menikah diusia dini.

2. rendahnya kemampuan ekonomi sebagian besar masyarakat, yang


mengakibatkan orangtua cenderung mengizinkan anaknya melakukan pernikahan
diusia dini agar kebutuhan hidup anaknya segera ditanggung oleh suaminya. Selain
itu, terdapat pula faktor lain yang sangat memberi sumbangsih terhadap tingginya
angka pernikahan dini di Indonesia, yakni faktor sosial budaya. Terdapat beberapa
kelompok masyarakat di Indonesia yang memiliki budaya menikahkan anaknya di
usia muda.

Sumber Referensi :

Modul 3 BMP HKUM4208 Hukum dan HAM


https://www.kompasiana.com/jaffraydiaztri/59ad2670c744dd06cd320502/pernikahan-
dini-apakah-masalah-di-negeri-kita?page=all

Jika dikaitkan dengan kewajiban negara untuk memberikan hak atas pendidikan dan
hak atas kesejahteraan, apakah menurut anda angka pernikahan dini bisa berkurang
jika pemerintah memberikan jaminan dan perlindungan terhadap pemenuhan hak atas
pendidikan dan hak atas kesejahteraan?

beberapa solusi yang diusulkan agar perkawinan usia dini di Indonesia pun
menurun.

1. dengan memberikan pendidikan yang merata kepada seluruh anak Indonesia,


agar semua anak dapat mencicipi pendidikan hingga lulus dari sekolah menengah
atas. Solusi ini terbentuk karena sebagian besar anak perempuan yang menikah
diusia muda memiliki tingkat pendidikan terkahir sekolah dasar ataupun sekolah
menengah pertama. Alasan ekonomi menjadi alasan utama mengapa anak enggan
melanjutkan pendidikan hingga ke tingkat menengah atas. Sebaiknya disediakan
fasilitas yang terjangkau bagi setiap masyarakat untuk mencicipi pendidikan minimal
hingga lulus sekolah menengah atas.

Selain menghambat anak menikah di usia muda, usaha ini juga mampu
meningkatkan kualitas generasi bangsa demi terwujudnya sumber daya manusia
Indonesia yang lebih baik. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan tertinggi sangat
diharapkan untuk mampu menyediakan fasilitas pendidikan yang layak, terjangkau
dari segi ekonomi maupun wilayah, agar setiap anak mendapatkan pendidikan layak
hingga lulus dari sekolah menengah atas.

2. dengan memberikan pelatihan kewirausahaan bagi anak Indonesia, agar


paradigma masyarakat untuk lebih mandiri secara ekonomi dapat terbentuk. Adanya
paradigma mandiri dalam segi ekonomi akan membuat anak Indonesia tumbuh
menjadi pribadi yang tidak mudah menggantungkan diri kepada orang lain dan
berusaha mampu menghidupi dirinya sendiri. Hal ini diharapkan dapat menurunkan
pemikiran masyarakat untuk segera menikah di usia muda dengan alasan kesulitan
dari segi ekonomi.

Kedua solusi tersebut tidak dapat terlaksana apabila tidak terdapat kerjasama yang
selaras antara masyarakat dan pemerintah. Pemerintah sangat diharapkan untuk
lebih memperhatikan apa yang menjadi sumber masalah dalam masyarakat dan
menyediakan fasilitas untuk mengatasi masalah tersebut, sementara masyarakat
juga diharapkan melaksanakan dengan benar apa yang telah diarahkan oleh
pemerintah demi tercapinya visi bangsa untuk menyejahterakan seluruh masyarakat
Indonesia. Akhir kata, semoga permasalahan pernikahan usia dini di bangsa
Indonesia dapat segera teratasi, agar generasi penerus bangsa dapat menjadi
orang-orang yang berkualitas untuk membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang lebih baik kedepannya.

Sumber Referensi :

Modul 3 BMP HKUM4208 Hukum dan HAM

https://www.kompasiana.com/jaffraydiaztri/59ad2670c744dd06cd320502/pernikahan-
dini-apakah-masalah-di-negeri-kita?page=all

Anda mungkin juga menyukai