Anda di halaman 1dari 6

Inisiasi 3

ANALISIS DAN DEFINISI

Sebagai lanjutan dari pembahasan dasar-dasar penalaran logis, di dalam Inisiasi


3 ini, materi yang dibahas adalah Analisis dan Definisi. Materi ini mengaji
tentang:
1. Analisis atau Pembagian
2. Klasifikasi atau Penggolongan
3. Definisi atau Penjelasan

ANALISIS ATAU PEMBAGIAN


Tentunya, Anda semua mengingat apa itu Konsep yang bersifat universal.
Dengan keuniversalan sebuah konsep, seseorang membutuhkan Analisis.
Analisis merupakan "penguraian secara jelas dan berbeda (clearly and distinctly)
dari keseluruhan ke bagian-bagian" (Bakry, 2012: 3.3). Dalam praktiknya, ada 2
Analisis: "Analisis logis" dan "Analisis realis".

Analisis logis didasarkan pada prinsip tertentu, yang terbagi menjadi 2: Analisis
universal dan Analisis dikotomi. Analisis universal dilakukan atas dasar prinsip
pembagian dari genus ke spesies atau prinsip deduktif (dari umum ke khusus)
untuk konsep yang sederhana. Analisis dikotomi dilakukan atas dasar prinsip
eksklusi tertii (hanya ada term positif dan term negatif) pada konsep yang
sederhana atau kompleks. Analisis dikotomi yang dilakukan pada prinsip
pembagian genus ke spesies menghasilkan analisis yang sederhana, lengkap,
tegas dan pasti, yang disebut "sistem Analisis".
Contoh
Analisis universal : Indonesia terdiri dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali,
Nusa Tenggara, dan Papua.
Analisis dikotomi : Perilaku manusia terdiri dari baik dan buruk.

Analisis realis didasarkan pada sifat perwujudannya, yang terbagi menjadi 2:


Analisis esensial dan Analisis aksidental. Analisis esensial dilakukan dengan
bagian dasar yang mewujudkannya. Analisis aksidental dilakukan atas dasar
sifat-sifat yang menyertai wujudnya.
Contoh:
Analisis esensial : Air terdiri dari unsur hydrogen dan oksigen
Analisis aksidental : Mobil dibagi berdasakan merk, yaitu Toyota, Honda, dan
Audi.

Dari praksis Analisis, tampak bahwa Analisis dilakukan atas aturan-aturan


tertentu yang disebut "hukum Analisis", yaitu:
1. Analisis harus dilakukan menurut asas tunggal atau prinsip yang sama.
2. Analisis harus lengkap dan tuntas.
3. Analisis harus jelas terpisah antar-bagiannya.
Analisis bersifat rasional dan deduktif.

KLASIFIKASI ATAU PENGGOLONGAN


Ketika seseorang berlogika, Analisis merupakan penguraian, sedangkan
Klasifikasi merupakan "pengelompokan sistematis bagian-bagian yang terpisah
atas dasar sifat, hubungan dan peranannya ke dalam keseluruhan" (Bakry, 2012:
3.16). Klasifikasi bersifat empiris dan induktif, yang tampak pada macam-
macamnya, yaitu:
1. Klasifikasi kodrati, ditentukan oleh susunan kodrati.
2. Klasifikasi buatan, ditentukan oleh sesuatu maksud yang praktis.
3. Klasifikasi diagnostik, ditentukan oleh gabungan yang tidak sepenuhnya
kodrati dan tidak sepenuhnya buatan.

Klasifikasi dilakukan harus atas dasar hukum-hukum Analisis, seperti di atas.


Selain itu, "Sistem Klasifikasi" dilakukan atas dasar Term predikabel, yaitu:
genus (jenis), spesies (golongan), diferensia (sifat pembeda), proprium (sifat
khusus) dan aksiden (sifat kebetulan).
Sistem klasifikasi ditemukan oleh Porphyrios, yang dikenal "Pohon Porphyrios".
Di dalam genus, ada 3 tingkatan: summa genus (genus tertinggi), subaltern
genera (genus perantara), dan proximum genus (genus terbawah).
Pohon Porphyrios
Substansi : Ada yang fana
............................................................................
Tubuh : Berwujud dan tidak berwujud
Organisme : Bernyawa dan tidak bernyawa
…………………………………………………
Hewan : Berindra dan tidak berindra
Manusia : Berakal dan tidak berakal

Di dalam spesies, ada 3 tingkatan: spesies tertinggi, spesies perantara dan


spesies terbawah.
(1) Diferensia dibagi 2: diferensia generik dan diferensia spesifik.
Contoh
Diferensia generik : Substansi material, tubuh berjiwa, organisme berperasa.
Diferensia spesifik : Hewan berakal budai dan hewan menyalak.
(2) Proprium dibagi 2: proprium generik dan proprium spesifik.
Contoh
Proprium generik : Sifat dapat mati pada organisme (benda hidup)
Proprium spesifik : Sifat berpolitik pada manusia karena berakal budi.
(3) Aksiden dibagi 2 macam: aksiden predikamental dan aksiden predikabel.
Contoh
Aksiden prekamental: Sifat (cara berada) terpelajar pada manusia.
Aksiden predikabel : Sifat (tidak mutlak) berambut pirang pada manusia.
 
Dengan bahasan Analisis dan Klasifikasi tersebut, jelas bahwa keduanya
merupakan pembagian atau penggolongan logis, bukan fisik, karena apabila
keseluruhan dibagi-bagi maka bagian-bagiannya tetap mempunyai hubungan
dengan keseluruhan.
Misalnya, jika komputer dilepas-lepas ke bagian-bagiannya: hard disk, DVD
room, motherboard, monitor, mouse, dan keyboard, maka tidak bisa dikatakan
bahwa hard disk adalah komputer atau keyboard adalah komputer.

DEFINISI ATAU PENJELASAN


Setelah bisa mengungkapkan Konsep dengan Analisis dan Klasifikasi, seseorang
harus mampu mendefinisikannya. Definisi merupakan "penentuan batas Konsep
atau Pengertian secara singkat, tepat, jelas, padat dan lengkap, sehingga
diperoleh rumusan Term yang jelas dan berbeda (clear and distinct)" atau
"pernyataan yang berisi penjelasan tentang pengertian suatu term" (Bakry, 2012:
3.34). Sebab itu, Definisi terdiri dari 2 bagian: "definiendum" (term yang
dijelaskan) dan "definiens" (pernyataan yang menjelaskannya).

Ada 3 macam Definisi: Definisi nominal, Definisi realis, dan Definisi praktis.
"Definisi nominal" dirumuskan atas dasar kata-kata, yang terbagi 6 macam:
Definisi sinonim (persamaan kata), Definisi simbolik (persamaan kata berbentuk
simbol), Definisi etimologi (asal usul kata), Definisi semantik (arti yang terkenal),
Definisi stipulatif (kesepakatan bersama), dan Definisi denotatif (menunjukkan).
Definisi denotatif dibagi 2 lagi: Definisi denotatif ostensif (menunjuk langsung)
dan Definisi denotatif enumeratif (menunjuk secara terperinci dan lengkap).
Contoh
Definisi sinonim : Pohon adalah batang hidup.
Definisi simbolik : Jika p maka q, didefinisikan non (p dan non q)
Etimologis : Logika, berasal dari logos, berarti ilmu tentang uraian
pikiran.
Semantik : (=) adalah sama dengan
Stipulatif : Nama bunga, kamboja, melati dan mawar.
Denotatif ostensif : Mengambil batu kerikil, lalu mendefiniskan “inilah batu
kerikil”.
Denotatif enumeratif : Propinsi di Indonesia adalah Jawa Tengah, Yogyakarta,
dan seterusnya sampai Papua.

"Definisi realis" dirumuskan atas dasar realitas (sesungguhnya), yang terbagi 2


macam: Definisi esensial (hakikat atau esensi dari realitas), yang dibedakan
menjadi 2: Definisi analitik (esensial fisik) dan Definisi konotatif (esensial
metafisik);
dan Definisi deskriptif (sifat yang melekat pada realitas), yang dibedakan menjadi
2: Definisi aksidental (sifat khusus dari realitas) dan Definisi kausal (sebab
realitas terjadi) atau Definisi genetik.
Contoh
Definisi esensial analitik : Manusia adalah jiwa dan raga.
Definisi esensial konotatif : Manusia adalah orang yang memiliki bahasa dan
berpikir.
Definisi deskriptif aksidental: Manusia adalah hewan berakal
Definisi deskriptif kausal : Manusia adalah orang yang dilahirkan dari rahim
perempuan.

"Definisi Praktis" dirumuskan atas dasar kegunaan atau tujuan, yang terbagi 3:
Definisi operasional (menegaskan langkah-langkah tujuan dicapai), yang
dibedakan menjadi 2: operasional kualitatif (isi dan kekuatan), dan operasional
kuantitatif (banyak atau jumlah);
Definisi fungsional (menunjukkan kegunaan atau tujuannya);
dan Definisi persuasif (untuk memengaruhi orang lain).
Contoh
Definisi operasional kualitatif : Magnet adalah logam yang dapat menarik gugusan
besi.
Definisi operasional kuantitatif: Panjang adalah jumlah x ukuran standar
menenuhi jarak.
Definisi fungsional : Logika adalah teori tentang penyimpulan yang sah.
Definisi persuasif : Sosialisme adalah demokrasi sosial ekonomi.

Definisi yang dilakukan harus didasarkan pada syarat-syarat atau hukum Definisi,
yaitu:
1. Definisi harus menyatakan ciri-ciri hakikat.
2. Definisi harus setara antara definiendum dan definiens.
3. Definis harus menghindari definiendum masuk ke dalam definiens.
4. Definisi harus dirumuskan secara afirmatif (positif), tidak boleh negatif.
5. Definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas, bukan rumusan kabur.

Dengan demikian, definisi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang ilmiah.
Definisi harus mampu memerlihatkan perbedaan antara konsep yang dijelaskan
dengan konsep yang lainnya, sehingga jelas batas ilmu yang satu dengan ilmu
yang lain. Inilah penjelasan dari Analisis, Klasifikasi dan Definisi untuk
mengungkapkan Konsep secara logis.
Sumber bacaan:
Noor Muhsin Bakri dan Sonjoruri Budiani Trisakti. Logika. Ed. II. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2012, hal. 3.1-3.47.

Selamat membaca, berdiskusi dan mengerjakan tugas!

Salam Semangat

Tutor

Anda mungkin juga menyukai