Anda di halaman 1dari 23

Penugasan Portofolio (Laporan Pendahuluan); tentang :

perawatan luka basah


Perawatan luka kering,
Angkat jahitan
Ganti balutan/perban.

Membuat video demonstrasi tentang perawatan luka :


perawatan luka basah
Perawatan luka kering
Angkat jahitan
Ganti balutan/perban

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan
kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu
terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka
dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan
optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang
ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang
harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen
perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan
semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai
dalam merawat luka         

1.2.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari luka?
2.      Bagaimana mekanisme terjadinya luka?
3.      Bagaimana proses penyembuhan luka?
4.      Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka?
5.      Bagaimana perawatan luka basah?
6.      Bagaimana mengenai menjahit luka?

1.3.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui  pengertian luka
2.      Untuk mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka
3.      Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
4.      Untuk mengetahui cara merawat luka basah
5.      Untuk mengetahui bagaimana mengenai menjahit luka
                                                                                             

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya
cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen
jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika
luka timbul, beberapa efek akan muncul :    
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ                                    
2. Respon stres simpatis                                                     
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang
melibatkan lapisan epidermis, partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan
dermis; dan full thicknessyang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan
bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu:
a.    Healing by primary intention                                                       
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak
ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
b.    Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya. 
c.   Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3
minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk
sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika
proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga
dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau
jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Mekanisme terjadinya luka
1.      Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal
yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah
seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2.      Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3.      Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4.      Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5.      Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
6.      Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya
akan melebar.
7.      Luka Bakar (Combustio)
Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :
1)      Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan
urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka
sekitar 1% - 5%.
2)      Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan
dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
2.2. Proses Penyembuhan Luka
1.   Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang
tindih (overlap)
2.   Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka
tersebut
3.   Fase penyembuhan luka :
            a.   Fase inflamasi :
§  Hari ke 0-5
§  Respon segera setelah terjadi injuri
§  Pembekuan darah
§  Untuk mencegah kehilangan darah
§  Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
§  Fase awal terjadi haemostasis
§  Fase akhir terjadi fagositosis
§  Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
            b.   Fase proliferasi or epitelisasi
·         Hari 3 – 14
·         Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka
·         Luka nampak merah segar, mengkilat
·         Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah
yang baru, fibronectin and hyularonic acid
·         Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis
pada tepian luka
·         Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

c.       Fase maturasi atau remodelling


ü  Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
ü  Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength)
ü  Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
ü  50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
ü  Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan
yang mengalami perbaikan
2.3. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
1.       Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan
jaringan
2.       Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari
luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3.       Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4.       Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang
besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat
proses penyembuhan luka.
5.       Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum,
fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang
kental yang disebut dengan nanah
6.       Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi
pada pembuluh darah itu sendiri.
7.       Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan
protein-kalori tubuh.
8.       Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera, Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera
sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan
setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

Pemilihan Balutan Luka


Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan
adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang
dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk
penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan
suasana lembab ini antara lain:
1.      Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel
endotel dalam suasana lembab.
2.      Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan
pembuluh darah dengan lebih cepat.     
3.      Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4.      Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum
dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam
lingkungan yang lembab.
5.      Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke
daerah luka berfungsi lebih dini.
2.4. Perawatan Luka Bersih
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga untuk
mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit biasanya
luka yang bersih tanpa kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya.
Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya
mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka. 
A.  PERSIAPAN            
1.         Mencuci tangan
2.         Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley

Alat Steril dalam bak instrumen ukuran sedang tertutup:


ü  Pinset anatomis (2 buah)
ü  Pinset chirurgis (2 buah)
ü  Handscoon steril
ü  Kom steril (2 buah)
ü  Kassa dan kapas steril secukupnya
ü  Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)

Alat Lain:
ü  Gunting Verband/plester
ü  Plester
ü  Nierbekken (Bengkok)
ü  Lidi kapas
ü  Was bensin
ü  Alas / Perlak
ü  Selimut Mandi
ü  Kapas Alkohol dalam tempatnya
ü  Betadine dalam tempatnya
ü  Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
ü  Lembar catatan klien
3.         Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien

B. MELAKUKAN PERAWATAN LUKA


1.      Mencuci tangan
2.      Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk tidak
menyentuh area luka atau peralatan steril.
3.      Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien
4.      Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka dengan
selimut mandi.
5.      Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)
6.      Pasang alas/perlak
7.      Dekatkan nierbekken
8.      Paket steril dibuka dengan benar
9.      Kenakan sarung tangan sekali pakai
10.     Membuka balutan lama   :
o   Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas.
o   Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan ujungnya dan
menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan.
o   Kemudian buang balutan ke nierbekken.
o   Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%
11.  Kaji Luka:
Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka, fase proses
penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila
perlu palpasi luka denga tangan non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss.
12.  Membersihkan luka:
ü  Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1
ü  Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri memegang pinset
anatomis ke-2
ü  Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan cara memasukkan
kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset)
ü  Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke pinset chirurgis
ü  Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali usapan.
Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.
13.  Menutup Luka
§  Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang diambil dengan pinset
anatomis kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan kanan.
§  Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi
§  Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup dengan kassa
kering (kurang lebih 2 lapis)
§  Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal
§  Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan balutan yang tidak
terlalu ketat.
14.  Alat-alat dibereskan
15.  Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
16.  Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman
17.  Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan
C.  DOKUMENTASI
1.      Hasil observasi luka
2.      Balutan dan atau drainase
3.      Waktu melakukan penggantian balutan
4.      Respon klien

2.5. Perawatan Luka Basah


Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen
(pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma
atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat)
Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan debridement
Tujuan :
1.      Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
2.      Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
3.      Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan

Persiapan alat :
1.      Bak balutan steril :
·      Kapas balut atau kasa persegi panjang
·      Kom kecil 2 buah
·      2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis)
·      Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan
·      Sarung tangan steril jika perlu
2.      Perlak dan pengalas
3.      Bengkok 2 buah                                         
·         Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas
·         Bengkok 2 untuk sampah
4.      larutan Nacl 0,9 %
5.      Gunting plester dan sarung tangan bersih
6.      Kayu putih dan 2 buah kapas lidi

Prosedur :
1.    Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan
2.    Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat
3.    Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran
4.    Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan instruksikan
pada klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan
5.    Cuci tangan
6.    Pasang perlak pengalas di bawah area luka
7.    Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi kapas,
ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit
bersihkan dengan kayu putih
8.    Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung tangan,
pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan
lapis demi lapis
9.    Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 %
)
10.     Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
11.     Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung,
lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan
12.     Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril  ke dalam mangkok kecil.
Tambahkan kassa ke dalam normal salin
13.     Kenakan sarung tangan steril
14.     Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau
penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang
nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril )
15.     Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin.
Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas
terpisah untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi
ke area terkontaminasi
16.     Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam
maka dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara
perlahan masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa
lembab
17.     Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka.
Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga
18.     Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
19.     Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan pisnet
yang telah digunakan pada bengkok perendam
20.     Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali posisi
yang nyaman
21.     Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
22.     Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien
Perhatian :
-          Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan  basah kering dapat
menimbulkan rasa nyeri pada klien
-          Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan
puncak efek obat
-          Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular
seperti percikan dari luka

2.6. Menjahit Luka


Penutupan luka atau penjahitan luka mengacu kepada pendekatan jaringan untuk memulihkan
anatomi normal setelah pembedahan atau trauma. Tujuan penutupan luka adalah
mempercepat penyembuhan dan memulihkan fungsi sementara memperkecil risiko infeksi
dan pembentukan jaringan parut.
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang sampai
sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.Jahitan digunakan untuk hemostasis atau
untuk menghubungkan struktur anatomi yang terpotong (Sabiston,1995).
       Persiapan Alat dan Bahan
1.         Pisau bedah
2.         Dissecting scissors (gunting bedah)
3.         Suture scissors (gunting benang)
4.         Needle holders, Fungsi untuk memegang jarum penjahit
5.         Suture needles ( jarum )
6.         Towel clamps, fungsi untuk menjepit dan menahan jaringan
7.         Benang
8.         Cairan desifektan : povidon-iodidine 10 % (bethadine )
9.         Cairan NaCl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
10.     Anestesi lokal lidocain 2%.
11.     Sarung tangan steril
12.     Kasa steril
Pelaksanaan
1.      Rambut sekitar tepi luka dicukur sampai bersih.
2.      Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan bethadine 10%, dimulai dari bagian tengah
kemudian menjauh dengan gerakan melingkar.
3.      Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka hanya
bagian kulit dan luka yang akan dijahit.
4.      Dilakukan anestesi local dengan injeksi infiltrasi kulit sekitar luka.
5.      Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
6.      Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan pisau dan
gunting.
7.      Luka dicuci ulang dengan perhydrol dan dibilas dengan NaCl.
8.      Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain catgut secara
simple interupted suture. Kulit dijahit benang yang tak dapat diserap yaitu silk.

Simple interupted suture/Jahitan Simpul Tunggal


Indikasi: pada semua luka
Dilakukan sebagai berikut:
·         Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90 derajat, masuk
subcutan terus kekulit sisi lainnya.
·         Perlu diingat lebar dan kedalam jaringan kulit dan subcutan diusahakan agar tepi luka
yang dijahit dapat mendekat dengan posisi membuka kearah luar (everted)
·         Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan benang diikat.
·         Penjahitan dilakukan dari ujung luka keujung luka yang lain.
2.7. Mengangkat Jahitan
Suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, mengangkat jahitan, menutup
dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. Membuka jahitan
adalah tindakan untuk mengangkat atau membuka jahitan pada luka yang dijahit. Guna dari
mengangkat jahitan adalah untuk mencegah timbulnya infeksi silang dan mempercepat proses
penyembuhan.
Tujuan :
1.        Mencegah terjadinya infeksi
2.        Mempercepat proses penyembuhan luka
3.        Meningkatkan kenyaman fisik dan psikologis
Persiapan :
a.         Alat
1.         Set perawatan luka dan angkat jahitan dalam bak instrument steril:
-            Sarung tangan steril
-            Pinset 4 (2 anatomis, 2 sirurgis)
-            Gunting hatting up
-            Lidi waten
-            Kom 2 buah
-            Kasa steril
2.         Plester
3.         Gunting perban
4.         Bengkok 2 buah
5.         Larutan Nacl
6.         Perlak alas
7.         Betadin
8.         Korentang
9.         Alkohol 70%
10.     Kapas bulat dan sarung tangan bersih
b.        Lingkungan
-       Menutup tirai/jendela
-       Merapikan tempat tidur
c.         Pelaksanaan
-       Mengatur posisi sesuai dengan kenyamanan pasien
-       Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
-       Inform consent
Prosedur pelaksanaan
1.        Jelaskan prosedur pada pasien dengan menggambarkan langkah-langkah perawatan
luka
2.        Dekatkan semua peralatan yang diperlukan
3.        Dekatkan bengkok didekat pasien
4.        Tutup ruangan dengan tirai disekitar tempat tidur
5.        Bantu klien pada posisi nyaman
6.        Cuci tangan secara menyeluruh
7.        Pasang perlak dan alas
8.        Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, angkat balutan
dengan pinset
9.        Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar
dengan kulit yang mengarah pada balutan
10.    Dengan sarung tangan/pinset, angkat balutan
11.    Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan menggunakan NaCl
12.    Observasi karakter dan jumlah drainase
13.    Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dan buang pada bengkok
yang berisi clorin 5%
14.    Buka bak instrument, siapkan betadin dan larutan NaCl pada kom, siapkan plester,
15.    Kenakan sarung tangan steril
16.    Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan karakter
drainase serta palpasi luka (kalau perlu)
17.    Bersihkan luka dengan NaCl dan betadin dengan memggunakan pinset. Gunakan satu
kasa untuk sekali usapan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi. Gunakan dalam
tekanan progresif menjauh dari insisi/ tepi luka
18.    Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka, usap dengan cara seperti pada langkah 17
19.    Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara: menjepit simpul jahitan
dengan pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat
dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit/ pada sisi lain yang tidak ada simpulnya.
20.    Olesi luka dengan betadin
21.    Menutup luka dengan kasa steril dan di plester
22.    Merapikan pasien
23.    Membersihkan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya
24.    Melepaskan sarung tangan
25.    Perawat cuci tangan
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.        Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan dapat menyebabkan pasien
terasa nyeri
2.        Cermat dalam menjaga kesterilan
3.        Mengangkat jahitan sampai bersih tidak ada yang ketinggalan
4.        Teknik pengangkatan jahitan disesuaikan dengan tipe jahitan
5.    Peka terhadap privasi pasien
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
       Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
       Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka merupakan rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ada faktor tertentu yang mempengaruhi
proses penyembuhan luka. Dan dibutuhkan keahlian khusus dalam melakukan perawatan
luka, agar luka dapat segera disembuhkan.

Saran
                   Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai
dengan prosedur. Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Agar luka tidak bertambah parah dan cepat disembuhkan. Untuk pemerintah daerah
sebaiknya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat awam tentang pentingnya merawat
luka agar meminimalisasi terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh luka yang
tidak dirawat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta: Salemba Medika
Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan
Bedah. Jakarta: EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta: Sahabat Setia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan.Untuk mencapai
kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini sarana
pelayanan kesehatan harus pula memperhatikanketerkaitan tersebut. Sarana pelayanan
kesehatan merupakan tempat bertemunyakelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok
masyarakat pemberi pelayanan, kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan sekitar.
Adanyainteraksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya penyakit bila tidak didukung
dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter (Nadia Paramita,2007:51)
Dalam hubungan interaksi, dimungkinkan terjadi kontak antar pasiendengan tenaga kesehatan
dalam lingkungan puskesmas melalui alat-alat medisyang dipergunakan dalam proses
perawatan, penyembuhan dan pemulihan penderita. Dalam keadaan intensitas kontak tinggi
dari penderita dengan tenagakesehatan maupun pengunjung, tidak mustahil kuman penyakit
dapat berpindahkepada orang yang sehat, yang akhirnya terjadi proses penularan penyakit
yanglebih meluas.
Mengganti balutan / perban adalah suatu tindakan keperawatan untuk mengganti balutan
dalam perawatan luka untuk mencegah infeksi silang dengan cara menjaga agar luka tetap
dalam keadaan bersih.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang disebut luka?
2.      Bagaimana mengganti balutan (perban) dengan baik dan benar ?

C.     TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengganti balutan (perban) dengan
baik dan benar. Sehingga tidak menimbulkan infeksi yang akan membahayakan pasien
BAB II
PEMBAHASAN
A.     LUKA
      PENGERTIAN LUKA
Luka adalah terganggunya suatu kontinuitas dari suatu bagian tubuh yang bisa diakibatkan
oleh berbagai trauma, baik secara mekanik., panas, kimia, radiasi atau invasi dari
mikroorganisme pathogen.
      KLASIFIKASI LUKA
1.      Luka bersih
Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada
infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital. Kondisi luka tertutup dan tidak ada
drainase.
2.      Luka bersih terkontaminasi
Luka operasi dimana berhubungan dengan saluran pernafasan, pencernaan, genital atau
bagian yang mengenai saluran kemih
3.      Luka terkontaminasi
Dalam luka pembedahan ditemukan peradangan non purulen
4.      Luka kotor atau terinfeksi
Luka yang terdapat pus, pervorasi visera, luka yang mengalami traumatic dan sudah lama
atau terinfeksi dari sumber lain
      MEMBERSIHKAN LUKA
Proses pembersihan luka terdiri dari memilih cairan yang epat untuk membersihkan luka dan
menggunakan cara-cara mekanik yang tepat untuk memasukkan cairan tersebut tanpa
menimbulkan cedera pada jaringan luka.
Membersihkan luka dengan lembut tetapi mantap akan membuang kontaminan yang mungkin
menjadi sumber infeksi. Namun, jika dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang
berlebihan, dapat menimbulkan perdarahan atau cedera yang lebih lanjut.
Tujuan pembersihan luka adalah untuk mengeluarkan debris organic maupun anorganik
sebelum menggunakan balutan untuk mempertahankan lingkungan yang optimum pada
tempat luka untuk proses penyembuhan
Pendekatan yang berbeda diperlukan saat membersihkan luka bedah tertutup, yang pada
mulanya masih dalam keadaan “bersih”. Dalam hal ini, tindakan asepsis yang ketat
diperlukan sejak awal untuk mencegah infeksi luka secara endogenus maupun eksogenus.
Meskipun demikian, kalau ada infeksi luka, maka penyebabnya hamper selalu dapat
ditelusuri kembali pada sat pembedahan dilakukan.
Perawat membersihkan luka operasi atau traumatic dengan menggunakan cairan sitotoksik
yang diberikan melaului kassa steril atau melalui irigasi.
Prinsip penting yang harus diperhatikan perawat saat membersihkan luka insisi atau area
disekitar drain :
Ø  Bersihkan dari  arah area yang sedikit terkontaminasi, seperti dari luka atau insisi ke kulit
disekitarnya atau dari tempat drain ke kulit di sekitarnya
Ø  Gunakan friksi lembut saat menuangkan larutan ke kulit
Ø  Saat melakukan irigasi, biarkan larutan mengalir dari area yang kurang terkontaminasi ke
area yang paling terkontaminasi
Ø  Perawat tidak boleh menggunakan kassa yang sama, saat membersihkan insisi atau luka
untuk yang kedua kalinya
Ø  Untuk membersihkan area drain, perawat mengusap sekeliling drain dengan gerakan
memutar dari tempat yang terdekat dengan drain kearah luar
      FAKTOR YANG MEMPEGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
Factor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka dibagi menjadi dua factor, yaitu
sistemik dan factor local :
a.       Faktor sistemik : usia, nutrisi, insufisiensi vascular, obat-obatan
b.      Factor local : suplai darah, infeksi, nekrosis, adanya benda asing pada luka
      PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Proses dasar biokimia dan selular yang sama terjadi dalam penyembuhan semua cedera
jaringan lunak, baik luka ulseratif kronik, luka taumatis atau luka akibat tindakan bedah.
Proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi dalam 4 fase :
1.      Inflamasi
2.     Fase distruktif
3.      Fase fase proliferasi
4.      Fase maturasi
      PERAWATAN LUKA
Merupakan penanganan luka yang terdiri atas membersihkan luka, menutup, dan membalut
luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka.
Ø  Perawatan luka terdiri atas :
1.      Mengganti balutan kering
2.      Mengganti balutan basah dengan balutan kering
3.      Irigasi luka
4.      Perawatan dekubitus
Ø  Tujuan perawatan luka :
1.      Menjaga luka dari trauma
2.      Imobilisasi luka
3.      Mencegah perdarahan
4.      Mencegah kontaminasi oleh kuman
5.      Mengabsorbsi drainase
6.      Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologi
B.     MENGGANTI BALUTAN
      PNGERTIAN BALUTAN
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan penggatian
balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi
      TUJUAN
a.       Mencegah terjadinya infeksi atau infeksi silang
b.      Rasa aman dan nyaman bagi klien dan orang lain di sekitarnya
c.       Membantu proses penyembuhan luka
      BALUTAN LUKA
Menggunakan balutan yang tepat perlu disertai pemahaman tentang penyembuhan luka.
Apabila balutan tidak sesuai dengan karakteristik luka, maka balutan tersebut dapat
mengganggu penyembuhan luka. Pilihan jenis balutan dan metode pembalutan luka akan
mempengaruhi kemajuan penyembuhan luka.
Karakteristik balutan luka yang ideal :
      Dapat menyerap drainase untuk mencegah terkumpulnya eksudat
      Tidak melekat
      Impermeable terhadap bakteri
      Mampu mempertahankan kelembaban yang tinggi pada luka
      Penyekat suhu
      Non toksik dan non alergenik
      Nyaman dan mudah disesuaikan
      Mampu melindungi luka dari trauma lebih lanjut
      Biaya ringan
      Awet
Pada luka operasi dengan penyembuhan primer, umumnya balutan dibuka segera setelah
drainase berhenti. Sebaliknya pada penyembuhan skunder, balutan dapat menjadi sarana
untuk memindahkan eksudat dan jaringan nekrotik secara mekanik.
      MEMFIKSASI BALUTAN
Perawat dapat menggunakan plester, tali atau perban, atau balutan skunder dan pengikat kain
untuk memfiksasi balutan pada luka. Pilihannya tergantung dari ukuran luka,  lokasi, ada
tidaknya drainase, frekuensi penggantian balutan, dan tingkat aktifitas pasien.
Perawat paling sering menggunakan plester untukmemfiksasi balutan jika klien tidak alergi
terhadap plester.
Kulit yang sensitive terhadapplester perekat dapat mengalami inflamasi dan ekskoriasi yang
sangat berat dan bahkan dapat terlepas dari kulit ketika plester diangkat.
      ALAT DAN BAHAN
-     peralatam steril, dalam tempatnya: pinset anatomis, chirugis, gunting, kapas lidi, kassa
steril, deppers, kom, handscun, steril
-     perlalatan non steril : gunting verband, plester, wash bensin, dalam tempatnya, bengkok,
savlon obat-obat desinfektan dalamtempatnuya, masker, barak (gawn), tempat sampah medis.
      PERSIAPAN PASIEN
-     beri tahu informasi tentang rencana tindakan dengan komunoikasi teurapetik
-     atur posisi pasien sesuai kebutuhan dengan memperhatikan kenyamanan dan privacy
klien.
      PROSEDUR KERJA
1.      Jelaskan prosedur pada klien
2.      Cuci tangan
3.      Gunakan sarung tangan steril
4.      Plester dan balutan di buka dengan menggunakan pinset apabila luka tertutup oleh
balutan
5.      Lakukan pembersiahn luka di mulai dengan kaji status luka , apabila luka kotor atau
bersih serta jenisnya :
-          Perawatan luka kotor
Gunakan kasa steril yang di pegang dengan pinset , di celupkan atau di berikan larutan savlon
dan lakukan pembersih pada luka . bila perlu bersihkan H2O2(bila ada jaringan mati dan sulit
di angkat) . lanjutkan pembersihan dengan boorwater (BWC) hingga bersih.
-          Perawatan luka bersih
Gunakan kasa steril yang di pegang dengan pinset , celupkan/di beri larutan NaCl o,9% atau
BWC , kemudian bersihkan sampai bersih dan lanjutkan dengan pengobatan luka
menggunakan betadine atau sejenisnya
6.      Cuci tangan setelah prosedur di lakukan
7.      Catat tindakan , respon pasien dan kondisi luka
      EVALUASI
1.      Mengevaluasi adanya tanda-tanda infeksi dan adanya cairan luka
2.      Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama dan sesudah prosedur
3.      Mengevaluasi adanya tanda-tanda alergi
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Luka adalah terganggunya suatu kontinuitas dari suatu bagian tubuh yang bisa
diakibatkan oleh berbagai trauma, baik secara mekanik., panas, kimia, radiasi atau invasi dari
mikroorganisme pathogen.
2.      Mengganti balutan adalah menukar balutan/penutup luka yang kotor atau yang lama
dengan penutup/pembalut luka yang baru. Atau balutan merupakan perawatan pada luka
dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan penggatian balutan (ganti verban) dan
mencegah terjadinya infeksi.
3.      Pembalutan bertujuan untuk :
a.       Mencegah terjadinya infeksi atau infeksi silang
b.      Rasa aman dan nyaman bagi klien dan orang lain di sekitarnya
c.       Membantu proses penyembuhan luka
B.     SARAN
Agar mahasiswa (i) dapat mengetahui dan memahami cara-cara proses mengganti balutan .
jika terdapan kekeliruan atau kesalahan dalam makalah ini mohon di kritik atau berikan saran
demi kesempurnaan penulisan makalh ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kusyati , Eni dkk ; 2006


Keterampilan dan Prosedur Laboratorium
Jakarta ; EGCHidayat , A . Aziz , Alimul . 2006
Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Jakarta ; Salemba MedikaA . Potter Patricia , Griffin Ferry Anne 2005
Buku Ajar Fundamental  Keperawatan
: EGC

Anda mungkin juga menyukai