Anda di halaman 1dari 10

e-J.

Agrotekbis 5 (2) : 173 - 182, April 2017 ISSN : 2338 -3011

RESPON PERTUMBUHAN PADI GOGO (Oryza sativa) KULTIVAR


LOKAL PADA BERBAGAI TINGKAT KELENGASAN TANAH
Growth Response Upland Rice (Oryza sativa) Cultivars Local
On Various Levels moisture Land

Ferdian Suete1), Sakka Samudin 2), Uswah Hasanah2)

1)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
2)
Staf Dosen Program studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
E-mail : ferdiansuete1@gmail.com. E-mail : sakka01@yahoo.com. E-mail : uswahmughni@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to evaluate the response of the growth of the rice plant (Oryza sativa)
local cultivars at different levels of soil moisture. This study uses a randomized complete block
design consisting of (1) Cultivars Rice locally as the first factor consisting of (K1) = rice cultivars
Ranta, (K2) = rice cultivars njengi and (K3) = rice cultivars Sampara, (2) the level of moisture soil
as a second factor consisting of (T1) = The level of moisture the ground 100% (field capacity),
(T2) = level of moisture the soil 75%, (T3) = Level moisture soil 50% and (T4) = rate of moisture
land 25% , The results showed that the cultivars njengi generating plant height and stem diameter is
greater than the other cultivars. Ranta cultivars showed the number of leaves, number of tillers and
leaf area were higher than the other cultivars. Soil moisture level of 100% (field capacity) also
results in plant height, number of leaves, number of tillers, leaf greenness (chlorophyll) and a trunk
diameter greater than with other soil moisture levels.

Key Words : local cultivars, rice, soil moisture.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman padi
(Oryza sativa) kultivar lokal pada berbagai tingkat kelengasan tanah. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak kelompok yang terdiri dari (1) Kultivar Padi lokal sebagai faktor pertama yang
terdiri atas (K1) = Padi Kultivar Ranta, (K2) = Padi Kultivar Njengi dan (K3) = Padi Kultivar
Sampara, (2) tingkat kelengasan tanah sebagai faktor kedua yang terdiri dari (T1) = Tingkat
Kelengasan Tanah 100% (Kapasitas Lapang), (T2) = Tingkat Kelengasan Tanah 75%, (T3) =
Tingkat Kelengasan Tanah 50% dan (T4) = Tingkat Kelengasan Tanah 25%. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kultivar njengi menghasilkan tinggi tanaman dan diameter batang lebih besar
dibanding dengan kultivar lain. Kultivar ranta menunjukan jumlah daun, jumlah anakan dan luas
daun yang lebih tinggi dibanding dengan kultivar lain. Tingkat kelengasan tanah 100% (Kapasitas
Lapang) juga menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, kehijauan daun (Klorofil)
dan diameter batang lebih besar dibanding dengan tingkat kelengasan tanah lainnya.

Kata Kunci : Kelengasan tanah, kultivar lokal, padi.

PENDAHULUAN bahan pangan stabil yang paling penting


di dunia dan ditanam pada daerah yang
Padi (Oryza sativa) termasuk bahan beriklim sedang dan tropis. Tanaman padi
pangan yang dibutuhkan lebih dari separuh mempunyai adaptasi lingkungan yang
penduduk dunia. Padi merupakan salah satu luas, dapat tumbuh baik antara 530 LU dan
173
350 LS, meliputi daerah kering sampai morfologis dan fisiologis sebagai cara
genangan serta daerah dari dataran rendah adaptasi pada kondisi kekeringan, sehingga
sampai dengan ketinggian sampai 2000 suatu genotipe padi tersebut dapat dikatakan
mdpl (Yoshida, 1981). tahan. Sifat-sifat tanaman baik morfologis
Pertambahan penduduk Indonesia maupun fisiologis dapat digunakan sebagai
yang sulit dikendalikan dan pola dasar penilaian sifat ketahanan terhadap
konsumsi pangan yang masih sangat kekeringan (Sammons dkk, 1980).
tergantung pada beras akan membawa Untuk memperkenalkan dan
konsekuensi pada permintaan pangan yang mengembangkan varietas unggul baru
berlanjut dalam jumlah besar. Untuk maka cara yang paling efektif adalah
memenuhi kebutuhan tersebut maka menguji adaptasikan varietas-varietas
perlu dikembangkan keanekaragaman unggul baru dan ditanam di lahan petani
budidaya padi yang disesuaikan dengan untuk mengetahui pertumbuhan dan
kondisi lahan yang tersedia. produksi varietas unggul baru. Kemampuan
Kendala non-teknis swasembada beradaptasi suatu varietas padi terhadap
beras berkaitan dengan pengalih fungsian lingkungan berbeda satu sama lain. Daya
lahan sawah menjadi tempat-tempat adaptasi berpengaruh pada produksi
pemukiman atau tanaman perkebunan serta tanaman. Uji adaptasi adalah kegiatan uji
pengembangan varietas padi yang lebih lapangan terhadap tanaman pada beberapa
berorientasi pada padi sawah dilain pihak faktor bagi tanaman semusim, untuk
lahan kering masih memberi peluang mengetahui keunggulan dan interakasi
untuk mengembangkan padi ladang (Saleh varietas terhadap lingkungan (Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, 2007).
dkk, 2009).
Berdasarkan hal tersebut maka
Salah satu upaya untuk mengatasi
diperlukan penelitian tentang respon
masalah tersebut adalah dengan memperluas
pertumbuhan tanaman padi gogo (Oryza
areal pertanaman padi ke lahan kering di sativa) kultivar lokal pada berbagai tingkat
luar pulau Jawa dengan memanfaatkan padi kelengasan tanah.
jenis gogo. Empat pulau (Kalimantan,
Sumatera, Sulawesi dan Papua) mempunyai METODE PENELITIAN
lahan kering mencapai 86,56 juta ha.
Permasalahan utama pada lahan kering Penelitian ini dilaksanakan di Green
adalah ketersediaan air yang sangat sedikit House Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
serta fluktuasi kadar air tanah yang besar. Universitas Tadulako Palu. Dimulai pada
Hal ini menyebabkan seluruh proses bulan Maret sampai Mei 2015.
metabolisme tanaman akan terhambat. Alat yang digunakan dalam penelitian
Upaya pengembangan padi gogo akan ini yaitu ember, timbangan, oven, ayakan
dihadapkan pada ketersediaan air yang ukuran 2 mm, penggaris, sekop/pacul, terpal,
rendah (Noor, 1996). klorofil meter (SPAD), portable area meter,
Upaya peningkatan produksi padi timbangan analitik serta alat tulis. Sedangkan
salah satunya adalah melalui inovasi teknologi bahan yang digunakan adalah benih padi
varietas unggul baru. Varietas unggul baru kultivar Ranta, Njengi dan Sampara, pupuk
selain untuk meningkatkan potensi hasil kandang, serta media tanam (tanah) yang
tinggi juga perlu memperhatikan mutu berasal dari daerah Biromaru, Kabupaten
produksi yang dihasilkan maupun terhadap Sigi, Sulawesi Tengah.
faktor-faktor pengganggu lain. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Sifat tahan kekeringan yang Acak Kelompok yang terdiri dari :
dimiliki oleh suatu genotipe padi selalu 1. Kultivar padi lokal (K) sebagai faktor
berkaitan dengan perubahan-perubahan pertama yang terdiri atas:
174
K1 = Padi Kultivar Ranta mungkin tujuannya adalah mencegah
K2 = Padi Kultivar Njengi persaingan dalam penyerapan air dan unsur
K3 = Padi Kultivar Sampara hara antara tanaman padi dengan gulma.
2. Tingkat kelengasan tanah (T) sebagai Kegiatan pengendalian hama dan
faktor kedua yang terdiri dari atas: penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi
T1 = Tingkat kelengasan tanah 100% tanaman dan rekomendasi yang dianjurkan.
(kapasitas lapang) Pengamatan. Peubah pengamatan yang
T2 = Tingkat kelengasan tanah 75% dilakukan adalah sebagai berikut :
T3 = Tingkat kelengasan tanah 50% 1. Tinggi tanaman (cm)
T4 = Tingkat kelengasan tanah 25% Tinggi tanaman dilakukan dengan
Dari perlakuan tersebut maka menggunakan penggaris dengan cara
diperoleh 3 x 4 = 12 kombinasi, dengan mengukur dari pangkal batang sampai
menggunakan 3 ulangan sehingga terdapat ujung daun terpanjang. Pengukuran
3 x 12 = 36 unit percobaan. dilakukan pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST.
2. Jumlah daun
Pelaksanaan Penelitian
Jumlah daun dihitung dari satu rumpun
Sumber Benih. Benih yang digunakan adalah
tanaman per ember. Penghitungan jumlah
benih kultivar lokal Sulawesi Tengah yang
daun dilakukan pada umur 2, 4, 6 dan
diperoleh dari petani daerah Luwuk Timur,
8 MST.
Kabupaten Luwuk Banggai.
3. Jumlah anakan
Persiapan. Langkah awal sebelum penelitian Jumlah anakan dihitung dengan
adalah menentukan kondisi kapasitas lapang menghitung seluruh batang pertanaman
dengan menggunakan metode gravimetri. kemudian dikurangi 1 batang sebagai
Metode ini dilakukan di Laboratorium Tanah, batang utama. Penghitungan dilakukan
Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. pada umur 4, 6 dan 8 MST.
Media tanam (tanah) yang dipergunakan 4. Kehijauan daun/klorofil (mg/l)
terlebih dahulu diayak menggunakan ayakan Kehijauan daun dihitung pada daun
berukuran 2 mm selanjutnya dikeringanginkan. ketiga dengan mengunakan alat klorofil
Setelah kering, tanah ditimbang sebanyak meter (SPAD) dan dilakukan pada umur
10 kg dan dicampur dengan pupuk kandang 8 MST.
kambing sebanyak 400 g. 5. Luas daun (cm2)
Penanaman. Penanaman dilakukan dengan Luas daun dihitung pada daun ketiga
sistem tanam langsung. Setiap lubang terdiri dengan menggunakan alat portable leaf
atas 3 buah benih. Penjarangan dilakukan area meter dan dilakukan pada umur
setelah tanaman berumur 14 hari, dan 8 MST.
dipertahankan 1 tanaman per ember. 6. Diameter batang (cm)
Diameter batang/anakan dihitung
Penyiraman. Untuk mempertahankan
dengan menggunakan jangka sorong.
jumlah air tanah sesuai dengan perlakuan,
Pengukuran diameter batang dilakukan
masing-masing perlakuan dilakukan dengan
pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST.
menimbang satu per satu ember pada pukul
Data hasil pengamatan dianalisis
15.00 WITA. Perlakuan pemberian air
dengan statistika. Untuk mengetahui perbedaan
dimulai pada saat tanaman berumur 2 MST
pengaruh dari masing-masing perlakuan
sampai akhir pengamatan.
terhadap variabel yang diamati maka
Pemeliharaan. Penyiangan atau pengendalian dilakukan analisis varian dengan uji F
gulma dilakukan secara manual dengan (fisher test) pada tingkat ketelitian 95%.
mencabut rumput yang tumbuh di dalam Apabila dari uji F masing-masing perlakuan
ember. Penyiangan dilakukan seintensif dan interaksinya menunjukkan beda nyata,
175
maka analisis ini dilanjutkan dengan uji berbeda dengan kultivar ranta. Pada umur 6
BNJ pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, dan 8 MST menunjukkan bahwa kultivar
1995). njengi memperlihatkan tinggi tanaman
yang lebih besar dan berbeda dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN kultivar lainnya. Tabel 1 juga menunjukkan
bahwa tingkat kelengasan tanah 100%
Tinggi Tanaman. Hasil uji BNJ (Tabel 1) menghasilkan tanaman lebih tinggi dan
menunjukkan bahwa kultivar njengi pada berbeda dengan tingkat kelengasan tanah
umur 2 dan 4 MST memperlihatkan tinggi lainnya pada umur 4, 6 dan 8 MST.
tanaman yang lebih besar dan berbeda
dengan kultivar sampara tetapi tidak

Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa) Kultivar Lokal pada Berbagai Tingkat
Kelengasan Tanah (cm)
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
ab b b
Ranta 23,99 43,19 60,84 80,43a
Njengi 27,15b 44,73b 64,73c 88,78b
Sampara 21,11a 36,99a 56,19a 76,11a
BNJ 5% 3,84 2,82 3,59 4,34
c d
100% 23,53 47,51 74,79 99,27d
75% 22,57 42,80b 64,93c 90,79c
50% 23,91 40,11b 58,05b 82,53b
25% 26,33 36,12a 44,58a 54,51a
BNJ 5% 4,90 3,59 4,58 5,53
Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang Sama pada Kolom yang Sama Tidak Berbeda Nyata pada
Taraf Uji %1- . .

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa) Kultivar Lokal pada Berbagai
Tingkat Kelengasan Tanah
Rata-rata Jumlah Daun
Perlakuan
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
Ranta 2,85ab 6,17 b
11,35 19,54b
Njengi 3,11b 6,74 b
12,37 17,43b
Sampara 2,67a 5,32 a
9,97 13,49a
BNJ 5% 0,26 0,66 2,57 3,70
c
100% 2,85 7,85 16,74c 27,70d
75% 2,89 6,39b 12,67b 20,22c
50% 2,82 5,33a 9,63b 12,63b
25% 2,94 4,72a 5,89a 6,72a
BNJ 5% 0,33 0,84 3,27 4,72
Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang Sama pada Kolom yang Sama Tidak Berbeda Nyata pada
Taraf Uji %1- . .
176
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa) Kultivar Lokal pada
Berbagai Tingkat Kelengasan Tanah Hasil Transformasi
Rata-rata Jumlah Anakan
Perlakuan
4 MST 6 MST 8 MST
Ranta 1,13 1,65 1,98b
Njengi 1,16 1,53 1,69a
Sampara 1,08 1,43 1,60a
BNJ 5% 0,14 0,21 0,27
c
100% 1,30 2,04c 2,48c
75% 1,19bc 1,62b 1,84b
ab
50% 1,04 1,38ab 1,57b
25% 0,96a 1,11a 1,14a
BNJ 5% 0,18 0,27 0,34
Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang Sama pada Kolom yang Sama Tidak Berbeda Nyata pada
Taraf Uji %1- . .

Jumlah Daun. Hasil uji BNJ (Tabel 2) berbeda dengan tingkat kelengasan tanah
menunjukkan bahwa kultivar njengi 75% dan 25% tetapi tidak berbeda dengan
pada umur 2 dan 4 MST memperlihatkan tingkat kelengasan tanah 50%.
jumlah daun lebih banyak dan berbeda
Luas Daun. Hasil uji BNJ (Tabel 5)
dengan kultivar lainnya. Pada umur 8
menunjukkan bahwa kultivar ranta
MST menunjukkan bahwa kultivar ranta
menghasilkan luas daun yang lebih tinggi
menghasilkan jumlah daun lebih banyak
dan berbeda dengan kultivar sampara
tetapi tidak berbeda dengan kultivar njengi.
tetapi tidak berbeda dengan kultivar njengi.
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa tingkat
Tabel 5 juga menunjukkan bahwa tingkat
kelengasan tanah 100% menghasilkan
kelengasan tanah 50% menghasilkan luas
jumlah daun lebih banyak dan berbeda
daun yang lebih tinggi tetapi tidak berbeda
dengan tingkat kelengasan tanah lainnya
dengan tingkat kelengasan tanah 100%.
pada umur 4, 6 dan 8 MST.
Diameter Batang. Hasil uji BNJ (Tabel 6)
Jumlah Anakan. Hasil uji BNJ (Tabel 3)
menunjukkan bahwa kultivar njengi pada
menunjukkan bahwa pada umur 8 MST
umur 2 MST memiliki diameter batang
kultivar ranta menghasilkan jumlah anakan
lebih besar dan berbeda dengan kultivar
lebih banyak dan berbeda dengan kultivar
sampara tetapi tidak berbeda dengan kultivar
lainnya. Tabel 3 juga menunjukan bahwa
ranta. Pada umur 4 MST menunjukkan
pada umur 4 MST tingkat kelengasan tanah
bahwa kultivar njengi memiliki diameter
100% menghasilkan jumlah anakan lebih
batang lebih besar dan berbeda dengan
banyak tetapi tidak berbeda dengan tingkat
kultivar lainnya. Pada umur 6 dan 8 MST
kelengasan tanah 75%. Pada umur 6 dan 8
menunjukan bahwa kultivar njengi memiliki
MST tingkat kelengasan tanah 100%
diameter batang lebih besar dan berbeda
menghasilkan jumlah anakan lebih banyak
dengan kultivar sampara tetapi tidak
dan berbeda dengan tingkat kelengasan
berbeda dengan kultivar Ranta. Tabel 6 juga
tanah lainnya.
menunjukkan bahwa tingkat kelengasan
Kehijauan Daun/Klorofil. Hasil uji BNJ tanah 100% menghasilkan diameter batang
(Tabel 4) menunjukkan bahwa tingkat lebih besar dan berbeda dengan tingkat
kelengasan tanah 100% menghasilkan kelengasan tanah lainnya pada umur 4, 6
kehijauan daun/klorofil lebih tinggi dan dan 8 MST.
177
Pembahasan. Guritno (1995) bahwa program genetik
Hasil sidik ragam menunjukkan yang akan diekspresikan pada berbagai sifat
bahwa perlakuan tingkat kelengasan tanah tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi
berpengaruh nyata pada semua parameter tanaman yang menghasilkan keragaman
pengamatan. Perlakuan kultivar lokal juga pertumbuhan tanaman.
Peningkatan tingkat kelengasan
berpengaruh nyata hampir pada semua
tanah juga berpengaruh terhadap tinggi
parameter pengamatan kecuali paramater
tanaman. Penurunan tinggi tanaman secara
pengamatan untuk kehijauan daun/klorofil.
nyata mulai terjadi pada tingkat kelengasan
Interaksi antara perlakuan tingkat
tanah 75%, hal ini disebabkan karena
kelengasan tanah dan perlakuan macam
kebutuhan tanaman akan air semakin besar
kultivar lokal tidak berpengaruh nyata. tetapi pemberian air yang makin sedikit
Pada pengamatan tinggi tanaman sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
8 MST diketahui bahwa yang Menurut Santoso (2010), ada beberapa
menunjukkan tinggi tanaman tertinggi parameter yang dapat dilihat apabila
adalah kultivar njengi dan terendah pada tanaman membutuhkan air antara lain
kultivar sampara. Hal ini disebabkan tinggi tanaman. Tanaman yang mengalami
karena pertumbuhan antara satu kultivar kekurangan kebutuhan air pertumbuhan
dengan kultivar lainnya tidak seragam tingginya terhambat sehingga tanaman
yang dipengaruhi oleh perbedaan genetik menjadi kerdil. Namun tanaman yang
yang mengakibatkan setiap kultivar mengalami kebutuhan air yang tercukupi
memiliki ciri dan sifat khusus. Hal tersebut maka pertumbuhan tinggi akan meningkat.
juga dikemukakan oleh Sitompul dan

Tabel 4. Rata-rata Kehijauan Daun Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa) Kultivar Lokal pada
Berbagai Tingkat Kelengasan Tanah

Perlakuan Rata-rata BNJ 5%


100% 75% 50% 25%
Ranta 37,06 31,38 30,58 21,14 30,04
Njengi 38,57 33,81 33,81 28,17 33,59
Sampara 38,78 29,35 35,08 30,10 33,33
c ab bc a
Rata-rata 38,14 31,51 33,16 26,47 6,22
Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang Sama pada Kolom yang Sama Tidak Berbeda Nyata pada
Taraf Uji %1- . .

Tabel 5. Rata-rata Luas Daun Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa) Kultivar Lokal pada Berbagai
Tingkat Kelengasan Tanah (cm2)

Perlakuan Rata-rata BNJ 5%


100% 75% 50% 25%
Ranta 46,92 45,08 47,46 38,88 44,59b
Njengi 43,90 44,55 45,40 40,99 43,71b 3,49
a
Sampara 41,22 39,62 41,06 38,95 40,21
ab a b a
Rata-rata 44,01 43,08 44,64 39,61 4,45
Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang Sama pada Kolom yang Sama Tidak Berbeda Nyata pada
Taraf Uji BNJ . .

178
Tabel 6. Rata-rata Diameter Batang Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa) Kultivar Lokal pada
Berbagai Tingkat Kelengasan Tanah (cm)
Rata-rata Diameter Batang (cm)
Perlakuan
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
ab a ab
Ranta 0,15 0,35 0,52 0,70ab
Njengi 0,18b 0,40b 0,57b 0,74b
Sampara 0,13a 0,33a 0,49a 0,65a
BNJ 5% 0,03 0,04 0,06 0,05
b d
100% 0,15 0,42 0,64 0,85d
75% 0,14 0,36a 0,54c 0,76c
50% 0,15 0,34a 0,50bc 0,65b
25% 0,16 0,31a 0,42a 0,52a
BNJ 5% 0,03 0,05 0,07 0,07
Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang Sama pada Kolom yang Sama Tidak Berbeda Nyata pada
Taraf Uji %1- . .

Pertumbuhan tanaman termasuk tanah 75%. Jumlah anakan yang terbentuk


tinggi, diawali dari proses pembentukan merupakan salah satu bentuk adaptasi
tunas, yang merupakan proses pembelahan tanaman padi terhadap kekeringan untuk
dan pembesaran sel. Proses pembelahan mengurangi transpirasi dan mengoptimalkan
dan pembesaran sel hanya dapat terjadi distribusi asimilat. Matsuo dan Hoshikawa
pada tingkat turgiditas sel yang tinggi (1993) mengatakan bahwa yang tergolong
(Kramer, 1983). genotip padi gogo yang tahan kekeringan
Tekanan turgor adalah tekanan aktual adalah genotip yang mempunyai jumlah
yang dikeluarkan oleh protoplasma terhadap anakan rendah dengan penurunan laju yang
dinding sel, yang merupakan tekanan hidrostatis rendah pula, penurunan jumlah anakan
dan sangat ditentukan oleh banyaknya air selaras dengan penurunan lengas tanah.
yang terkandung dalam protoplasma dalam Tanaman yang memiliki jumlah
suatu waktu (Muller, 1979). daun banyak dapat diperoleh pada tanaman
Berdasarkan sidik ragam, perlakuan yang kebutuhan airnya tercukupi sedangkan
tingkat kelengasan tanah dan beberapa tanaman yang kebutuhan airnya tidak
kultivar lokal berpengaruh sangat nyata terpenuhi maka jumlah daun sedikit
terhadap jumlah daun, sedangkan interaksinya (Santoso, 2010).
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah. Tanaman yang kekurangan air akan
Pada pengamatan jumlah daun 8 MST mengalami gangguan metabolisme karena
diketahui bahwa yang menunjukan jumlah air merupakan faktor yang paling
daun terbanyak adalah kultivar ranta dan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
terendah pada kultivar Sampara. Banyaknya tanaman, sebagian besar metabolisme
jumlah daun berhubungan dengan jumlah tumbuhan membutuhkan air seperti proses
anakan, sesuai dengan hasil yang didapatkan fotosintesis, untuk pertumbuhan sel,
pada parameter jumlah anakan kultivar mempertahankan bentuk daun, operasi
ranta menunjukan jumlah anakan terbanyak. stomata dan pergerakan struktur tumbuhan
Peningkatan tingkat kelengasan tanah (Tjondronegoro dkk, 1999).
juga berpengaruh terhadap jumlah anakan. Kandungan klorofil yang tinggi
Penurunan jumlah anakan secara nyata ditunjukan pada tingkat kelengasan tanah
mulai terjadi pada tingkat kelengasan 100%. Hal ini dikarenakan ketersediaan air
179
yang selalu tercukupi. Air merupakan salah mengurangi kehilangan air lewat transpirasi,
satu faktor terjadinya proses fotosintesis. sehingga daun terutama bagian muda tidak
Fotosintesis merupakan proses penting mengalami kerusakan (Vergara, 1995).
untuk mempertahankan pertumbuhan dan Penurunan luas daun yang lebih awal pada
perkembangan tanaman produksi (Li dkk, padi gogo bila dihadapkan pada kondisi
2006). Fotosintesis pada tanaman berpembuluh kekeringan merupakan salah satu kemampuan
angkut sensitif terhadap cekaman biotik tanaman untuk mempertahankan potensial
(patogen) maupun abiotik (kekeringan, air sel tetap tinggi selaras dengan semakin
temperatur, defisiensi nutrient, polutan), meningkatnya cekaman kekeringan,
dan terutama sangat sensitif terhadap sehingga turgor sel tetap tinggi dengan
cekaman kekeringan (Van der Mescht dkk, cara mengurangi kehilangan air. Hal ini
1999). Kurangnya ketersediaan air akan merupakan salah satu ketahanan terhadap
menghambat sintesis klorofil pada daun kekeringan dengan mengembangkan
akibat laju fotosintesis yang menurun dan mekanisme pengelakan (drought avoidance)
terjadinya peningkatan temperatur dan (Yoshida, 1981).
transpirasi yang menyebabkan disintegrasi Kultivar njengi merupakan kultivar
klorofil (Hendriyani dan Setiari, 2009). yang memiliki diameter batang terbesar dan
Penurunan kandungan klorofil pada berbeda dengan kultivar sampara tetapi
saat tanaman kekurangan air berkaitan tidak berbeda dengan kultivar ranta.
dengan aktivitas perangkat fotosintesis dan Kultivar njengi cenderung meningkatkan
penurunan laju fotosintesis tanaman. pertumbuhan diameter batang untuk
Kekurangan air akan mempengaruhi menopang tinggi tanamannya. Hal ini sesuai
kandungan dan organisasi klorofil dalam dengan hasil pengamatan tinggi tanaman
kloroplas pada jaringan (Harjadi dan Yahya, yang menunjukkan bahwa kultivar njengi
1988). Disamping itu penyerapan unsur memiliki tinggi tanaman tertinggi. Hal ini
hara dari tanah oleh akar akan terhambat, sejalan dengan Vergara dkk., (1991) yang
sehingga mempengaruhi ketersediaan unsur menyatakan bahwa batang besar cenderung
N dan Mg yang berperan penting dalam mempunyai tangkai malai yang besar untuk
sintesis klorofil (Syafi, 2008). Kandungan menyangga malai dan memperkecil rebah.
klorofil dapat dipakai sebagai indikator Disamping itu, batang besar mempunyai
yang terpercaya untuk mengevaluasi kecenderungan lebih banyak jaringan pembuluh
ketidakseimbangan metabolisme antara (vascular bundles), dimana jaringan ini dapat
fotosintesis dan hasil produksi pada saat membantu memperkuat tegaknya tanaman.
kekurangan air (Li dkk, 2006). Peningkatan tingkat kelengasan
Pada pengamatan luas daun, tanah juga berpengaruh terhadap diameter
tanaman pada tingkat kelengasan tanah batang. Penurunan diameter batang secara
50% menunjukkan luas daun tertinggi nyata mulai terjadi pada tingkat kelengasan
dibandingkan dengan tingkat kelengasan tanah 75%. Menurut Fitter dan Hay
100% namun tidak berbeda nyata. Hal ini (1981) keadaan cekaman air menyebabkan
diduga bahwa tanaman pada tingkat penurunan turgor pada sel tanaman dan
kelengasan 100% telah mencapai berakibat pada menurunnya proses fisiologi.
pertumbuhan vegetatif maksimum dan akan Air memegang peranan penting bagi
memasuki fase generatif, oleh karena itu tanaman. Kandungan air pada tanaman akan
tanaman lebih banyak mendistribusikan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan
hasil fotosintat pada organ-organ generatif
salah satunya ialah kandungan air itu
dibandingkan organ vegetatif.
Laju penurunan luas daun secara sendiri (Taiz dan Zeiger, 2002). Pada tahap
nyata merupakan salah satu mekanisme pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh
penyesuaian morfologi karena dapat tanaman untuk pembelahan dan pembesaran
180
sel yang terwujud dalam pertambahan Li, R., P. Guo, M. Baum, S. Grando, S. Ceccarelli.
tinggi tanaman, pembesaran diameter, 2006. Evaluation of Chlorophyll Content
and Fluorescence Parameters as Indicators
perbanyakan daun dan pertumbuhan akar of Drought Tolerance in Barley.
(Kramer, 1969). Agricultural Sciences in China.

KESIMPULAN Matsuo, T.Y. and K. Hoshikawa. 1993. Science of


the rice plant. Vol. 1 : Morphology, Ford
Kultivar njengi menunjukan respon and Agricultural Policy Research Center.
terbaik pada parameter tinggi tanaman dan Tokyo. 686p.
diameter batang. Kultivar ranta menunjukan Muller, 1979. Botany: A Funcional Approach.
respon terbaik pada parameter jumlah daun, Macmillan Publishing Co. Inc., New York.
jumlah anakan dan luas daun 687 p.
Tingkat kelengasan tanah 100%
(kapasitas lapang) memberikan pengaruh Noor, M. 1996. Padi Lahan Marjinal. Penebar
terbaik pada karakter tinggi tanaman, Swadaya. Jakarta.
Saleh, M.S., F. Pasaru., M. Yunus. 2009. Eksplorasi
jumlah daun, jumlah anakan, kehijauan
Padi Gogo Lokal di Kabupaten Banggai.
daun (klorofil) dan diameter batang Media Litbang Sulteng.
Interaksi antara padi gogo (Oryza
sativa) kultivar lokal dan tingkat kelengasan Sammons, D.J., D.B. Peters, and T. Hymowitz.
tanah berpengaruh tidak nyata pada semua 1980. Screening Soybeans for Tolerance to
parameter pengamatan. Moisture Stress a Field Procedure. Field
Crops Res.
DAFTAR PUSTAKA Santoso B. 2010. Faktor-faktor Pertumbuhan dan
Penggolongan Tanaman Hias. Fakultas
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2007. Pertanian. Universitas Gajah Mada.
Deskripsi Varietas Padi. Sukamandi, Yogyakarta.
Subang. Sitompul, S. M, dan B. Guritno., 1995. Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1981. Fisiologi University Press. Yogyakarta.
Lingkungan Tanaman. Gajahmada
University Press. Yogyakarta Syafi, S. 2008. Respons Morfologis dan Fisiologis
Bibit Berbagai Genotipe Jarak Pagar
Gomez, K.A and A.A Gomez, 1995. Statical (Jatropha curcas L.) terhadap Cekaman
Procedures For Agricultural Research. Kekeringan. Tesis. IPB. Bogor
John Wiley Sons, Inc Filiphine.
Taiz, L., E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. Third
Harjadi, S.S., S. Yahya. 1988. Fisiologi Stres Edition. Sinauer Associate Inc. Publisher
Lingkungan. Bogor. PAU Bioteknologi Sunderland. Massachusetts. 667 p.
Institut Pertanian Bogor. Hal. 136-176.
Tjondronegoro, P. D., S. Harran, dan Hamim. 1999.
Hendriyani, I. S dan N. Setiari. 2009. Kandungan Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid I. Jurusan
Klorofil dan Pertumbuhan Kacang Panjang Biologi ± FMIPA. Institut Pertanian Bogor.
(Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Bogor.
Air yang Berbeda. J. Sains & Mat. 17(3):
145-150. Van der Mescht, A., J. A. de Ronde, F.T. Rossouw.
1999. Chlorophyll Fluorescence and
Kramer, P.J. 1983. Water Relations of Plants. Chlorophyll Content as A Measure of
Academic Press Inc, Orlando, Florida. P. Drought Tolerance in Potato. South African
342±389. Journal of Science 95:407-412.
Kramer, PJ. 1969. Plant and Soil Water Vergara, B. S. , B. Verkateswarlu, M. Janoria, J. K.
Relationships. New York: Mc. Graw Hill Ahn, J. K. Kim, dan R. M. Visperas. 1991.
Book Company. Inc. P 347. Concept for a new plant type for direct seed

181
flooded tropical rice In : Direct seeded
flooded rice in the tropics. Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop
Science. Internasional Rice Research
Vergara, B.S. 1995. Bercocok Tanam Padi. Program Institute. Los Banos. Philipine.
Nasional PHT Pusat. Departemen Pertanian.
Jakarta.

182

Anda mungkin juga menyukai