Anda di halaman 1dari 3

KEMAPANAN DALAM AS-SUNNAH DAN AL-FIQIH

BOOK REVIEW

1. Identitas Buku
Judul : Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam

Pengarang : Adonis (Anton Sa’adah)

Penerbit : LKiS Yogyakarta

Tebal Buku : 404 halaman

Terbit Tahun : 2012

Pengreview : Riantika Zahara

2. Sinopsis
Buku yang saya review ini berjudul “ARKEOLOGI SEJARAH-PEMIKIRAN ARAB-
ISLAM” yang di tulis oleh seorang penulis bernama “ADONIS”. Nama Adonis bukanlah
nama asli. Adapun nama aslinya adalah Anton Sa’adah. Buku ini berjudul asli Ats-Tsabit wal
Al-Mutahawwil: Bahts fi Al-Ibda’ wa Al-Ittiba’ ‘inda Al-Arab. Secara harfiah, judul tersebut
dapat diterjemahkan sebagai :Yang Mapan (Statis) dan Yang Berubah (Dinamis), kajian atas
kretivitas dan konservativitas menurut Bangsa Arab”. Yang dimaksud dengan “Yang Mapan”
dan “ Yang Berubah” di sini bukan ajarran (agama Islam), tetapi cara pandang Oleh karena
demikian maka yang dikaji oleh Adonis dalam buku ini adalah data-data yang berkaitan
dengan cara pandang manusia Arab-Islam terhadapa realitas masa lalu dan kaitannya dengan
realitas kekinian yang temporaldan kecenderungan manusia Arab-Islam dalam melihat dua
hal, yaitu masa lalu dan masa kini.
“Kemapanan dalam As-Sunnah dan Al-Fiqh”
Menjelaskan tentang:
A. Hakikat Pemimpin
Hakikat pemimpin adalah kemampanan yang didasarkan kepada keimanan
terhadap prinsip yang mapan, sempurna, dan mutlak. Prinsip ini dimulai dari
dasar pertama: Al-Qur’an. Oleh karena itu, yang pertama adalah yang paling
dekat dengan Al-Qur’an, yaitu Nabi. Setelah Nabi, kemudian digambarkan dari
sebuah hadist yang mengatakan bahwa “Hendaklah orang yang memimpin kalian
adalah yang paling pandai dalam memahami kitab Allah. Jika kalian sama dalam
kepandaian tersebut, hendaklah orang yang paling mengerti As-Sunnah yang
menjadi pemimpin kalian. Jika kalian sama dalam pengetahuan tentang As-
Sunnahmaka hendaklah orang yang paling dahulu melakukan hijrah yang menjadi
pemimpin kalian. Jika dalam hal hijrah di anatara kalian sama maka hendaklah
yang lebih tua usianya yang menjadi pemimpin kalian”. Demikianlah, posisi
penting seseorang itu terlihat pada pemahamannya terhadap Al-Qur’an dan AS-
Sunnah serta kedekatannya dengan Nabi pada saat hijrah.
Dari hadist di atas maka dapat di ketahui bahwa seseorang setelah Nabi
yang mendapat kan tingkatan seperti ang telah disebutkan adalah Sahabat Abu
Bakar. Diriwayatkan dari Ibn Abbas “ ketika ia ditanya mengenai suatu hal, jika
tidak ada dalam kitab Allah dan sunnah Rasul, ia akan memegang pendapat Abu
Bakar, apabila tidak ada pendapat Abu Bakar ia memagang pendapat Umar.”
Pada awal abad ke dua, kriteria untuk para ahli fiqih adalah
pengetahuannya mengenai hadist-hadist terdahulu. Dari kriteria tersebut, ahli fiqh
abad kedua disebut dengan fuqaha tabi’in. Ini berarti bahwa yang paling utama
adalah yang paling mengetahui “ Tradisi masa lalu”.
Konflik akan muncul ketika munculnya generasi setelah tabi’in. Hal itu
dikarenakan ilmu yang diahadapi adalah Al-Kitab dan As-Sunnah. Yang
berdasarkan eranya sejajar dengan para tabi’in. Ilmu pengetahuan yang dimaksud
di sini adalah pengetahuan yang bersifat menghafal; dalam arti ia bukan
merupakan pendapat. At-Tirmidzi meriwayatkan satu laporan yang menilai siapa
yang lebih utama antara Abu Hanifah, Malik, dan Asy-Syafi’i. Dalam laporan
tersebut adalah bahwa Asy-Syafi’i lebih utama daripada Abu Hanifah dan Malik
sebab ia mengambil rujukan fiqh bukan dari pendapatanya, akan tetapi ia
mengambil dari As-Sunnah.

Anda mungkin juga menyukai