Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 3
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVANOIDA
(Ekstrak Elephantopus scaber)

Disusun Untuk Memenuhi Praktikum Fitokimia

KELOMPOK : 3

KELAS : D

RIZA ADHI SETIAWAN (201710410311169)

DOSEN PEMBIMBING
Siti Rofida, S.Si, M.Farm., Apt.
Drs. Herra Studiawan, M.Si., Apt.
Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan flavonoida pada tumbuhan
tapak liman.

1.2 Latar Belakang


Tidak semua tanaman dapat dijadikan sebagai bahan obat. Tanaman-tanaman yang
dijadikan obat tentu saja adalah tanaman yang memiliki kandungan atau zat-zat yang dapat
bermanfaat bagi kesehatan dan kesembuhan tubuh. Salah satu zat aktif yang banyak ditemukan di
alam dan juga di tumbuhan adalah flavonoid. flavonoid adalah zat aktif yang termasuk dalam
kelompok tumbuhan tertentu. Dalam dunia industri senyawa flavonoid yang sering dipakai
memiliki sifat antikoksidan digunakan untuk menangkal radikal bebas di tubuh . Selain itu
senyawa flavonoid biasa dipakai untuk menyimpan senyawa aktif agar tidak bereaksi sehingga
tidak rusak sebelum dipakai. Di kehidupan sehari-hari kita flavonoid sering kita jumpai di
kehidupan kita.
Tinjauan Pustaka

Tanaman Elephantopus scaber

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Elephantopus

Spesies : Elephantopus scaber L.


Morfologi Elephantopus scaber
Terna tegak dengan rimpang yang menjalar, tinggi 10 cm sampai 80 cm,
batangnya kaku, berambut panjangdan rapat, dan bercabang. Memiliki daun yang
berkumpul dibawah membentuk roset. Bentuk daunnya jorong, bundar telur sungsang
dengan Panjang 3 cm sampai dengan 38 cm, lebar daun 1 cm sampai 6 cm. permukaan
daunya agak berambut. Perbungaanya berupa bonggol, bergabung banyak dengan bentuk
bulat telur dan sangat tajam. Daun pelindungnya kaku, daun pembalut dari tiap bunga
kepala berbentuk jorong, lanset, sangat tajam dan berselaput. Memiliki 4 daunpembalut
dibagian luar dengan Panjang 5 mmm, tidak berambut, 4 daun pembalut dibagian dalam
dengan Panjang 10 mm berambut rapat : Panjang mahkota bunga 7 mm sampai dengan 9
mm, berbentuk tabung. Berbuah longkah dengan Panjang 4 mm (Materia Medika,1978)

Khasiat dan Penggunaan Elephantopus scaber


Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian daunn dari tumbuhan
tapak liman ini. Daun dari tumbuhan ini banyak digunakan sebagai pengobatan. Di
Indonesia daun tapak liman banyak digunakan pada pengobatan disentri, cacar air, nyeri
haid, radang tenggorokan, anemia, keputihan, batuk, dan peradangan pada ginjal (Nonci,
Rusli&Atqiyah,2014)

Flavonoid

Flavonoid adalah salah satu golongan senyawa fenol alam dalam tanaman yang
tersusun atas 15 atom karbon sebagai inti dasarnya. Yaitu, 2 cincin aromatik dan
dihubungkan oleh tiga atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga
(Parwata,2016)
Struktur Dasar Senyawa Flavonoid

Cara Mengidentifikasi Golongan Flavonoid

Adanya gugus fenol pada flavonoid memberikan reaksi positif dengan pereaksi untuk
fenol, misalnya dengan besi (III) klorida dan pereaksi asam sulfat akan memberi warna spesifik.
Karena reaksi tidak spesifik, maka tidak dapat digunakan membedakan masing-masing golongan
dan harus diikuti oleh uji warna lainnya.
Pereaksi aluminium klorida dapat membentuk kompleks dengan flavonoid menimbulkan
warna kuning. Kompleks dari flavonoiv dengan gugus hidroksil berkedudukan orto tidak stabil
dengan asam dan akan terurai kembali. Akan tetapi flavonoid dengan gugus hidroksil yang
berkedudukan dekat gugus karbonil akan stabil dengan penambahan asam.
Lazimnya identifikasi flavonoid diawali dengan reaksi warna menggunakan pereaksi-
pereaksi, seperti natrium hidroksida, asam sulfat, besi (III) klorida, logam magnesium dan asam
klorida. Kelarutan dari flavonoid menjadi dasar dalam ekstraksi dan pemisahan secara
kromatografi, sifat-sifatnya dengan pereaksi-pereaksi tertentu menjadi dasar analisis
spektrofotometri UV-tampak.
Setyaningsih (2010) menjelaskan bahwa jika sampel terdapat senyawa flavonoid, maka
setelah penambahan logam Mg dan HCl akan terbentuk garam flaviilium berwarna merah atu
jingga. Penambahan HCl pekat dalam uji flavonoid pada metode Wilster dimaksudkan untuk
menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil
akan tergnatikan oleh H+ dari asam karena sifatnya yang elektrofilik. Glikofsida berupa gula
yang bisa dijumpai yaitu glukosa, galaktosa dan ramnosa. Reduksi dengan Mg dan HCl pekat ini
menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah atau jingga pada flavonol, flavanolol dan
xanton.
Uji Kualitatif Keberadaan Senyawa Flavonoid dengan Metode KLT

Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan komponen-


komponen atas dasar perbedaan adsobsi atau partisi oleh fase diam di bawah pengaruh
gerakan pelarut pengembang atau pelarut pengembang campuran. Pemilihan pelarut
pengembang sangat dipengaruhi oleh macam dan polaritas zat-zat kimia yang dipisahkan
(Mulya, M. dan Suharman, 1995).
Alasannya digunakan KLT diantaranya adalag penggunaan yang mudah, dapat digunakan
secara luas pada sampel yang berbeda, sensitivitasnya tinggi, kecepatan pemisahan dan
biaya yang relative murah. KLT dapat digunakan untuk :
1. Megetahui kemurnian suatu senyawa
2. Memisahkan dan mengidentifikasi komponen dalam suatu campuran
3. Analisis kuantitatif dari satu atau lebih komponen yang terdapat daam suatu
sampel.
Kromatografi Lapis Tipis adalah salah satu contoh kromatografi planar. Fase
diamnya (stanioary Phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada gelas atau kaca,
plastik, aluminium. Sedangkan fase geraknya berupa cairan atau campuran cairan, biasanya
pelarut organic dan kadang-kadang juga air. Fase diam yang berupa lapisan tipis ini dapat
dibuat dengan membentangkan atau meratakan fase diam (adsorbent = penjerap= sorbent)
diatas plat/lempeng ataupun aluminium (Gandjar dan Rohan, 2007).
Yang digunakan sebagai fase gerak biasanya adalah pelarut organic. Bilamana fase
gerak merupakan campuran organic dengan air makan mekanisme pemisahan adalah partisi.
Pemilihan pelarut organic isi sangat penting karena akan menentukan keberhasilan
pemisahan. Pendekatan polaritas adalah yang paling sesuai untuk pemilihan pelarut.
Senyawa polar akan lebih muda tereluasi oleh fase gerak yang bersifat polar dari pada fase
gerak yang non polar. Sebaliknya, senyawa non polar lebih mudah terelusi oleh fase gerak
non polar dari pada fase gerak yang polar (Gandjar dan Rohan, 2007).
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter antara 10-30 µm. semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam san semakin
sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan
resolusinya (Gandjar dan Rohan, 2007).

Parameter hasil pengukuran dengan KLT


Untuk hasil kromatogram KLT dapat disimpulkan spesifikasi sebagai berikut :
a.Jumlah bercak
b. Warna bercak
c.Letak bercak
Dengan tiga spesifikasi kromatogram tersebut, dapat digunakan untuk :
1. Identifikasi
2. Analisis adanya suatu kandungan kimia yang lain dalam bahan yan dianalisis (Macek.,
1972).

Dari kromatogram yang diperoleh kemudian dihitung harga Rf (faktor retardasi) untuk tiap-
tiap noda kromatogram dari zat yang diperika sebagai berikut :

jarak yang ditempuh oleh zat


Rf =
jarak yang ditempuh oleh fase gerak

Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan dua bercak noda yang tampak dengan
pengamatan harga Rf dan ukuran yang kurang lebih sama. Jika zat yang diperiksa
mempunyai warna, ukuran, dan harga Rf yang hampir sama, maka kedua zat tersebut
kemungkinan adalah sama (Anonim, 1978).
Prosedur Kerja

A. Preparasi Sampel
1. Ditimbang 0,3 gram ekstrak. Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi.
2. Ekstrak ditambah 3 ml n-heksana, dikocok berkali-kali dalam tabung sampai fase n-
heksan tidak berwarna.
3. Setelah itu, residu dilarutkan dalam 20 ml etanol dan dibagi menjadi 4 bagian,
masing-masing ditandai sebagai larutan 3A, 3B, 3C, dan 3D.

B. Reaksi Warna
1. Uji Bate-Smith dan Metcalf
 Larutan 3A sebagai blanko, larutan 3B ditambahkan 0,5 ml HCl pekat dan
diamati perubahan warn ayamg terjadi, kemudian dipanaskan diatas penangas
dan diamati kembali perubahan warnanya.
 Bila perlahan menjadi warna merah terang atau ungu menunjukkan adanya
senyawa leukoantosianin
2. Uji Wilstater
 Larutan 3A sebagai blanko, larutan 3C ditambahakan 0,5 ml HCl pekat dan 4
potong magnesium
 Diamati perubahan warna yang terjadi, diencerkan dengan 2 ml air suling
melewati dinding tabung, kemudian ditambahkan 1 ml butanol secara
perlahan melewati dinding tabung
 Diamati warna yang terjadi disetiap lapisan. Perubahan warna jingga
menunjukkan adanya flavon, warna merah pucat menunjukkan adanya
flavonol dan warna merah tua menunjukkan adanya flavanon.
C. Kromatografi Lapis Tipis
Lakukan Kromatografi Lapis Tipis dengan parameter sebagai berikut :
Fase gerak : n-HeksanP – etil asetat P – Metanol ( 5 : 5 : 1 )
Fase diam : silika gel 60 F245
Larutan Uji : 10% dalam methanol P
Larutan Pembanding : Isodeoksielefantopin 1% dalam methanol P
Volume penotolan : totolkan masing-masing 5 mirkoliter larutan uji dan
larutan pembanding
Deteksi : asam sulfat P 10% dalam methanol P
Bagan Alir

A. Bagan Alir
1. Preparasi Sampel

0,3 g ekstrak dikocok dengan 3 ml n-heksan berkali-kali


dalam tabung reaksi sampai fase n-heksan dalam tabung tidak
berwarna

Residu dilarutkan dalam 20ml etanol

Kemudian dibagi menjadi 4 bagian, diberi tanda 3A, 3B, 3C,


dan 3D
2. Reaksi Warna
1) Uji Bate-Smith dan Metcalf

Larutan 3A sebagai blanko

Larutan 3B ditambah 0,5 ml HCL pekat dan


diamati perubahan warna yang terjadi,
kemudian dipanaskan di atas penangas air dan
diamati perubahan warna yang terjadi.

Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu


menunjukkan adanya senyawa leukoantosianin
(dibandingkan dengan larutan blanko).
2) Uji Wilstater

Larutan 3A sebagai blanko

Larutan 3C + 0,5 ml HCL pekat dan 4 potong


magnesium.

Diamati perubahan warna, kemudian diencerkan dengan 2ml


air suling melewati dinding tabung.

Kemudian ditambah 1 ml butanol secara perlahan melewati


dinding tabung.

Diamati perubahan warna disetiap lapisan. Perubahan warna


jingga menunjukkan adanya flavon, merah adanya flavonol,
merah ua adanya flavonon
3. Kromatografi Lapis Tipis

Larutan IIID ditotolkan pada fase diam

Fase gerak : n-HeksanP – etil asetat P – Metanol ( 5 : 5 : 1 )


Fase diam : silika gel 60 F245
Larutan Uji : 10% dalam methanol P
Larutan Pembanding : Isodeoksielefantopin 1% dalam methanol P
Volume penotolan : totolkan masing-masing 5 mirkoliter larutan uji dan
larutan pembanding
Deteksi : asam sulfat P 10% dalam methanol P

Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid I, 36, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Geissman, T. A., 1962, The Chemistry of Flavonoid Counpound, Hal 51, Pergamon Press,

Oxford.

Gandjar Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar : Yogyakarta.

Hardiman, Intarina. 2014. Sehat Alami dengan Herbal, Pusat Studi Biofarmaka

LPPM IPB. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.

Penerbit ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai