Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MIKROBIOLOGI PRAKTIK

MENGIDENTIFIKASI BENTUK BAKTERI

KELOMPOK 8 :

1. Nesa Nur Rahmi Hapsari (P27825019024)


2. Ramadzan Wahyu P (P27825019030)
3. Risma Aninda (P27825019031)
4. Rizka Anggita Febriyanti (P27825019032)

POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA


PRODI D-III KEPERAWATAN GIGI
2019/2020
A. Corynebacterium diphtheriae

1. IDENTIFIKASI BAKTERI

Golongan bakteri : Anaerobik

Jenis gram : Gram positif

Bentuk bakteri :(Basil ) Batang 1 hingga 8 µm dan lebar 0,3 hingga 0,8 µm.

2. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI


CORYNEBACTERIUM DIPHTERIAE

Bakteri Corynebacterium diphteriae menyebabkan penyakit difteri yang menyerang


selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat
menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.

Penyebaran dan penyebaran difteri sendiri bisa melalui partikel di udara, benda pribadi,
peralatan rumah tangga yang terkontaminasi, serta menyentuh luka yang terinfeksi kuman difteri.
Penularannya melalui partikel di udara, benda pribadi, peralatan rumah tangga yang
terkontaminasi, serta menyentuh luka yang terinfeksi kuman difteri. Selain penularan difteri juga
bisa terjadi melalui air liur seseorang. Contoh penularan tersebut adalah berbagi makanan atau
minuman kepada orang yang terjangkit difteri atau melakukan kontak fisik yang melibatkan air
liur, dengan pengidap penyakit difteri.  

Berbagai faktor risiko difteri, antara lain:

 Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang tua di atas usia 60 tahun;

 Belum mendapatkan vaksinasi difteri;

 Berkunjung ke daerah dengan cakupan imunisasi difteri yang rendah;

 Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS;

 Gaya hidup yang tidak sehat; dan

 Lingkungan dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk.

3. ALTERNATIF PENCEGAHAN PENYAKIT DIFTERIAE 

  Berbagai upaya untuk mencegah difteri, antara lain:

 Vaksinasi difteri yang diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis)
sebanyak lima kali saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4–6
tahun.

 Vaksinasi difteri yang diberikan lewat imunisasi Td atau Tdap untuk anak usia di atas 7
tahun dan harus diulang setiap 10 tahun sekali, termasuk untuk orang dewasa.

4. PENGOBATAN PENYAKIT DIFTERI

  Beberapa langkah pengobatan yang akan dilakukan dokter, antara lain:


 Pemberian antitoksin, untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri. Karena tidak
semua orang tubuhnya bisa menerima antitoksin, maka dokter akan memberi antitoksin
dengan dosis rendah dan meningkatkan dosisnya secara bertahap. Hal tersebut akan
dilakukan bila penderita memiliki alergi terhadap antitoksin.

 Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi di bawah pengawasan dokter.

 Anjuran pemberian booster vaksin difteri setelah pengidap kembali sehat, untuk


membangun pertahanan terhadap difteri.

5. CONTOH GAMBAR PENYAKIT DIFTERIAE


B. Bacillus anthracis

1. IDENTIFIKASI BAKTERI

Golongan bakteri : Aerobic

Jenis gram : Gram positif

Bentuk bakteri : (Basil ) Batang, tidak berflagel, dengan ukuran kira-kira 1 - 1,5 x
3 - 10 μm.

2. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI BACILLUS


ANTHRACIS

Bacillus anthracis adalah bakteri Gram-positif berbentuk batang yang merupakan


penyebab penyakit antraks. Nama anthracis berasal dari bahasa Yunani anthrax yang
berarti batu bara, merujuk kepada penghitaman kulit pada korban. Bakteri ini berukuran
1–1,5 × 3–10 μm dan merupakan satu-satunya patogen obligat pada genus Bacillus. B.
anthracis adalah bakteri pertama yang terbukti dapat menyebabkan penyakit. Hal ini
diperlihatkan oleh Robert Koch pada tahun 1877.

Bakteri ini umumnya terdapat di tanah dalam bentuk spora dan dapat hidup
selama beberapa dekade dalam bentuk ini. Jika spora masuk ke dalam tubuh herbivora,
bakteri ini akan berkembang biak dalam hewan tersebut dan akhirnya membunuhnya, lalu
terus berkembang biak di bangkai hewan tersebut. Spora hanya menjadi racun dan
menyebar ke seluruh tubuh saat berkontak dengan binatang dan manusia. Anthrax dapat
memasuki tubuh melalui 3 cara: kontak kulit, inhalasi, dan daging yang terkontaminasi.

Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah,


tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau hitam, buang air
besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Sedangkan, gejala antraks
tipe kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar, menjadi
borok, pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi
gatal tetapi agak terasa sakit. Antraks terjadi setelah mengomsumsi daging yang terkena
antraks. Daging yang terkena antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna
hitam, berlendir, dan berbau.

3. ALTERNATIF PENCEGAHAN PENYAKIT ANTRAKS

Ada banyak faktor risiko untuk anthrax, yaitu :

 Orang yang mengolah produk hewan


 Dokter hewan yang bekerja dengan binatang yang terinfeksi

 Peternak yang bekerja dengan binatang terinfeksi

 Pelancong yang mengunjungi daerah berisiko tinggi

 Pekerja laboratorium yang bekerja dengan anthrax

 Tukang pos, anggota militer, dan relawan.

 Yang terpapar selama kejadian teror biologis yang melibatkan spora anthrax
 Memakan daging mentah dari binatang yang terinfeksi

Maka dari itu, hindari makan-makanan dari daging hewan yang belum di masak
dengan matang sempurna (matang).

4. PENGOBATAN PENYAKIT ANTRAKS

Semua jenis penyakit anthrax dapat dicegah dan diterapi dengan antibiotik. Orang
yang terpapar anthrax dapat diberikan antibiotik minum, biasanya amoksisilin,
ciprofloxacin atau doksisiklin. Antibiotik ini dilanjutkan selama 60 hari untuk mencegah
kekambuhan.

Semakin lama terapi ditunda, semakin besar risiko kesehatan yang dihadapi. Jadi,
terapi biasanya dimulai sesegera mungkin saat diduga menderita anthrax.

Vaksin antraks tersedia, namun tidak 100% efektif. Vaksin diberikan pada
anggota militer, ilmuwan yang bekerja dengan anthrax, dan kelompok risiko tinggi lain.
Vaksin ini tidak untuk anak kecil, wanita hamil, atau lansia lebih dari 65 tahun. Jika
beberapa dosis vaksin anthrax telah diberikan, tidak perlu diberikan lagi antibiotik.

Penyakit antraks didiagnosis berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, riwayat


paparan berisiko tinggi, dan dengan memastikan penyakit lain bukan penyebab gejala
Anda. Cara terbaik mendiagnosis secara akurat, dokter Anda dapat melakukan
pemeriksaan kulit, darah, dan feses untuk mencari bakteri B. anthracis. Sementara untuk
X-ray atau computed tomography (CT) dada, endoskopi, dan suntikan spinal juga dapat
dilakukan untuk menunjang pemeriksaan fisik.

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda
mengatasi penyakit antraks:

 Lakukan vaksinasi jika pekerjaan Anda berisiko tinggi. Dokter hewan,  pekerja
laboratorium, dan pekerja darurat yang berisiko harus divaksinasi.

 Hubungi dokter Anda segera jika Anda mendeteksi gejala awal infeksi.
 Habiskan antibiotik Anda. Jangan berhenti konsumsi obat kecuali atas anjuran
dokter.

5. CONTOH GAMBAR PENYAKIT ANTRAKS


DAFTAR REFERENSI

https://www.halodoc.com/kesehatan/difteri

https://bogor.pojoksatu.id/baca/begini-bahayanya-penyakit-difteri

https://bogor.pojoksatu.id/baca/begini-bahayanya-penyakit-difteri

https://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_anthracis

https://hellosehat.com/penyakit/anthrax/

https://id.wikipedia.org/wiki/Antraks

Anda mungkin juga menyukai