ASRIANDINI : 201801008
ELFIANA :
NURAINUN :201801026
NIKADEK MAHARANI :
DYLAN VAHLERI R :
TASYA WIJAYA :
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
akhirnya penyusun dapat menyelesaikan MAKALAH HIV/AIDS dengan popok
pembahasan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hiv/Aids Dengan Komplikasi
Diare” ini dengan tepat waktu dan tanpa halangan.
Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
HIV/AIDS serta sebagai penambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun dan
para pembaca khususnya mengenai “HIV/AIDS”
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yaitu
bagi penyusun maupun pembaca. Penyusun juga menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik
maupun saran sebagai perbaikan dalam penyusunan selanjutnya
Penyusun
KATA PENGANTAR
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A. Definisi Hiv/Aids.....................................................................................
B. Etiologi Hiv/Aids.....................................................................................
C. Klasifikasi Hiv/Aids.................................................................................
D. Manifestasi Klinis Hiv/Aids....................................................................
E. Patofisologi Hiv/Aids...............................................................................
F. Komplikasi Hiv/Aids...............................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................
H. Penatalaksanaan.......................................................................................
I. Cara Penularan.........................................................................................
J. Pencegahan Hiv/Aids...............................................................................
K. Asuhan Keperawatan...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya
Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan
kulit dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.
Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981,
dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemic paling menghancurkan
pada sejarah. Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS
sampai 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP&PL,
Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS
sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan
106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430
kematian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an
kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000-130.000. Dan sekarang Indonesia
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan Indis, yang percepatan
kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori HIV AIDS dan asuhan keperawatan pada
pasien penderita HIV AIDS?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi AIDS
2. Untuk mengetahui etiologi AIDS
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hiv/Aids
B. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada
tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di
Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1.
Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
C. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit
AIDS berdasarkan klasifikasinya diantaranya adalah seperti dibawah
ini:
1. Stadium klinis I: pada skala I memperlihatkan kondisi asimtomatis,
dimana klien tetap melakukan aktivitas secara normal maupun
disertai adanya limfadenopati presistent generalisata.
2. Stadium klinis II: pada skala II memperlihatkan kondisi
asimtomatis, dimana klien tetap melakukan
aktivitas normal tetapi disertai adanya penurunan berat badan
<10% dari berat badan sebelumnya, manifestasi mukokotaneius
minor (dermatitis seborhhoic, prurigo, infeksi jamur pada kuku,
ulserasi mukosa oral berulang, cheilitis angularis), herpes zoster
dalam 5 tahun terakhir, dan ISPA berulang
3. Stadium III: pada skala III memperlihatkan adanya kelemahan,
berbaring di tempat tidur 10%, diare kronis dengan penyebab tidak
jelas >1 bulan, demam dengan penyebab yang tidak jelas
(intermitent atau tetap) >1 bulan, kandidiasis oral, oral hairy
leukoplakia, TB pulmoner dalam satu tahun terakhir, dan infeksi
bacterial berat (misal: pneumonia, piomiostitis).
4. Stadium klinis IV: pada skala IV memperlihatkan kondisi yang
sangat lemah, selalu berada ditempat tidur > 50% setiap hari dalam
bulanbulan terakhir disertai HIV wasting syndrome (sesuai yang
ditetapkan CDC), peneumocystis carinii pneumonia (PCP),
encephalitis toksoplasmosis, diare karena cryptosporidiosis >1
bulan, cryptococcosis ekstrapulmoner, infeksi virus sitomegalo,
infeksi herpes simpleks >1 bulan, berbagai infeksi jamur berat
(histoplasma, coccoidioidomycosis), kandidiasis esophagus,
trachea atau bronkus, mikobakteriosis atypical, salmonelosis non
tifoid disertai eptikemia, TB ekstrapulmoner, limfoma maligna,
sarcoma Kaposi’s ensefalopati HIV.
E. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun)
adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan
dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu,
dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang
terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat
sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.
Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh
sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4
helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing,
mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan
tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu,
mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit
yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler
makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml
darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3
tahun setelah infeksi.
F. Komplikasi
Menurut Gunawan (2006), komplikasi dari penyakit HIV/AIDS
menyerang paling banyak pada bagian tubuh seperti:
1. Oral lesi
Lesi ini disebabkan karena jamur kandidia, herpes simpleks,
sarcoma kaposi, HPV oral, gingivitis, periodonitis HIV,
leukoplakia oral, penurunan berat badan, keletihan, dan cacat.
2. Neurologik
Pada neurologik, virus ini dapat menyebabkan kompleks dimensia
AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf, berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfagia, dan isolasi sosial. Enselopaty akut karena
reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis atau ensepalitis. Dengan efek seperti sakit
kepala, malaise demam, paralise, total/parsial, infrak serebral
kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan maranik
endocarditis
3. Gastrointestinatal
Pada gastrointestinal dapat menyebabkan beberapa hal seperti:
diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma kaposi. Dengan efek penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. Hepatitis
karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam atritis. Penyakit anorektal karena abses dan fistula,
ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi dengan
efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
G. Pemeriksaan Peunjang
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV:
a. ELISA
b. Western blot
c. P24 antigen test
d. Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a. Hematokrit.
b. LED
c. CD4 limfosit
d. Rasio CD4/CD limfosit
e. Serum mikroglobulin B2
f. Hemoglobulin
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klinis infeksi HIV/AIDS dikonsentrasikan
pada terapi umum dan terapi khusus serta pencegahan penularan yang
meliputi penderita dianjurkan untuk berisitirahat dan meminimalkan
tingkat kelelahan akibat infeksi kronis, dukungan nutrisi yang adekuat
berbasis makronutrien dan mikronutrien, konseling termasuk
pendekatan psikologis dan psikososial, motivasi dan pengawasan
dalam pemberian antiretroviral therapy (ARV), membiasakan gaya
hidup sehat antara lain dengan berolahraga yang ringan dan teratur,
mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau
orang yang mempunyai banyak pasangan.
Penatalaksanaan HIV/AIDS juga terdiri dari pengobatan,
perawatan/rehabilitasi dan edukasi.
1. Pengobatan
a) Obat Retrovirus
b) Zidovudine (AZT)
: 0,75mg po tid.
2. Rehabilitasi
bertujuan untuk:
kurang berisiko.
c. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
3. Edukasi
I. Cara Penularan
adalah darah, cairan mani, cairan vagina, dan di dalam air susu ibu
darah/produk darah, alat suntik atau alat medis lain (narkoba, tato),
kontak dengan cairan tubuh. Secara lebih terperinci, virus ini dapat
J. Pencegahan
K. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
menggunakan obat-obatan
halusinasi
kering
melakukan ADL
dizziness
kuning
positif
2. Diagnosa Keperawatan
ditransmisikan.
3. Intervensi
Dx 1:
yang patogen.
Rasional:
rumah sakit
Dx 2:
Rasional:
Dx 3:
Rasional:
metabolik
Dx 4:
a. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
Rasional:
3) Mengurangi muntah
Dx 5:
Rasional:
intestinal
Dx 6:
Rasional:
keluarga
sederhana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA