Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan
dari pembekuan darah pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi
berkisar antara 150.00-450.00/ul, rata – rata berumur 7-10 hari kira – kira 1/3
dari jumlah trombosit didalam sirkulasi darah mengalami penghancuran
didalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan jumlah  trombosit
supaya  tetap  normal  di  produksi150.000-450000 sel trombosit perhari. Jika
jumlah trombosit kurang dari30.000/mL,  bisa  terjadi  perdarahan abnormal
meskipun  biasanyagangguan  baru  timbul  jika  jumlah  trombosit  mencapai
kurang  dari10.000/mL.Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau di
dapat, danterjadi  akibat  penurunan  reproduksi  trombosit,  seperti  pada
anemiaaplastik,  mielofibrosis,  terapi  radiasi  atau  leukimia,
peningkatanpenghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu ; toksisitas
obat, ataukoagulasi intravaskuler,  diseminasi  (DIC);  distribusi  abnormal
atausekuestrasi pada limpa ; atau trombositopenia dilusional setelah
hemoragiatau tranfusi sel darah merah.
Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi anti bodi
yangdiinduksi oleh obat seperti yang ditemukan pada quidinin dan emas.
Atauoleh autoantibodi(anti bodi yang bekerja melawan jaringannya
sendiri).Antibodi-antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus
eritematosus,leukimia limfositik kronis, limfoma tertentu, dan purpura
trombositopenik idiopatik (ITP). ITP terutama ditemukan pada perempuan
muda, bermanifestasisebagai trombositopenia yang mengancam jiwa dengan
jumlah trombosityang sering kurang dari 10.000/mm3. antibodi Ig G yang
ditemukan padamembran trombosit dan meningkatnya pembuangan dan
penghancurantrombosit oleh sistem makrofag.
Trombositopenia berat dapat mengakibatkan  kmatian
akibatkehilangan darah atau perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden

1
untuk ITP adalah 50-100 juta kasus baru setiap tahun. Dengan anak
melingkupiseparuh  daripada  bilangan  tersebut.  Kejadian  atau  insiden
immuneTrombositopenia Purpura diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak-ana
dan2 kasus per 100.000 orang dewasa. Tetapi data tersebut dari populasi
atauperkumpulan berbasis pendidikan yang sangat luas. Kebanyakan
kesusutan immune trombositopenia purpura (ITP) yang pada umumnya
terjadi pada anak–anak kurang perhatian medis. Immunetrombositopenia
purpura (ITP) dilaporkan 9,5 per 100.000 orang di mirland.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan ITP?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Dari ITP
2. Mengetahui Etiologi Dari ITP.
3. Mengetahui Jenis Dari ITP.
4. Mengetahui Patofisiologi Dari ITP.
5. Mengetahui Manifestasi Klinis Dari ITP.
6. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang ITP.
7. Mengetahui Penatalaksanaan Medis ITP.
8. Mengetahui Komplikasi Dari ITP.
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan ITP.
D. Manfaat
1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami
pemahaman tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ITP.
2. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang
konsep penyakit yang disebabkan karena ITP yang sesuai dengan standart
kesehatan demi meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat
dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.
3. Mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien ITP dengan baik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura.
Idiopatik artinya penyebabnya tidak diketahui. Trombositopenia artinya
berkurangnya jumlah trombosit dalam darah atau darah tidak mempunyai
platelet yang cukup. Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di dalam kulit,
membrane mukosa atau permukaan serosa. ITP adalah suatu penyakit
perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang
berlebihan
ITP adalah suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya
petekia atau ekimosis di kulit ataupun pada selaput lendir dan adakalanya
terjadi pada berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena
sebab yang tidak diketahui. Trombositopenia  adalah  suatu  kekurangan
trombosit,  yang merupakan bagian dari pembekuan darah. ITP adalah jenis
trombositopenia berat yang dapat mengancam kehidupan dengan jumlah
trombosit < 10.000 mm3  yang ditandai dengan mudahnya timbul memar
serta perdarahan subkutaneus yang multiple. Biasanya penderita
menampakkan bercak-bercak kecil berwarnan ungu. Karena jumlah trombosit
sangat rendah, maka pembentukan bekuan tidak memadai dan konstriksi
pembuluh yang terlukan tidak adekuat.
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie/ekimosis di
kulit maupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah
trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Purpura Trombositopenia
Idiopatika adalah suatu kelainan yang didapat, yang ditandai oleh
trombositopenia, purpura, dan etiologi yang tidak jelas. ITP adalah singkatan
dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui
penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki
keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki lukamemar

3
yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari
Immune Thrombocytopenic Purpura.
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat ppenurunan jumlah
trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. ITP adalah
suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput
lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena
sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8
tahun), lebih sering terjadi pada wanita. ITP adalah salah satu gangguan
perdarahan didapat yang paling umum ITP adalah syndrome yang di
dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam
keadaan sum-sum normal.
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan
yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh
karena adanya penghancuran trombosit secara dini dalam sistem
retikuloendotel akibat adanya autoantibody terhadap trombosit yang biasanya
berasal dari Immunoglobulin G. Adanya trombositopenia pada ITP ini akan
megakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama
dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan
dalam mempertahankan hemostasis normal.
B. Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi
melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel
trombosit mati. Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana
tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam
kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri
atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP,
antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri.
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan
trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada
sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda
asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet

4
dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh
masih belum diketahui. ITP kemungkinan juga disebabkan oleh
hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan atau obat atau bahan
kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan
(misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID),  autoimun.
Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan
sekunder. Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang
atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada  anak-anak) dan kronik bila
lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa).   Selain itu, ITP juga
terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman
keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan Rombositopenia.
Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan
penyakit ini adalah seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah
yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan
rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan
calar atau lebam.
ITP penyebab pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi kemungkinan
akibat dari:
1. Hipersplenisme
2. Infeksi virus
3. Intoksikasi makanan/obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil
butazon, diamokkina, sedormid)
4. Bahan kimia
5. Pengaruh fisi (radiasi, panas)
6. Kekurangan factor pematangan (malnutrisi)
7. Koagulasi intra vascular diseminata CKID
8. Autoimnue.
C. Jenis ITP
1. Akut.
a. Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
b. Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis
(remisi spontan).

5
c. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2. Kronik
a. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis 
b. Awitan tersembunyi dan berbahaya.
c. Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
d. Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
3. Kambuhan
a. Mula-mula terjadi trombositopenia. 
b. Relaps berulang.
c. Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.
D. Patofisiologi
trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang
diakibatkan oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa
emas) atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringnnya
sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga lama hidup
trombosit diperpendek. Seperti kita ketahui bahwa gangguan –gangguan
autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering menyerang
unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait
dengan penyakit ITP, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam
sirkulasi dengan trombosit hospes.
Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak
menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam
sirkulasi bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG
lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang membawa
reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi utama dari
ITP dengan trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae.
Petechiae ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada
membran trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit
dan meningkatkan pembuangan serta penghancuran trombosit oleh sistem
makrofag. Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan
penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler
dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan

6
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan
berdasarkan pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang percobaan
yang menunjukkan kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah
menerima serum ITP. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu dengan ITP, juga sesuai dengan kerusakan yang
disebabkan oleh IgG, karena masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat
juga timbul setelah infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering
timbul tanpa peristiwa pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa
hari atau beberapa minggu.
E. Manifestasi Klinik
1. ITP akut :
a. Hanya 16% yang betul-betul idiopatik.
b. Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat-obatan atau
menarche.
c. Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi trombositopenia
rusaknya megakariosit, juga terjadi perubahan pembuluh darah.     
d. Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum.
e. Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar
2. ITP menahun :
a. Biasanya pada dewasa, terjadi beberapabulan sampai beberapa tahun,
kadang menetap.
b. Permulaan tidak dapat ditentukan, ada riwayat perdarahan menahun,
menstruasi yang lama.
c. Perdarahan relatif lebih ringan.
d. Jumlah trombosit 30.000-80.000/mm3.
e. Biasanya tanpa anemi, lekopeni dan splenomegali
f. Penghancuran trombosit lebih dari normal.
g. Sering terjadi relaps dan remisi yang berulang-ulang
3. ITP recurrent
a. Diantaranya episode perdarahan, trombosit normal dan tak ada
purpura/petechiae dan masa hidup trombosit norma.  
b. Hasil pengobatan dengn kortikosteroid baik.

7
c. Kadang tanpa pengobatan, dapat sembuh sendiri.
d. Remisi berkisar bebrapa minggu sam pai 6 bulan
4. ITP siklik
Menstruasi hebat pada wanita. Secara umum, gambaran klinis ITP adalah:
a. Adanya petechiae, echymose atau perdarahan .
b. Trombositopenia.
c. Megakariosit dalam sumsum tulang normal / bertambah dengan
morfologi abnormal.
d. Splenomegali atau tidak
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan  adalah :
1. Pada pemeriksaan darah lengkap.
Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa:
a. Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome
mycrosyter.
b. Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.  
c. Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya
abnormal.
d. Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
2. Pemeriksaan darah tepi.
Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang
Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali
morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted,
sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa granula).
Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi
merupakan pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. Karena
dengan cara ini dapat ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan
kadang-kadang dapat ditentukan penyebabnya.
G. Penatalaksaan
1. ITP Akut
a. Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.

8
b. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik,
maka berikan kortikosteroid.
c. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan
immunoglobulin per IV.
d. Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
2. ITP Menahun
a. Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon
terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
b. Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
c. Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
d. Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
e. Splenektomi
Indikasi:
1) Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif
selama 2 – 3 bulan
2) Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian
kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
3) Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun
perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa
perdarahan.
Kontra indikasi:
1) Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum
dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah
bening dan thymus)
H. Komplikasi
1. Hemorrhages
2. Penurunan kesadaran
3. Splenomegali

9
I. Asuhan keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan
pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan yaitu
pengkajian, perencanaan, palaksanaan dan evaluasi. Proses keperawatan ini
merupakan  suatu proses pemecahan masalah yang sistimatik dalam
memberikan pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan rencana
keperawatan yang menerangkan kebutuhan setiap klien seperti yang  tersebut
diatas yaitu melalui empat tahapan keperawatan.  
1. Pengkajian
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000
b. Tanda-tanda perdarahan
c. Petekie terjadi spontan
d. Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
e. Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
f. Menoragie
g. Hematuria.
h. Perdarahan gastrointestinal
i. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
j. Aktivitas / istirahat.
k. Gejala :  Keletihan, kelemahan, malaise umum. Toleransi terhadap
latihan rendah.
l. Tanda : Takikardia / takipnea, dispnea pada
beraktivitas / istirahat. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
m. Sirkulasi
n. Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat. Palpitasi (takikardia kompensasi).
o. Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
p. Integritas ego.
q. Gejala : Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan: penolakan transfuse darah.
2. Analisa data

10
Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk
menentukan masalah klien.  Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari
jenis data yang meliputi  data subyek dan dan data obyek.  Data subyek
adalah data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga klien
sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari suatu pengamatan
atau pendapat yang digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan.  Data tersebut juga bisa diperoleh dari keadaan klien yang
tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada.  Untuk perawat
harus jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai  bahan
perbandingan apakah keadaan kesehatan klien sesuai tidak dengan
standart yang sudah ada.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas
tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan.  Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian data.  Demam
menggambarkan tentang masalah kesehatan yang nyata atau potensial dan
pemecahannya membutuhkan tindakan keperawatan sebagai masalah
klien yang dapat ditanggulangi.  
Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus demam tifoid dengan masalah peningkatan suhu tubuh
adalah sebagai berikut: 
a. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan
nutrisi ke sel.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. 
4. Perencanaan/Intervensi
Pada tahap perencanaan ini meliputi penentuan prioritas diagnosa
keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana
tindakan dan mengemukakan rasional dari rencana tindakan.  Setelah itu

11
dilakukan pendokumentasian diagnosa aktual atau potensial, kriteria
hasil dan rencana tindakan.
Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan klien pada dasarnya sesuai dengan masalah
yang  ditemukan pada klien dengan demam tifoid dan hal ini sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ada.  Perencanaan berisi suatu
tujuan pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang akan
digunakan itu untuk mencapai tujuan, kriteria hasil dan rasionalisai
berdasarkan susunan diagnosa keperawatan diatas, maka perencanaan
yang dibuat  sebagai berikut :
a. Dx 1:
1) Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
Rasional : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
2) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang
sesuai dengan kalori.
3) Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap
hari.
Rasional : anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan
penurunan berat badan dan malnutrisi yang serius.
4) Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
5) Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai
dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan
informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien.

b. Dx 2:
1) Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.

12
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan
intervensi.
2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
3) Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang.
Rasional : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral
karena hipoksia.
4) Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas.
Rasional : dispne karena regangan jantung lama / peningkatan
kompensasi curah jantung.
c. Dx 3:
1) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal, catat
laporan kelemahan, keletihan.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.
2) Awasi TD, nadi, pernafasan.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan
paru untuk emmbawa jumlah oksigen ke jaringan.
3) Berikan lingkungan tenang.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh.
4) Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Rasional : hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan
pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah
ditetapkan (sesuai dengan literature). Pelaksanaan adalah inisiatif dari
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.  Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.  Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien

13
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan
kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas
yang dimiliki. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik  jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.  Selama
perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data
dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien.  dan meprioritaskannya.  Semua tindakan keperawatan dicatat ke
dalam format yang telah ditetapkan institusi.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk
melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah
berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk
memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Penilaian sesuai dengan criteria
standart yang telah ditetapkan dengan perencanaan. Meskipun tahap
evaluasi diletakkan  pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan.  Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukan apakah
realistik dapat dicapai dan efektif

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami ataupada
resiko  tinggi  untuk mengalami  insufisiensi  trombosit  sirkulasi. Penurunan
ini dapat disebabkan oleh produksi trombosit yang menurun,distribusi
trombosit yang berubah, pengrusakan trombosit, atau dilusivaskuler. Gejala
dan tanda pada pasien yang menderita penyakit ITP adalah Hidung
mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi Ada darahpada urin dan feses
Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikandapat menjadi tanda ITP.
Termasuk menstruasi yang berkepanjangan padawanita. Pendarahan pada
otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan padaotak dapat menunjukkan
tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yangrendah akan menyebabkan
nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi,atau gejala yang lain. Tindakan
keperawatan yang utama adalah dengan mencegah atau mengatasi perdarahan
yang terjadi.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan bisa mengerti
dan memahami tentang pengertian, penyebab, pencegahan dan pegobatan
dari ITP agar saat menerapkan pada pasien tidak terjadi suatu kesalahan
yang menyebabkan pasien tambah parah atau bahkan bisa mengalami
kematian karena kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Bagi pasien diharapkan mengerti tentang penyebab, pengobatan
dan pencegahan dari ITP, agar pada saat terjadi ITP dapat melakukan
pencegah dini sebelum dilakukan asuhan keperawatan.

15
16

Anda mungkin juga menyukai