Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria
dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita
disbanding pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum
kematian akibat kanker pada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% kanker paru
mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat di diagnosis.
Beberapa bukti menunjukan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan
perut sebelumnya (tuberculosis fibrosis) di dalam paru. Kanker paru mengacu pada lapisan
epithelium saluran nafas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan
kasus kanker paru dapat dicegah kebiasaan merokok dihilangkan.

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, pathway,


patofisiologi, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan.

2. Mahasiswa mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker
paru.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teoritis CA Paru


1. Definisi

Tumor paru adalh tumor ganas pada paru, 95% tumor ganas ini Bronkogenik
karsinoms (Price and Wilson, 1994). Proses kanker paru berasal dari saluran napas sendiri
yang mengalami degenerasi maligna :

a. Sel-sel bronkus
b. Sel-sel alveolus
c. Sel-sel mucus
d. Jaringan ikat diluar pernapasan

Kanker paru karsinoma bronkogenik merupakan sinonim. Bila kita menyebut kanker paru
maka yang dimaksud adalah karsinoma bronkogenik.Kanker paru merupakan abnormalitas
dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru. Tumor paru merupakan keganasan pada
jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).

2. Etiologi
 Timbul secara langsung pada jaringan paru ( kanker paru primer). Dapat
menimbulkan metastasis di beberapa orang lain : otak, tulang, hati.
 Metastasis dari proses keganasan pada orang lain (kanker paru sekunder), seperti :
- Kanker payudara
- Kanker serviks
- Kanker korpus uteri
- Kanker testis
- Kanker hati dan usus
- Kanker tulang
- Kanker tiroid

Etiologi pasti belum diketahui.

2
Ada beberapa faktor yang dianggap berpengaruh:

 Inhalasi jangka panjang bahan karsiogenik ( 15-20 th)


- Asap rokok/ merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat ( lebih dari dua puluh batang sehari)
dari kanker paru ( karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderungan sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaanya akan kembali ke
pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar sepuluh tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
- Paparan industri; asbes, uranium, kromat, arsen (insektisida), seni dan oksida besi
(Iradiasi).
 Kanker paru akibat kerja
 Predisposisi hubungan keluarga/ras
 Polusi udara.
 Diet / konsumsi bahan pengawet
 Jaringan paru paru : TB paru, infark paru
(thomson, catatan kuliah patologi, 1997).

3. Manifestasi klinis

Kanker paru primer dengan gejala tidak berbeda dengan TB paru, hanya saja :

 Kemunduran kondisi pasien berjalan cepat, misalnya : batuk-batuk selama 1


bulan, berat badan turun > 5kg, nyeri dada/ sesak nafas
 KU mundur secara cepat
 Tidak selalu dimulai dengan batuk, bisa dimulai dengan nyeri dada ataupun
kemunduran keadaan umum, penurunan BB, dan sebagainya.
 Salah satu ciri yang agak khas yaitu timbulnya nyeri dada maupun pada
tempat-tempat metastase
 Nyeri pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura atau penumonia
 Batuk darah merupakan gejala umum lainya
 Stridor lokal atau dispnea ringan mungkin diakibatkan obstruksi bronkus

3
 Pembengkakan jari-jari

Karsinoma In Situ :

 Sama sekali belum ada metastasis atau perubahan invasif


 Proses keganasan masih terbatas pada mukosa bronkus dan belum menembus
membran basalis

Pancoast’s Tumor

 Semua kanker paru berlokasi diawal apeks yang disertai nyeri bahu ataupun
lengan
 Diakibatkan oleh invasi proses maligna ke jaringan disekitarnya, yaitu :
tulang iga, pleksus brakialis, KGB.
 Kadang-kadang disertai dekstruksi tulang-tulang setempat, atropi otot lengan,
edema lengan, gangguan sensori atau motoris.

4
4. Pathway

Asap tembakau Radiasi Perokok Pasif Pemajanan Okupasi Polusi Udara

Adeno Karsinoma Karsinoma Sel Skuamosa Karsinoma Sel Bronkial Alveolar

Bronkus mengandung Perubahan epitel bronkus Penimbunan Toksin

Mukus

Metaplasia, displasia

Timbul pada bagian perifer Bronkus besar Respon umum tubuh

segmen bronkus
menghasilkan sputum

Fibrasi intertisial Perubahan struktur alveoli Kehilangan fungsi silia

Lesi dan melebarnya Gangguan suplai O2 kehilangan fungsi silia


pembuluh darah

pembuluh darah Kerusakan pertukaran gas Peningkatan jumlah sekret

jalan napas ketidakefektifan

5
5. Komplikasi
1. Efusi pleura ganas
2. Sindroma vena cava superior
3. Obtruksi bronkus
4. Invasi ke dinding dada
5. Hemoptisis
6. Kompresi esofagus
7. Metastasis ke tulang, otak, ginjal, dan hati
8. Kompresi sumsum tulang → ES kemotrapi

6. Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.

a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.

b. Pneumonektomi pengangkatan paru


Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.

c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).


Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.

d. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

6
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru –paru
berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.

2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

3. Kemoterapi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk


menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

a. Karsinoma jenis karsinoma sel kecil (small cell lung cancer/SCLC)


 Dianjurkan kombinasi radiotherapi saja atau dengan kombinasi
kemotherapi
 Tidak di anjurkan reseksi
 Kemotherapi dapat dalam 1 obat saja atau kombinasi yaitu CAV
(cyclophosphamide+adriamycin + vinkristine)
b. Karsinoma paru jenis karsinoma bukan sel kecil (non small cell lung cancer /
NSCLC)
 Pembedahan ditujukan untuk stadium I, II< dan beberapa pada kasus
stadium IIIa
 Tergantung apakah tumor masih bisa direseksi
 Selanjutnya akan dipilih kombinasi radiotherapi kemotherapi atau
kemotherapi saja.

7
B. Pemeriksaan penunjang

1. Radiologi

a) Foto thorak posterior-anterior (PA) dan leteral serta tomografi dada.


Merupakan pemeriksaan awal sedehana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan
massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, etelektasis erosi tulang rusuk
atau vertebrata.
b) Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium

a) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).


Dilakukan untuk mengkaji adanya/tahap karsinoma
b) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat di lakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru)

3. Histopatologi

a) Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b) Biopsi trans torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya prifer dengan ukuran
<2cm sensitivitasnya mencapai 90-95%.
c) Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
a. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.

8
d) Torakotomi
Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam
prosedur non invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan

a) CT –scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura


b) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama klien, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, dan alamat klien.
b. Riwayat Kesehatan.
1) RKS
 Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuk darah
 Malaise
 Anoreksia
 Badan makin kurus
 Sesak napas pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang makin
luas
 Nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik
2) RKD
 Terpapar asap rokok
 Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisida), besi dan oksida besi
 Konsumsi bahan pengawet.
3) RKK
 Riwayat keluarga
c. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan cairan
Kehilangan nafsu makan, mual/ muntah, kesulitan menelan mengakibatkan
kurangnya asupan makanan, kurus kerempeng, penurunan BB, rasa haus.
2) Eliminasi
Diare, peningkatan frekuensi, jumlah urine.
3) Higiene/ pemeliharaan kesehatan

9
Kebiasaan merokok, konsumsi bahan pengawet. Penurunan toleransi dalam
melakukan aktivitas personal higiene.
4) Aktivitas/ istirahat
Kesulitas beraktivitas, mudah lelah, susah untuk istirahat, nyeri, sesak,
kelesuan, insomnia.
d. Pengkajian fisik
1) Integumen
 Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau
ujung jari/ dasar kuku menandakan penurunan perfusi perifer.
2) Kepala dan leher
 Peningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea
3) Telinga
 Biasanya tidak ada kelainan
4) Mata
 Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan nutrisi
5) Muka, hidung, dan rongga mulut
 Pucat atau sianosis bibir/ mukosa menandakan penurunan perfusi
 Ketidakmampuan menelan
 Suara serak
6) Thoraks dan paru-paru
 Pernapasan takipnea (50/ menit atau lebih pada saat istirahat)
 Napas dangkal
 Penggunaan otot aksesori pernapasan
 Batuk kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan atau tanpa sputum.
 Peningkatan fremitus, krekels inspirasi atu ekspirasi.
7) Sistem CV
 Frekuensi jantung mungkin meningkat/ takikardia (150/ menit atau lebih
pada saat istirahat)
 Bunyi gerakan perikardial ( pericardial effusion)
8) Abdomen
 Bising usus meningkat/ menurun
9) Sistem urogenital
 Peningkatan frekuensi atau jumlah urine

10
10) Sistem reproduksi
 Ginekomastia, amenorhea, impotensi
11) Sistem limfatik
 Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak (metastase)
12) Sistem muskuloskeletal
 Penurunan kekuatan otot
 Jari-jari tabuh (clubbing fingers)
13) Sistem persyarafan
 Perubahan status mental/ kesadaran: apatis, letargi, bingung, disorientasi,
cemas dan depresi, kesulitan berkonsentrasi.

Data Psikologis

Kegelisahan, pertanyaaan yang diulang –ulang, perasaan tidak berdaya, putus asa,
emosi yang labil, marah dan sedih.

Pemeriksaan diagnostic

1). Pemeriksaan non invansif

 Sinar X ( PA dan lateral ), tomografi dada: menggambarkan bentuk, ukuran, dan


lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, efusi pleural,
atelaktasis, erosi tulang rusuk atau vertebra.
 Pemeriksaan sitologi ( sputum , pleural , atau nodus limfe ): dilakukan untuk
mengkajin adanya tahap karsinoma.
 Mediastinostik; digunakan untuk per tahapan karsinoma.
 Scan radioissotop; dapat dilakukan pada paru, hati, otak, tulang dan organ lain untuk
bukti metastis.
 Pemeriksaan fungsi paru dan GDA; dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi pasca operasi
2). Pemeriksaan invasif
 Bronkoskopi dan biospi dan penyikatan mukosa bronkus serta pengambilan bilasan
bronkus yang kemudian diperiksa secara patologianatomik. Bronkoskopi serat
optik : memungkinkan visualisasi , pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi
( besarnya karsinoma brokogenik dapat dilihat )
 Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau CT Scan

11
 Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen, nodus limfe , atau pleura untuk membuat
diagnose
 Tes kulit,jumlah obsolut limfosit: dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi
imun ( umum pada kangker paru ).

2.Diagnosa keperawatan

a.Kerusakan pertukaran gas B.d hipoventilasi

b.Ketidak efektifan bersihan jalan nafas B.d peningkatan jumlah/viskositas secret, sekresi
darah

c.Nyeri akut B.d invasi sel kangker

d.ketakutan/ ansietas B.d ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman kematian

e.Perubahan nutrisi : < kebutuhan tubuh B.d peningkatan kebutuhan metabolik, anoreksia,
kesukaran menelan.

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan / kriteria intervensi Rasional


. hasil
I. Kerusakan pertukaran Tujuan : setelah 1.Catat frekuensi 1. pernapasan
gas berhubungan dengan dilakukan kedalaman meningkat
hipoventilasi intervensi pernapasan, sebagai akibat
keperawatan, klien observasi nyeri atau sebagai
menunjukan penggunaan otot mekanisme
perbaikan bantu kompensasi awal
pertukaran gas pernapasan , terhadap
dengan kriteria napas bibir , kerusakan
hasil : perubahan kulit/ jaringan paru
- Klien akan membran
menunjuka mukosa, misalnya
n hasil pucat, sianosis.
GDA 2. konsolidasi dan
dalam 2. Auskultasi paru berkurangnya
rentang aliran udara pada

12
batas 3. selidiki sisi menunjukan
normal perubahan status area paru yang
- Kulit akan mental / tingkat terlibat
bebas dari kesadaran
gejala 3. dapat
distress 4. pertahankan menunjukan
pernapasan kepatenan jalan peningkatan
- Klien akan napas dengan hipoksia atau
memperlih pemberian posisi, komplikasi seperti
atkan penghisapan, dan pergeseran
perbaikan penggunaan alaty mediastinal bila
status bantu pernapasan disertai dengan
mental 5. ubah posisi takiepnea ,
dengan sering, takikardia,deviasi
tempatkan pasien trakea.
dalam posisi
duduk , dan atau 4. obstruksi jalan
berbaring. napas
6. dorong / bantu mempengaruhi
latihan napas ventilasi dan
dalam. menganggu
7. kaji respon pertukaran gas.
klien terhadap
aktivitas, dorong 5. memaksimalkan
periode istirahat ekspansi paru dan
atau batasi drainase sekret
aktivitas ses
toleransi klien. 6.meningkatkan
ventilasi dan
oksigenasi
8. berikan oksige Maksimal
tambahan dengan mencegah
humidifikasi atelaktasis.
sesuai indikasi.

13
7. peningkatan
9. pantau AGD. konsumsi
Oksimetri nadi , kebutuhan oksigen
catat kadar Hb. dan stress
mengakibatkan
peningkatan
dispnea dan
perubahan tannda
vital.

8.memaksimalkan
sedian oksigen
.
9. penurunan PO2
atau peningkatan
PCO2 dapat
menunjukkan
kebutuhan untuk
dukungan
ventilasi,
kehilangan darah
bermakna dapat
mengakibatkan
penurunan
kapasitas
pembawa oksigen.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.auskultasi dada 1.pernapasan


bersihan jalan napas intervensi untuk bising, ronki dan
berhubungan dengan keperawatan klien karaktreristik mengi
peningkatan jumlah / menunjukkan bunyi napas dan menunjukkan
viskositas sekret, sekresi kepatenan jalan adanya sekret. tertahannya sekret
darah. napas dengan atau obstruksi
kriteria hasil: 2. bantu klien dan jalan napas.
14
- klien akan intruksikan untuk - posisi duduk
menunjukkan napas dalam dan memungkinkan
bunyi napas batuk efektif ekspansi paru
bersih, bebas dengan posisi maksimal dan
bising/ bunyi duduk tinggi dan penekanan upaya
tambahan. menekankan area bantu membantu
- klien akan iritasi. untuk
melaporkan sekret memobilisasi/mem
mudah 3. observasi buang sekret.
dikeluarkan. jumlah dan
karakter sputum

4. lakukan 3. adanya sputum


pengisapan bila yang kental,
batuk lemah atau berdarah , purulen
ronki tidak hilang memerlukan
dengan upaya pengobatan lebih
batuk. Hindari lanjut.
pengisapan
EET/OTT yang 4. pengisapan
dalam pada klien meningkantkan
pnemonektomi resiko hipoksia
bila mungkin. dan kerusakan
mukosa.
5. dorong Pengisapan trakeal
masukan cairan dalam secara
peroral umum
(sedikitnya 2500 kontrindikasi pada
ml/hari) dalam klien
toleransi jantung pnemoknektomi
. untuk menemukan
6. kaji nyeri/ resiko ruptur
ketidaknyamanan jahitan bronkial

15
dan lakukan
latihan 5. hidrasi adekuat
pernapasan untuk
meningkatkan
7. gunakan pengeluaran
oksigen sekret.
humadifikasi /
nebulizer 6. mendorong
ultrasonik. klien untuk
Berikan cairan bergerak, batuk
tambahan secara lebih efektif , dan
iv sesuai indikasi. napas dalam untuk
mencegah
8. berikan kegagalan
bronkodilator, pernapasan
ekspektoran , atau
analgesik sesuai 7. memberikan
indikasi. hidrasi maksimal
membantu
pengenceran
sekret.
8. menghilangkan
spasme bronkus
untuk
memperbaiki
aliaran udara,
meningkatkan
upaya pengeluaran
sekret melalui
pengenceran dan
penurunan
viskositas serta
penghilangan
ketidaknyamanan.
16
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

17
Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada
pria dan wanita. Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami
proliferasi dalam paru. Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price,
Patofisiologi, 1995). Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran nafas.
Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus kanker paru
dapat dicegah kebiasaan merokok dihilangkan.

b. Saran

1. Diharapkan pada teman-teman agar memberi motivasi dalam penyusunan


makalah ini.

2. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan agar dalam penyusunan
makalah berikutnya dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner&suddarth

18
19

Anda mungkin juga menyukai