Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERANG DIPONEGORO

DI SUSUN OLEH
M. DWI SAFIKRI
KELAS : VIII E

SMP NEGERI 8 METRO


TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

                                                                           
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang diponegoro disebut juga perang Jawa. Sebab-sebab yang
menimbulkan perang Diponegoro itu adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi
di kalangan keraton Yogyakarta maupun di daerah wilayahnya sebagai akibat
ikut campurnya kekuasaan asing dalam tata pemerintahan kerajaan. Sedang
pemimpin peperangan tersebut adalah putera Sultan Hamengku Buwono III
raja Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro. Adapun daerah-daerah yang
bergejolak dapat dikatakan hamper meliputi semua daerah kerajaan. Mataram
yaitu kerajaan besar di Jawa pada abad XVII-XVIII. Karena itu tidak
mengherankan apabila perang Diponegoro ini juga disebut perang Jawa. Dan
salah satu sebab pecahnya perang Diponegoro sejak tahun 1825 hingga tahun
1830 itupun tidak lain karena Kompeni atau kekuasaan Belanda pada waktu
itu ikut campur dalam pemerintahan kerajaan Yogyakarta. Hal itu dirasa oleh
Pangeran Diponegoro sangat bertentangan dengan adat pemerintahan keraton.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Pangeran Diponegoro?
2. Apa saja yang menyebabkan meletusnya perang Diponegoro?
3. Bagaimana jalannya perang Diponegoro?
4. Bagaimana akhir perang Diponegoro?

C. Tujuan penulisan makalah


1. Mengetahui siapa pangeran Diponegoro.
2. Mengetahui sebab-sebab meletusnya perang Diponegoro.
3. Mengetahui jalannya perang Diponegoro.
4. Mengetahui akhir perang Diponegoro.
BAB II
PEMBAHASAN

Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-


1830 di dareah jawa tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi antara
Belanda penduduk pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.

A. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro (1785-1855) adalah putra Sultan Hamengkubuwono
III dari selir Raden Ayu Mengkarawati-putri Bupati Pacitan. Semenjak kecil,
diasuh oleh neneknya, Ratu Ageng di Tegalrejo. Sebuah tempat tinggal yang
terpencil yang letaknya beberapa kilometer dari istana Yogyakarta.Disana dia
memasuki lingkungan-lingkungan pesantren dan tidak mau menghadap istana
yang tidak disukainya karena banyak persengkongkolan, kemerosotan akhlak,
pelanggaran susila, dan pengaruh barat yang bersifat merusak.
(Ricklefs,1999:177-).
Sekitar tahun 1805 pangeran diponegoro mengalami sebuah kejadian
spiritual ,dia bermimpi bahwa dia adalah calon raja yang mempunyai tugas bahwa
dia harus memasuki zaman kehancuran yang harus mensucikanya. Setelah 20
tahun menantikan wkatu yang baik,sementara situasi di jawa bertambah buruk .
Pada tahun 1820 mulai terjadi pemberontakan –pemberontakan kecil
(Ricklefs,1999:177).

B. Sebab-sebab
Melihat situasi Jawa yang penuh dengan penderitaan,dengan rakyat
dibebani dengan kewajiban membayar pajak. Serta harus memenuhi kebutuhan
orang Belanda dan para bangsawan yang menjadi kaki tangan belanda. Hal
tersebut membuat Pangeran Diponegoro menjadi tidak tahan melihat situasi
tersebut. Selain itu ,Belanda pada masa itu ikut campur dalam urusan pemerintah
istana,seperti penobatan Sultan Yogyakarta. Setelah Sultan Hamengkubuwono IV
wafat,Belanda mengangkat putra mahkota,yaitu Jarot sebagai sultan Yogyakarta,
Padahal usianya pada saat itu baru tiga tahun. Sultan hanya dijadikan sebagi
simbol pemerintahan saja. Selanjutnya dalam pemerintahan istana Yogyakarta
diatur oleh Residen Smissert.
Pada bulam Mei 1825, sebuah jalan dibangun didekat Tegalrejo pihak
belanda yang membuat jalan dari Yogyakarta ke Magelang melalui Tegalrejo
tanpa persetujuan dari pangeran diponegoro. Pangeran diponegoro dan masyarakat
merasa tersinggung dan marah karena Tegal rejo adalah tempat makam dari
leluhur Pangeran Diponegoro (Junaidi ,2007:85). Selain itu pembutan jalan
tersebut pembangunan tersebut akan menggusur banyak lahan. Hal inilah yang
menjadi titik tolak terjadinya perang Diponegoro . Untuk menyelesaikan masalah
tanah itu, sebenarnya Residen Belanda, A.H.Smisaert mengundang Pangeran
Diponegoro untuk menemuinya. Namun undangan itu ditolak mentah-mentah
olehnya.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan pematokan di daerah
yang dibuat jalan. Pematokan sepihak tersebut membuat Pangeran Diponegoro
geram, lalu memerintahkan orang-orangnya untuk mencabuti patok-patok itu.
Melihat kelakuan Pangeran Diponegoro, Belanda mempunyai alasan untuk
menangkap Diponegoro dan melakukan tindakan. Tentara meriam pun
didatangkan ke kediaman Diponegoro di Tegalrejo. Pada tanggal 20 Juli 1825
perang Tegalrejo dikepung oleh serdadu Belanda.
Akibat serangan meriam, Pangeran Diponegoro besrta keluarganya
terpaksa mengungsi karena ia belum mempersiapkan perang. Mereka pergi
menyelamatkan diri menuju ke barat hingga ke Desa Dekso di Kabupaten
Kulonprogo, lalu meneruskan kearah selatan sampai ke Goa Selarong. Goa yang
terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul ini, kemudian
dijadikan sebagai basis pasukan.

C. Jalanya Perang
Dalam persembunyianya Pangeran Diponegoro menghimpun kekuatan. Ia
mendapat banyak dukungan dari beberapa bangsawan Yogyakarta dan Jawa
Tengah yang kecewa dengan Sultan maupun Belanda . Lima belas dari dua puluh
sembilan pangeran bergabung dengan Diponegoro, demikian pula empat puluh
satu dari delapan puluh bupati. Salah satu bangsawan pengikut Diponegoro adalah
Sentot Prawirodirjo seorang panglima muda yang tangguh di medan tempur.
Komunitas agama bergabung dengan Diponegoro , yang diantarana adalah Kiai
Mojo yang menjadi pimpinan spiritual pemberontakan tersebut. Rakyat pedesaan
juga bertempur di pihak Diponegoro dan memebantu pasukan-pasukannya apabila
mereka tidak sanggup bertempur lagi.
Awalnya pertempuran dilakukan terbuka dengan pengerahan pasukan-
pasukan infantri, kavaleri, dan artileri oleh Belanda. Pihak Diponegoropun
menanggapi dan berlangsunglah pertempuran sengit di kedua belah pihak. Medan
pertempuran terjadi di puluhan kota dan di desa di seluruh Jawa. Jalur-jalur
logistik juga dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong
keperluan perang. Belanda menyiapkan puluhan kilang mesiu yang dibangun di
hutan-hutan dan dasar jurang. Mesiu dan peluru terus diproduksi saat peperangan
berlangsung. Selain itu Belanda juga mengarahkan mata-mata utuk mencari
informasi guna menyusunn setrategi perang.
Selanjutnya Diponegoro beserta pengikutnya mengunakan strategi gerilya,
yakni dengan cara berpencar, berpindah tempat lalu menyerang selagi musuh
lengah. Setrategi ini sangat merepotkan tentara Belanda. Belum lagi Pangeran
Diponegoro mendapat dukungan rakyat. Awlanya sendiri peperangan banyak
terjadi di daerah barat kraton Yogyakarta seperti Kulonprogo, Bagelen, dan
Lowano (Perbatasan Purworejo-Magelang). Perlawanan lalu berlanjut kedaerah
lain: Gunung kidul, Madiun, Magetan, Kediri, dan sekitar Semarang.
Serangan-serangan besar dari pendukung Diponegoro biasanya dilakukan
pada bulan-bulan penghujan karena hujan tropis yang deras membuat gerakan
pasukan Belanda terhambat. Selain itu, penyakit malaria dan disentri turut
melemahkan moral dan fisik pasukan ,Belanda kewalahan menhadapi perlawanan
Diponegoro. Diponegoro sempat mengalami kekalahan besar pada bulan Oktober
1826 ketika dipikul mundur di Surakarta . Meskipun demikan , pada akhir tahun
1826 pasukan-pasukan pemerintah Belanda nampak tidak dapat maju lagi, dan
Diponegoro masih menguasai berbagai wilayah pedalaman Jawa tengah.
Berbagai langkah –langkah sudah di coba pihak Belanda diantaranya, ada
bulan Agustus 1826 pihak Belanda memulangkan sultan Hamengkubuwono II
yang sudah berusia lanjut dari tempat pengasingan Ambon dan mendudukanya
lagi diatas tahta Yogyakarta (1826-1828). Tetapi langkah ini sama sekali gagal
mendorong rakyat Jawa supaya tidak lagi mendukung pemberontakan.
(Ricklefs,1999:179)

D. Akhir Perang Diponegoro


Pada tahun 1827 pemerintah Hindia Belanda menerapkan setrategi jitu
untuk mematahkan perlawanan gerilya ini. Menghadapi perlawanan
tersebut,Belanda menerapkan strategi Benteng Stelsel (sistem Benteng) ats perinta
Jendral De Kock.Dengan siasat ini, Tentara Belanda mendirikan benteng di setiap
daerah-daerah yang dikuasainya dan diantara benteng-benteng itu dibuat jalan
raya. Akibatnya ,pasukan Diponegoro mengalami kesulitan karena hubungan
antar pasukan dan rakyat menjadi sulit. Rakyat dihasut dan di adu domba dengan
politik Devide et empera. Kekeutan pasukan Diponegoro pun semakin lemah
karena banyak pemimpin yang gugur,tertangkap, atau menyerah.
Pembelotan dan jumlah tawanan dari pihak pemberontak semakin
meningkat. Pada bulan April 1829 Kiai Mojo berhasil ditangkap. Pada bulan
september 1829 paman Diponegoro,pangeran mangubumi dan panglima utamanya
sentot, keduanya menyerah. Selanjutnya Sentot dimanfaatkan oleh Belanda untuk
menjalankan tugas untuk melawan kaum padri di sumatera,sedangkan
Mangkubumi diangkat sebagai salah satu dari pangeran-pangeran yang paling
senior dari Yogyakarta. Akhirnya ,pada bulan Maret 1830 Diponegoro bersedia
untuk berunding di Magelang. Namun setibanya disana dia di tangkap. Pihak
Belanda mengasingkanya ke Manado dan kemudian ke Makasar, Dimana dia
wafat pada tahun 1855. Pemberontakan akhirnya berakhir, di pihak Belanda
perang ini telah menelan setidaknya 8000 serdadu Belanda dan di pihak pribumi
sekitar 2000.000 tewas sehingga penduduk Yogyakarta habis hampir separuhnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-
1830 di dareah jawa tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi antara
Belanda penduduk pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Perang ini
disebabkan pihak Belanda membangun jalan dari Yogyakarta ke Magelang yang
melewati makam lelehur pangeran Diponegoro. Dalam peperangan yang
berlangsung selama lima tahun ini dimenangkan oleh pihak belanda. Setelah
kekalahan tersebut pangeran Diponegoro di tangkap dan di asingkan ke Manado
dan dipindahkan ke Makassar sampai beliau wafat tanggal 8 januari 1855. Perang
ini juga mengakibatkan banyak korban tewas dari pihak Belanda maupun pribumi.

B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana
susahnya pejuang Indonesia zaman dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta
maupun nyawa. Janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam
membela Indonesia dan semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur dari mereka
DAFTAR PUSTAKA

Al Ansori, Junaedi.2007. Sejarah Nasional Indonesia Masa Prasejarah Sampai


Proklamasi kemerdekaan, Jakarta: PT Mapan.

Ricklefs,M.C.1999. Sejarah Indonesia Modern,Yogyakarta : Gajah Mada


University Press.

Kartodirdjo,A .Sartono. 1973.Sejarah Perlawanan-perlawana Terhadap


Kolonialisme,Yogyakarta:Gramedia

Anda mungkin juga menyukai