Anda di halaman 1dari 21

Makalah Kecenderungan Issuse Global

“Pratik Management Patient Safety : Sasaran Keselamatan Pasien”.

OLEH:

KELOMPOK III

1. MARGARETA NITA NOVIANTI (1904261)


2. NUR HAMIDA SISLIYADA (1904262)
3. NURFITRI AKBAR RISQI (1904264)
4. NURPADILAN (1904265)
5. NURTINA (1904266)
6. NURUL NOVITASARI (1904267)
7. PUJI ABRI RIANI USMAN (1904268)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai mata kuliah Kecenderungan Issuse
Global dengan judul “Pratik Management Patient Safety : Sasaran Keselamatan
Pasien”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, 5 Oktober 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................3

A. Latar Belakang.........................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Masalah.......................................................................................5
D. Manfaat Masalah.....................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................6

A. Keselamatan Pasien (Patient Safety).......................................................6


B. Identifikasi pasien....................................................................................7
C. Pengetahuan ..........................................................................................11
D. Kepatuhan .............................................................................................15

BAB III PENUTUP...........................................................................................18

A. SIMPULAN...........................................................................................18
B. SARAN..................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm/ cedera yang
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/ sosial/ psikologis, cacat, kematian
dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan (KKP-RS, 2010).
Selanjutnya, seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Pasal 1 menyebutkan bahwa
Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan IOM (Institute of Medicine) di
Amerika Serikat pada tahun 2000, diterbitkan laporan “TO ERR IS HUMAN,
Building a Safer Health System” yang memuat 2 penelitian di rumah sakit,
dimana ditemukan angka KTD (Kejadian Tidak Diharapkan / Adverse Event)
sebesar 2,9 % dan 3.7% dengan angka kematian 6.6% dan 13.6%. Dengan angka
pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33.6 juta per tahun, didapat
angka kematian akibat KTD berkisar 44.000 – 98.000 pe tahun (Sukasih & Toto,
2011).
Di Indonesia berdasarkan laporan pada tahun 2010, Provinsi Jawa Barat
menempati urutan pertama mengenai KTD sebesar 33,33%, Banten dan Jawa
Tengah 20%, DKI Jakarta 16,67%, Bali 6,67%, Jawa Timur 3,33%. Berdasarkan

3
penyebab kejadian lebih dari 70% diakibatkan oleh tiga hal yaitu masalah
prosedur, dokumentasi dan medikasi (KKP-RS, 2010). Kelalaian prosedur yang
menjadi salah satu penyebab terbesar KTD Internasional maupun Nasional
berkaitan erat dengan manajemen pasien safety Sasaran IV (Kepastian Tepat
Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi) yang menjadi penyumbang
terbesar tuduhan / laporan “mal praktek” seperti pada kasus Klinik
Muhammadiyah - Kalimantan Timur dimana proses operasi sterilisasi berujung
kelumpuhan.
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu
ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar
keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di
Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya. Sasaran Keselamatan Pasien ini
mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient
Safety yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). Hal
tersebut untuk menghindari kerugian di kedua belah pihak, baik kerugian materil
(seperti: tuntutan hukum / ganti rugi bagi rumah sakit dan biaya perawatan yang
besar bagi pasien karena rawat inap yang lama) maupunn kerugian imateril
(seperti: praktisi kesehatan menjadi kurang percaya diri karena menjadi sorotan
publik dan kredibilitas RS menjadi buruk serta bagi pasien bisa mengakibatkan
kecemasan, depresi, kecacatan bahkan kematian) sehingga pentingnya
manajemen Keselamatan pasien (patient safety) dalam mencegah terjadinya
insiden atau cedera yang dapat merugikan baik secara materil maupun immateril
bagi pasien, praktisi kesehatan maupun pihak Rumah Sakit yang berkaitan
dengan kelalaian prosedur (KKP-RS, 2010).

4
A. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
sasaran apa saja yang bisa menunjang keselamatan pasien?
B. Tujuan
Mengidentifikasi macam-macam sasaran keselamatan pasien
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan informasi atau pertimbangan bagi institusi pelayanan kesehatan
untuk validasi standar dan pedoman manajemen pasien safety sehingga bisa
membangun kepercayaan diri praktisi kesehatan dan meningkatkan kualitas
pelayanan klien di rumah sakit.
2. Bagi Praktisi Kesehatan
Dengan validasi standard dan pedoman terbaru, praktisi kesehatan utamanya
Perawat semakin percaya diri dalam praktik klinis serta bekerja sesuai SOP
sehingga dapat mencegah terjadinya insiden atau cedera yang dapat
merugikan baik secara materil maupun immaterial bagi praktisi kesehatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai literatur otentik serta bahan masukan dalam ilmu pengetahuan yang
dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan pelaksaan
manajemen pasien safety
.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Keselamatan Pasien (Patient Safety)

1. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO).


Keselamatan pasien menurut Sunaryo (2009) adalah ada tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien di
rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien pelaporan dan analisis insiden.
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan pencegahan terjadiya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI, 2011).

2. Tujuan Keselamatan Pasien

Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu (Depkes RI, 2011) :


a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

6
d. Terlaksananya program–program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)

3. Standar Keselamatan Pasien

Pentingnya akan keselamatan pasien dirumah sakit, maka dibuatlah standar


keselamatan pasien dirumah sakit. Standar keselamatan pasien dirumah sakit
ini akan menjadi acuan setiap asuhan yang akan diberikan kepada pasien.
Menurut Depkes RI, (2011) ada tujuh standar keselamatan pasien yaitu:

a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien daam kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

B. Identifikasi Pasien

1. Definisi Identifikasi Pasien

Identifikasi merupakan penerapan atau penentu atau ciri – ciri atau keterangan
lengkap seseorang (Hamzah, 2008). Identifikasi pasien adalah suatu upaya

7
atau usaha yang dilakukan dalam sebuah pelayanan kesehatan sebagai suatu
proses yang bersifat konsisten, prosedur yang memiliki kebijakan atau telah
disepakati, diaplikasikan sepenuhnya, diikuti dan dipantau untuk mendapatkan
data yang akan digunakan dalam meningkatkan proses identifikasi (Joint
Commission International, 2007).

2. Maksud dan Tujuan identifikasi Pasien

Rumah sakit terus mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki


atau meningkatkan ketelitian dalam melakukan identifikasi pasien. Sasaran
keselamatan pasien (SKP) bertujuan untuk mendorong peningkatan spesifik
dalam keselamatan pasien, menjadi salah satu area bermasalah dalam
pemberian pelayanan kesehatan dan menguraikan solusi atas permasalahan
ini. Adapun usaha yang dilakukan yaitu dengan menerapkan 6 sasaran
keselamatan pasien.Identifikasi pasien menjadi salah satu bagian dari enam
sasaran keselamatan pasien yang sangat penting dalam keberhasilan serta
dalam mencegah masalah-masalah yang timbul akibat kesalahan tindakan,
pemberian obat, dan pelayanan yang diberikan.

3. Elemen identifikasi pasien

Dalam mengidentifikasi pasien terdapat beberapa elemen penilaian antara


lain:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomer kamar atau lokasi pasien
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau
prosedur

8
e. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.

4. Strategi Dalam Identifikasi Pasien

Dalam mengidentifikasi pasien terdapat beberapa elemen penilaian antara


lain:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomer kamar atau lokasi pasien
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau
prosedur

Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten


pada semua situasi dan lokasi

Kegagalan yang sering terjadi pada saat melakukan identifikasi pasien akan
mengarah kepada tindakan dalam pemberian obat, pelaksanaan prosedur,
pemeriksaan klinis pada orang yang salah. Dalam rangka meminimalkan
risiko tersebut WHO Collaborating Center for Patient Safety Solusions
menerbitkan Sembilan solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit (World
Health Organization, 2007), dimana pada solusi ke dua adalah identifikasi
pasien. Strategi yang ditawarkan dalam identifikasi pasien yaitu:

a. Pastikan bahwa organisasi kesehatan memiliki system identifikasi pasien

9
1) Menekankan bahwa tanggung jawab perawat sebelum melakukan
perawatan, pengobatan, pengambilan specimen atau pemeriksaan
klinis harus memastikan identitas pasien secara benar.

2) Mendorong penggunaan setidaknya dua identitas (nama dan tanggal


lahir)

3) Standarisasi pendekatan untuk identifikasi pasien antara fasilitas yang


berbeda dalam sistem perawatan kesehatan

4) Menyediakan protokol yang jelas untuk mengidentifikasi pasien dan


untuk membedakan identitas pasien dengan nama yang sama

5) Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam semua tahapan proses


perawatan di rumah sakit

6) Mendorong pemberian label pada wadah yang digunakan untuk


pengambilan darah dan specimen lainnya

7) Menyediakan protokol yang jelas untuk menjaga identitas sampel


pasien pada pra- analitis, analitis dan proses pasca analitis.

8) Menyediakan protokol yang jelas untuk mempertanyakan hasil


laboratorium atau temuan tes lain ketika mereka tidak konsisten
dengan riwayat klinis pasien

9) Menyediakan pemeriksaan berulang dan review dalam rangka untuk


mencegah multiplikasi otomatis dari kesalahan entry pada computer.

b. Memasukkan ke dalam program pelatihan atau orientasi tenaga kesehatan


tentang prosedur pemeriksaan/ verifikasi identitas pasien

10
5. Akibat Kesalahan Identifikasi Pasien

Kesalahan identifikasi pasien adalah adanya ketidakcocokan antara pasien


yang terkait dengan identifikasi pasien yang akan mendapatkan pelayanan
atau perawatan. Kesalahan identifikasi memiliki potensi untu menimbulkan
kejadian adverse events atau kejadian tidak diharapkan (KTD), near miss atau
kejadian nyaris cidera (KNC), kejdian potensi cidera(KPC), dan kejadian
tidak cidera (KTC). (Australian on Safety and Quality in Health Care, 2008).

C. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui dan hal ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atau kognitif adalah domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa
dengan pendidikan yang tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas
pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa bukan berarti seseorang
yang pendidikan rendah pengetahuannya mutlak rendah. Hal ini mengingat
bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh oleh pendidikan
formal (Wawan & Dewi, 2011).

2. Tingkatan Pengetahuan

11
Menurut Notoatmodjo, (2010), pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidakdidasari oleh pengetahuan.
Notoadmojo (2010) membagi Pengetahuan berdasarkan kognitif mempunyai
enam tingkatan, yaitu

a) Tahu

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari


sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
tahu inimerupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara


benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan makanan bergizi.

c) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang


telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

12
Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-
perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.

d) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu


objek ke dalam komponen- komponen tetapi masih didalam satu struktur
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapatdilihatdari penggunaan katakerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen- komponen tetapi masih didalam
satu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapatdilihatdari penggunaan katakerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.

e) Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suetu kemampuan untuk meletakkan atau


menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sistesis adalah menyusun formulasi baru dari
formulasi – formulasi yang pernah ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi

13
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian dari materi-
materi yang telah diperoleh. Penilaian itu berdasarkan kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak
yang kekurangan gizi.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan karena
pendidikann adalah salah satu upaya untuk mencari pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
memperoleh pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku individu atau kelompok manusia dalam memenihi kebutuhan
yang meliputi sikap dan kepercayaan
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami oleh seorang individu bisa menambah
pengetahuan

14
4. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan cara melakukan wawancara atau


memberikan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden. Pada pengisian angket pengetahuan
yang dinilai hanyalah pengetahuan pada tingkat dua yaitu memahami
(Notoatmodjo, 2010). Selain itu pengukuran pengetahuan dapat diketahui
dengan cara yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahuinya dalam
bentuk jawaban lisan maupun tulisan. Menurut Arikunto (2010) pertanyaan
tes yang biasa digunakan dalam pengukuran pengetahuan ada dua bentuk
yaitu:

a. Bentuk objektif

Bentuk objektif ini adalah tes yang menjawabnya dapat diberi skor nilai
secara lugas menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya. Ada lima
macam tes yang termasuk dalam evaluasi ragam objektif yaitu :

1) Tes benar salah


2) Tes pilihan ganda
3) Tes pelengkap melengkapi

b. Bentuk Subjektif

Tes subjektif adalah alat pengukur pengetahuan yang menjawabnya


tidak ternilai dengan skor atau angka pasti seperti tes objektif. Hal ini
disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para
responden. Pengetahuan atau penilaian pengetahuan dapat dikategorikan
menjadi tiga yaitu: tinggi apabila pertanyaaan dijawab dengan benar oleh
responden ≥75%,cukup apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh

15
responden 56%-74% dan rendah apabila pertanyaan dijawab dengan benar
oleh responden <56%

D. Kepatuhan

1. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar


Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada
pemerintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan yang dimaksud disini
adalah ketaatan dalam pelaksanaan identifikasi pasien. Kepatuhan perawat
dalam memberikan asuhan sesuai prosedur juga berpengaruh dalam
keselamatan pasien.

Kepatuhan didefinisikan sebagai perubahan sikap dan tingkah laku


seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain (Feldman,
2003 dalam Kusumadewi, 2012) Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat
sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau aturan
yang harus dilakukan atau ditaati (Ulum, 2013).

2. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Milgram (2007), terdapat


beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan, antara lain:

a. Status lokasi, dimana semakin penting tempat diberikan instruksi maka


semakin tinggi pula tingkat kepatuhan.

b. Tanggung jawab personal, dimana semakin besarnya tanggung jawab


personal maka tingkat kepatuhan akan semakin tinggi

16
c. Legitimasi dari figure otoritas. Legimasi dari hal ini dapat diartikan
sebagai seberapa jauh masyarakat mau menerima dan mengakui
kewenangan, keputusan, atau kebijakan yang diambil oleh seorang
pemimpin. Menurut Milgram, sekelompok orang cenderung untuk
memenuhi perintah dariorang lain jika mereka mengenal otoritas mereka
dengan baik secara moral maupun hukum yang berlaku dalam berbagai
situasi.

d. Status dari figur otoritas. Pada saat melakukan penelitian, mengenakan


mantel laboratorium yang dapat memberikan status tinggi dan berakibat
pada peningkatan kepatuhan dari subyek yang diteliti, namun ketika dia
menggunakan pakaian sehari – hari kepatuhan menjadi berkurang.
Sehingga dia menyimpulkan bahwa statusa dapat mempengaruhi tingkat
kepatuhan.

e. Dukungan rekan, dimana jika seseorang memiliki dukungan sosial dari


teman mereka untuk tidak patuh, maka ketaatan mungkin bisa
berkurang.selain itu kehadiran orang lain yang terlihat tidak mematuhi
figure otoritas dapat mengurangi tingkat ketaatan.

f. Kedekatan dengan figure otoritas, dimana semakin dekat jarak instruksi


dari sosok otoritas maka tingkat kepatuhan semakin tinggi.

17
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian mengenai
resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan
menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko.
Pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga medis kepada pasien mengacu
kepada tujuh standar pelayanan pasien rumah sakit yang meliputi hak pasien,

18
mendididik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dan kesinambungan
pelayanan, penggunaan metode- metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, peran kepemimpinan
dalam meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan
pasien, dan komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien. Selain mengacu pada tujuh standar pelayanan tersebut,
keselamatan pasien juga dilindungi oleh undang-undang kesehatan
sebagaimana yang diatur dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 serta UU
Rumah Sakit No. 44 tahun 2009.
B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan
benar sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga akan terjamin
keselamatan pasien dari segala aspek tindakan yang kita berikan.

DAFTAR PUSTAKA

KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT 2010. Panduan Nasional


Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). In: INDONESIA, D. K. R.
(ed.).

Sukasih & Suharyanto, Toto. 2011. Analisa Faktor-faktor yang Berkontribusi


Terhadap Patient Safety di Kamar Operasi Rumah Sakit Premier Bintaro.
Jakarta.

19
20

Anda mungkin juga menyukai