Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul
“SASARAN KESELAMATAN PASIEN ” sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KIG. Kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai
perbaikan pembuatan makalah berikutnya.
Akhirnya, semoga makalah kami dengan judul “SASARAN
KESELAMATAN PASIEN” ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya
mahasiswa prodi kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada
Semarang.
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI
B.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm/
cedera yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/ sosial/ psikologis,
cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan (KKP-RS,
2010).
Selanjutnya, seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Pasal 1 menyebutkan
bahwa Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan IOM (Institute of Medicine) di
Amerika Serikat pada tahun 2000, diterbitkan laporan “TO ERR IS HUMAN,
Building a Safer Health System” yang memuat 2 penelitian di rumah sakit,
dimana ditemukan angka KTD (Kejadian Tidak Diharapkan / Adverse Event)
sebesar 2,9 % dan 3.7% dengan angka kematian 6.6% dan 13.6%. Dengan
angka pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33.6 juta per
tahun, didapat angka kematian akibat KTD berkisar 44.000 – 98.000 pe tahun
(Sukasih & Toto, 2011).
Di Indonesia berdasarkan laporan pada tahun 2010, Provinsi Jawa Barat
menempati urutan pertama mengenai KTD sebesar 33,33%, Banten dan Jawa
Tengah 20%, DKI Jakarta 16,67%, Bali 6,67%, Jawa Timur 3,33%.
Berdasarkan penyebab kejadian lebih dari 70% diakibatkan oleh tiga hal yaitu
masalah prosedur, dokumentasi dan medikasi (KKP-RS, 2010). Kelalaian
prosedur yang menjadi salah satu penyebab terbesar KTD Internasional
maupun Nasional berkaitan erat dengan manajemen pasien safety Sasaran IV
(Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi) yang
menjadi penyumbang terbesar tuduhan / laporan “mal praktek” seperti pada
kasus Klinik Muhammadiyah - Kalimantan Timur dimana proses operasi
sterilisasi berujung kelumpuhan.
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu
ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar
keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di
Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya. Sasaran Keselamatan Pasien ini
mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient
Safety yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). Hal
tersebut untuk menghindari kerugian di kedua belah pihak, baik kerugian
materil (seperti: tuntutan hukum / ganti rugi bagi rumah sakit dan biaya
perawatan yang besar bagi pasien karena rawat inap yang lama) maupunn
kerugian imateril (seperti: praktisi kesehatan menjadi kurang percaya diri
karena menjadi sorotan publik dan kredibilitas RS menjadi buruk serta bagi
pasien bisa mengakibatkan kecemasan, depresi, kecacatan bahkan kematian)
sehingga pentingnya manajemen Keselamatan pasien (patient safety) dalam
mencegah terjadinya insiden atau cedera yang dapat merugikan baik secara
materil maupun immateril bagi pasien, praktisi kesehatan maupun pihak
Rumah Sakit yang berkaitan dengan kelalaian prosedur (KKP-RS, 2010).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu sasaran apa saja yang bisa menunjang keselamatan pasien?
C. Tujuan
Mengidentifikasi macam-macam sasaran keselamatan pasien
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan informasi atau pertimbangan bagi institusi pelayanan
kesehatan untuk validasi standar dan pedoman manajemen pasien safety
sehingga bisa membangun kepercayaan diri praktisi kesehatan dan
meningkatkan kualitas pelayanan klien di rumah sakit.
2. Bagi Praktisi Kesehatan
Dengan validasi standard dan pedoman terbaru, praktisi kesehatan
utamanya Perawat semakin percaya diri dalam praktik klinis serta bekerja
sesuai SOP sehingga dapat mencegah terjadinya insiden atau cedera yang
dapat merugikan baik secara materil maupun immaterial bagi praktisi
kesehatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai literatur otentik serta bahan masukan dalam ilmu pengetahuan
yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan
pelaksaan manajemen pasien safety
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Identifikasi Pasien
Kegagalan yang sering terjadi pada saat melakukan identifikasi pasien akan
mengarah kepada tindakan dalam pemberian obat, pelaksanaan prosedur,
pemeriksaan klinis pada orang yang salah. Dalam rangka meminimalkan risiko
tersebut WHO Collaborating Center for Patient Safety Solusions menerbitkan
Sembilan solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit (World Health Organization,
2007), dimana pada solusi ke dua adalah identifikasi pasien. Strategi yang
ditawarkan dalam identifikasi pasien yaitu:
7) Menyediakan protokol yang jelas untuk menjaga identitas sampel pasien pada pra-
analitis, analitis dan proses pasca analitis.
C. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
adalah domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan
yang tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya. Akan tetapi
perlu ditekankan bahwa bukan berarti seseorang yang pendidikan rendah
pengetahuannya mutlak rendah. Hal ini mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh oleh pendidikan formal (Wawan & Dewi,
2011).
2. Tingkatan Pengetahuan
a) Tahu
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu inimerupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
b) Memahami
c) Aplikasi
d) Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen- komponen tetapi masih didalam satu struktur dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapatdilihatdari penggunaan
katakerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. Analisis adalah suatu kemampuan
untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen tetapi
masih didalam satu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapatdilihatdari penggunaan katakerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e) Sintesis
f) Evaluasi
a. Tingkat Pendidikan
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memperoleh
pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku individu atau kelompok manusia dalam memenihi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami oleh seorang individu bisa menambah pengetahuan
4. Cara Mengukur Pengetahuan
a. Bentuk objektif
Bentuk objektif ini adalah tes yang menjawabnya dapat diberi skor nilai secara
lugas menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya. Ada lima macam tes yang
termasuk dalam evaluasi ragam objektif yaitu
b. Bentuk Subjektif
Tes subjektif adalah alat pengukur pengetahuan yang menjawabnya tidak ternilai
dengan skor atau angka pasti seperti tes objektif. Hal ini disebabkan banyaknya
ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para responden. Pengetahuan atau penilaian
pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: tinggi apabila pertanyaaan
dijawab dengan benar oleh responden ≥75%,cukup apabila pertanyaan dijawab
dengan benar oleh responden 56%-74% dan rendah apabila pertanyaan dijawab
dengan benar oleh responden <56%
D. Kepatuhan
1. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada pemerintah atau
aturan dan berdisiplin. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam
pelaksanaan identifikasi pasien. Kepatuhan perawat dalam memberikan asuhan
sesuai prosedur juga berpengaruh dalam keselamatan pasien.
Kepatuhan didefinisikan sebagai perubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk
mengikuti permintaan atau perintah orang lain (Feldman, 2003 dalam Kusumadewi,
2012) Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang profesional
terhadap suatu anjuran, prosedur atau aturan yang harus dilakukan atau ditaati (Ulum,
2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Milgram (2007), terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kepatuhan, antara lain:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian mengenai
resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan
solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Pelayanan
kesehatan yang diberikan tenaga medis kepada pasien mengacu kepada tujuh
standar pelayanan pasien rumah sakit yang meliputi hak pasien, mendididik pasien
dan keluarga, keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, penggunaan
metode- metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien, peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan pasien, dan komunikasi
merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Selain mengacu
pada tujuh standar pelayanan tersebut, keselamatan pasien juga dilindungi oleh
undang-undang kesehatan sebagaimana yang diatur dalam UU Kesehatan No. 36
tahun 2009 serta UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009.
B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan benar
sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga akan terjamin
keselamatan pasien dari segala aspek tindakan yang kita berikan.
DAFTAR PUSTAKA
KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT 2010. Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). In: INDONESIA, D. K. R.
(ed.).
Sukasih & Suharyanto, Toto. 2011. Analisa Faktor-faktor yang Berkontribusi
Terhadap Patient Safety di Kamar Operasi Rumah Sakit Premier Bintaro. Jakarta