Anda di halaman 1dari 8

Perspektif dan PrinsipTranskultural dalamKeperawatan sertaAplikasinya

A. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan


Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa
artikebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan,
hasilkarya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
(koentjoroningrat, 1986).

Wujud-wujud kebudayaan antara lain :


 Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
 Kompleks aktivitas atau tindakan
 Benda-benda hasil karya manusia

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang


dapatdikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural
darikeperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam
kontekskeperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari
oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalammasyaraka
t.

Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilaidalam


penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami olehklien pada suatu
kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada
perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan
atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belaka
ng budaya.Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu
pelayanankeperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang
perbedaan budaya.Tujuan dari transkultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji,
mengertidan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam
meningkatkankebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah
berdasarkan teoricaring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta
mempersatukantindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir
hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal
dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya.

B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural


Konsep dalam keperawatan transkultural adalah :
1) Budaya; Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambilkeputusan.
2) Nilai budaya; Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatutindakan
yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakandan keputusan.
3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan; Merupakan bentuk yang optimaldalam
pemberian asuhan keperawatan
4) Etnosentris; Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yangdimiliki
individu menganggap budayanya adalah yang terbaik.
5) Etnis; Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yangdigolongkan
menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
6) Ras; Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asalmuasal
manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
7) Etnografi/Ilmu budaya; Pendekatan metodologi padapenelitian etnografimemungkinkan
perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap
individu.
8) Care; Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisidan
kualitas kehidupan manusia.
9) Caring; Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung
danmengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata
atauantisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
10) Culture care; Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan polaekspresi
digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatanindividu, keluarga
atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat
dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai.
11) Cultural imposition; Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakankepercayaan,
praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari
kelompok lain.

Paradigma keperawatan transkultural (Leininger 1985) , adalah cara pandang,keyakinan, nilai-


nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap
4 konsep sentral keperawatan yaitu :
1) Manusia; Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihandanmelakukan
pilihan. Menurut Leininger (1984) manusiamemilikikecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saatdimanapundia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
2) Sehat; Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien
dalammengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan
merupakansuatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang
digunakanuntukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang
dapatdiobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan
yangsamayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-
sakityangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3) Lingkungan; didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang se
bagaisuatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi.Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkunganfisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerahkatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
daerahEskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjangtahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungandengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yanglebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur danaturan-
aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalahkeseluruhan
bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompokmerasa bersatu seperti
musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yangdigunakan.
4) Keperawatan; Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belaka
ng budayanya. Asuh keperawatan ditujukan memnadirikan individusesuai dengan budaya
klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatanadalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budayadan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya


Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan
keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsipasuhan
keperawatan yaitu:
1) Mempertahankan budaya; Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasientidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatandiberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehinggaklien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga
setiap pagi.
2) Negosiasi budaya; Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap inidilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebihmenguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih danmenentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnyaklien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapatdiganti dengan sumber protein hewani
yang lain.
3) Restrukturisasi budaya; Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yangdimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gayahidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidupyang dipilih biasanya yang
lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinanyang dianut.Model konseptual yang di
kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhankeperawatan dalam konteks
budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (SunriseModel). Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien(A
ndrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulaitahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalahkesehatan


klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu:
a) Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalahkesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatanalternative dan
persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untukmengatasi
permasalahan kesehatan ini.
b) Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )\
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untukmen
dapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri.Faktor agama
yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c) Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, peng
ambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepalakeluarga.
d) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )  
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang di anggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidahyang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perludi kaji
pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisisakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan
kebiasaanmembersihkan diri.
e) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors ) Kebijakan dan
peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yangmempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrewand Boyle, 1995 ). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang bolehmenunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.
f) Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yangdimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harusdikaji oleh
perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
g) Faktor pendidikan ( educational factors ) Latar belakang pendidikan klien adalah
pengalaman klien dalam menempuh jalurformal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Halyang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikanserta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalamansedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya:


1) Jangan menggunakan asumsi.
2) Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang
pelit,orangJawa halus.
3) Menerima dan memahami metode komunikasi.
4) Menghargai perbedaan individual.
5) Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
6) Menyediakan privasi terkait kebutuhan pribadi.

D. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yangdapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger andDavidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalamasuhan keperawatan
transkultural yaitu :
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

E. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu
proseskeperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilihstrategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuaidenganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).

Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew andBoyle,
1995) yaitu :
1) mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangandengan
kesehatan,
2) mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
3) merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengankesehatan.

Dan ada 3 pedoman pelaksanaan yang ditawarkan dalam keperawatan transkulturaltersebut,


antara lain :
1) Cultural care preservation/maintenance
 Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
 Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
 Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
2) Cultural careaccomodation/negotiation
 Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
 Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
 Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
3) Cultual care repartening/reconstruction
o Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
o Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
o Gunakan pihak ketiga bila perlu
o Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yangdapat
dipahami oleh klien dan orang tua
o Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatanPerawat dan klien
harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan bu
daya yang
o Penerimaan kedalam program berdasarkan pada kebutuhan perawatankesehatan
ketimbang pada kemampuan untuk membayar.

d. Pencegahan Kesepian dan isolasi


Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori perawat menintervensi
kualitaslingkungan. Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah kesepian dan isolasi.
Tempatkan pasien pada ruangan biasa ( bergabung dengan pasien lain) tidak perlu ruangan
tersendiri, kecuali pada keadaan kritis atau tidak sadar.
libatkan klien dalam program perawatan sesuai kemampuan klien, agar klienmerasa
diperhatikan.
Berikan pencahayaan yang baik dan bisa diatur agar memberikan stimulusyang bermakna.
memberikan stimulus berupa gambar, benda yang menyenangkan, atau suratdari anggota
keluarga.
Libatkan keluarga dan teman untuk lebih perhatian
Berikan waktu yang cukup kepada keluarga untuk menjenguk atau menemaniklien.
e. Peningkatan ketenangan spiritual
 Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjungrohani.
Perawat dapat memberikan dukungan kepada klien dalam mengekspresikanfilosofi
kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangandengan menganalisa
nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati.Perawat dan keluarga dapat
membantu klien dengan mendengarkan dan mendorongklien untuk mengekspresikan tentang
nilai dan keyakinan, perawat dan keluargadapat memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilankomunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien.
f. Dukungan untuk keluarga yang berduka
 Dukungan diberikan agar keluarga dapat menerima dan tidak terbawa kedalamsituasi duka
berkepanjangan. Hal-hal yang dilakukan perawat, perhatikan
perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber danmembantu mereka
untuk tetap berada dengan klien menjelang ajal.
mengembangkan hubungan suportif.
menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga
menetapkan apakah mereka/ kelurga ingin dilibatkan.
 
4.Perawatan Setelah Kematian
 Perawat mungkin orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien setelahkematian
karena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina selama fasesakit. Dengan
demikian perawat mungkin lebih sensitif dalam menangani tubuh kliendengan martabat dan
sensitivitas.Peran perawat :
perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dansenyaman
mungkin
perawat memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh klien
perawat memberikan pendampingan pada keluar pada saat melihat tubuh klien
perawat harus meluangkan wakyu sebanyak mungkin dalam membantukeluarga yang berd
uka
 
BAB IIIPENUTUPA.
 
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan :1)
 
Proses keperawatan transkultural merupakan salah satu dasar teori untukmemenuhi asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya pasien.2)
 
Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk mengurangi
konflik perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan pasien.3)
 
Perilaku budaya terkait sehat sakit masyarakat secara umum masih banyakdilakukan pada
keluarga secara turun temurun.4)
 
Sehat dan sakit atau kesehatan dalam perspektif transkultural nursing
diartikan pandangan masyarakat tentang kesehatan spesifik bergantung pada kelompokkebudaya
annya teknologi dan non-teknologi pelayanan kesehatan yang diterima bergantung pada budaya
nilai dan kepercayaan yang dianutnya.5)
 
Proses keperawatan transkultural terdiri dari tahap pengkajian keperawatantranskultural,
diagnosa keperawatan transkultural, rencana tindakan keperawatantranskultural, tindakan
keperawatan transkultural dan evaluasi tindakankeperawatan transkultural.6)
 
Prinsip pengkajian keperawatan transkultural berpedoman pada model konsepdari Leininger.
Konsep utama dari model sunrise berupa cultural care, worldview, culture and social culture
dimention, generic care system, proffesionalsystem, culture care preservation, culture care
accomodation, culture carerepattering, culture congruent.7)
 
Rencana tindakan transkultural didasari pada prinsip rencana tindakan dari teoriSunrise Model
yang terdiri dari 3 strategi tindakan, yaitu
perlindungan perawatan budaya atau pemeliharaannya, akomodasi perawatan budaya ataunegosi
asi budaya, perumusan kembali dan restrukturasi.
B.
 
Saran
Adapun saran yang penuulis sampaikan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
 
1)
 
Kepada mahasiswa keperawatan hendaknya lebih memahami prinsipkeperawatan transkultural
serta aplikasinya baik teori maupun pelaksanaan dilapangan.2)
 
Pendekatan ilmu pengetahuan hendaknya mencakup pelayanan kepada kliensehingga
profesionalitas keperawatan tetap terjaga.3)
 
Penggunaan alat teknologi mendukung kinerja dan tidak mengurangi pelayanan keperawatan
transkultural.

Anda mungkin juga menyukai