Disusun oleh :
1. Angganie Kanthi Aryanti (P07120119049)
2. Alissa Nikma Nahsabandi (P07120119017)
3. Anisa Kartika Sari (P07120119038)
4. Novela Senli Kusumaningrum (P07120119006)
5. Yopa Isti Ariyanti (P07120119027)
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Personal hygiene berawal dari bahasa Yunani, berasal dari kata Personal
yang artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Martonah, 2004). Perawatan diri
adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya
guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya (Depkes, 2000).
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka. Pemeliharaan higiene perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanaan, dan kesehatan. Praktek hygiene sama dengan
meningkatkan kesehatan (Potter dan Perry, 2012). Seseorang yang sakit, biasanya
dikarenakan masalah kebersihan yang kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah yang biasa saja, padahal jka
hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan. Secara umum.
Karena itu hendaknya setiap orang selalu berusaha supaya personal hygiennya
dipelihara dan ditingkatkan.
Hygiene adalah ilmu kesehatan. Cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka disebut hygiene perorangan. Cara perawatan diri
menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional seseorang.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan
perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin (Potter dan Perry, 2012).
Seringkali ditemui bahwa terdapat seseorang yang mengalami masalah
ataupun mengabaikan diri pada personal hygiene. Oleh karena itu, penulis ingin
mengkaji lebih dalam mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
personal hygiene menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Penulis mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah personal hygiene menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. TUJUAN KHUSUS
1. Mampu mengetahui pengertian personal hygiene
2. Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
3. Mampu mengetahui dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene
4. Mampu mengetahui penyebab kurang perawatan diri.
5. Mampu mengetahui tanda dan gejala kurang perawatan diri.
6. Mampu mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan personal hygiene.
C. RUANG LINGKUP
Dalam penulisan makalah ini, penulis hanya membahas mengenai konsep
personal hygiene dan asuhan keperawatan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
personal hygiene.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
lebih baik terkait dengan waktu atau frekuensi aktifitas, dan cara yang benar
dalam melakukan perawatan diri.
B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Potter dan Perry (2012), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang untuk melakukan personal hygine yaitu :
Citra tubuh Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak-
anak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan
keluarga, jumlah orang di rumah, ketersediaan air panas dan atau air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan
kebersihan.
a. Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang pelayan berhubungan
dapat mempengaruhi praktik higiene pribadi.
b. Status sosio ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat menyediakan bahan-
bahan yang penting seperti deodoran, sampo, pasta gigi, dan kosmestik
(alat-alat yang membantu dalam memelihara higiene dalam lingkungan
rumah).
c. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian,
pengetahuan itu sendiri tidak cukup, harus termotivasi untuk memelihara
perawatan diri.
d. Variabel Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi
perawatan higiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti
praktek perawatan diri yang berbeda.
e. Pilihan pribadi
Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri, memilih
produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana cara melakukan
higiene.
4
C. Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
D. Penyebab Kurang Perawatan Diri menurut DepKes (2000 : 20)
1. Faktor Prediposisi
a. Perkembangan
b. Biologis
c. Kemampuan realitas turun
d. Sosial
2. Faktor Presipitasi
a. Kurang penurunan motivasi
b. Kurangnya kognisi
E. Tanda dan Gejala Menurut DepKes (2000 : 20)
1. Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Kuku panjang dan kotor.
d) Gigi kotor disertai mulut bau.
e) Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas,tidak ada inisiatif
b. Menarik diri,isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya,rendah diri dan marasa hina
5
3. Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai
norma, dan cara makan tidak teratur.
TINJAUAN TEORITIS
MENGENAI ASUHAN KEPERAWATAN
UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE
A. PENGKAJIAN
1. Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat pendidikan, agama,
pekerjaan, tanggal MRS, No registrasi, dll.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat penyakit terdahulu
5. Riwayat kesahatan keluarga
6. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
7. Pola nutrisi-metabolik
8. Pola eleminasi
9. Pola aktivitas dan latihan
10. Pola kognitif dan persepsi
11. Pola persepsi - konsep diri
12. Pola tidur dan istirahat
13. Pola peran – hubungan
14. Pola seksual – reproduksi
15. Pola toleransi stress – koping
16. Pola nilai – kepercayaan
17. Riwayat keperawatan
a. Faktor yang mempengaruhi personal hygine
b. Pola kebersihan tubuh
c. Kebiasaan personal hygine (mandi, oral care, perawatan kuku dan kaki,
perawatan rambut, mata, hidung dan telinga.
18. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda Vital
6
c. Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa, kulit, mulut,
hidung, telinga, kuku, kaki, dan rambut akibat terapi.
d. Lakukan inspeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kondisi lesi.
e. Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga,
kuku,kaki, dan rambut : warna, tekstur, turgon.
19. Data
DS (Data Subyektif) DO (Data Obyektif)
a. Malas beraktivitas a. Badan dan pakaian kotor
b. Intraksi kurang b. Rambut kotor
c. Kegiatan kurang c. Mulut dan gigi bau
d. Pasien merasa lemah. d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku kotor
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan umum untuk klien dengan masalah personal hygiene
adalah defisit perawatan diri. Diagnosa tersebut dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Defisit perawatan diri : makan
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Gangguan kognitif
b. Penurunan motivasi
c. Kendala lingkungan
d. Ketidaknyamanan
Ditandai dengan :
a) Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukan kemulut
b) Ketidakmampuan mengunyah makanan
c) Ketidakmampuan menghabiskan makanan
d) Ketidakmampuan menelan makanan
2. Defisit perawatan diri : mandi
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan kognitif
b. Penurunan motivasi
c. Kendala lingkungan
d. Nyeri
7
Ditandai dengan:
a) Ketidakmampuan untuk mengakses ke kamar mandi
b) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
c) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
d) Ketidakmampuan menjangkau sumber air
3. Defisit perawatan diri : berpakaian/berhias
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan kognitif
b. Penurunan motivasi
c. Kendala lingkungan
d. Keletihan dan kelemahan
Ditandai dengan:
a) Ketidakmampuan mengancingkan pakaian
b) Ketidakmampuan mengenakan sepatu
c) Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian
d) Hambatan memilih pakaian
4. Defisit perawatan diri : eleminasi
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan kognitif
b. Penurunan motivasi
c. Kendala lingkungan
d. Keletihan dan kelemahan
Ditandai dengan:
a) Ketidakmampuan melakukan hygiene eleminasi yang tepat
b) Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode
c) Ketidakmampuan untuk duduk di toilet atau commode
C. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan personal
hygiene harus meliputi beberapa pertimbangan yaitu hal – hal yang disukai klien,
kesehatan klien serta keterbatasan yang dimilikinya. Selain itu perawat perlu
mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memberikan asuhan keperawatan
serta fasilitas dan tenaga yang tersedia.
Diagnosa yang dapat diangkat :
8
1. Defisit perawatan diri: berpakaian b/d penurunan motivasi ditandai dengan
penampilan tidak rapi
2. Defisit perawatan diri: eleminasi b/d hambatan mobilitas ditandai dengan
tidak mampu ke toilet sendiri
3. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal ditandai dengan badan kotor dan bau
4. Defisit perawatan diri: makan b/d nyeri ditandai dengan tidak mampu
menelan makanan
No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji hambatan 1) Menyiapkan untuk
keperawatan selama ...x 24 partisipasi dalam meningkatkan
jam, px mampu perawatan diri kemandirian
2. Bantu pasien 2) Px mungkin
mempertahankan kebersihan
memilih pakaian membutuhkan berbagai
diri dan kerapian, dengan
bantuan dalam
KH :
persiapan memilih
a. Penampilan rapi
pakaian
b. Rambut rapi dan bersih
3. Jelaskan tentang 3) Menambah
c. Mampu memakai
cara personal pengetahuan pasien dan
pakaian dan berhias
hygiene yang tepat keluarga mengenai
secara mandiri
perawatan diri yang
tepat
4. Libatkan keluarga 4) Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
membantu pasien dan
memberikan motivasi
2 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji budaya pasien 1) Mengetahui kebiasaan
keperawatan selama ...x 24 ketika px dalam toileting
jam, px mampu melakukan mempromosikan
aktivitas eleminasi secara aktivitas perawatan
tepat, diri
2. Bantu pasien ke toilet 2) Hambatan mobilitas
9
dengan KH: menyebabkan px tidak
a. Px mampu duduk dan mampu melakukan
turun dari toilet perawatan diri secara
b. Px mampu mandiri
3.Berikan pengetahuan 3) Mengetahui pentingnya
membersihkan diri
tentang personal personal hygiene bagi
setelah eleminasi secara
hygiene pasien
mandiri/dibantu
4. Libatkan keluarga 4) Memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk
membantu pasien
3 Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau integritas 1) Mengetahui kondisi
keperawatan selama ...x 24 kult pasien kulit secara umum
jam, px merasa nyaman dan 2. Bantu pasien mandi 2) Agar pasien merasa
D. IMPLEMENTASI
10
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
E. EVALUASI
Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan personal hygiene
berdasarkan kriteria hasil pada tujuan keperawatan yaitu :
1. Pasien mampu berpakaian dan berpenampilan rapi secara mandiri
2. Kebutuhan personal hygiene pasien : eleminasi terpenuhi
3. Pasien mampu mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke
kamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi
4. Pasien mampu makan secara mandiri/dibantu
BAB III
STUDI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
11
A. PENGKAJIAN
Pada proses pengkajian tentang oral hygiene perawat memeriksa bibir, gigi,
mukosa buccal, gusi, langit-langit dan lidah klien. Perawat memeriksa semua
daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur, dan lukanya. Klien
yang tidak mengikuti praktek hygiene mulut yang teratur akan mengalami
penurunan jaringan gusi yag meradang, gigi yang hitam (khususnya sepanjang
margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis.
Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala umum dari penyakit gusi atau
gangguan gigi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan organism
seperti Treponema pallidum, Neisseria gonorrhoeae, dan Hominisvirus herpes.
Jika klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi sangat penting
mengumpulkan data dasar mengenai keadaan rongga mulut klien. Hal ini
berfungsi sebagai dasar untu perawatan preventif bagi klien saat mereka melewati
pengobatan.
DATA KLIEN
1. Nama : Tn. D
2. Umur : 47 Th
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan : Sekolah Dasar
5. Pekerjaan : Buruh
6. Status Perkawinan : Kawin
7. Agama : Islam
8. Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
9. Alamat : Jalan Selabintana RT 02/05
10. No. RM / CM : 80 50 92
11. Dx Medis : Diabetes Mellitus Tipe 1
12. Tgl masuk : 30 Juli 2020
13. Tanggal dikaji : 19 Agustus 2020
RIWAYAT KESEHATAN
1. Alasan Masuk Perawatan:
Istri klien mengatakan awalnya klien dicabut gigi oleh dokter
dipuskesmas. Sesudah di cabut gigi 3 hari kemudian klien mengalami
bengkak pada rahang bawah sekitar mulutnya Selama ± 2 bulan kondisi klien
12
semakin parah maka pada tanggal 30 juli 2005 keluarga membawanya ke
RSUD R. SYAMSUDIN ,SH. Kota Sukabumi.
2. Keluhan Utama :
Klien mengeluh luka di daerah mandibula dan dada sebelah kiri yang
tampak masih basah dan bernanah.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Pada saat pengkajian tanggal 18 Agustus 2005 klien mengeluh luka
masih basah, dan bernanah. Tampak luka nekrotik di dada kiri dengan
diameter ± 10 cm × 5 cm dengan kedalaman ± 2 cm. Luka masih tampak
basah dan mengeluarkan nanah bila klien banyak bergerak. Klien
mengatakan merasa nyaman bila verban lukanya diganti.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut penuturan istri klien diabetes mellitus sejak ± 4 tahun yang lalu
tetapi tidak pernah dikontrol dan klien pernah dirawat di RS dengan kasus
demam berdarah ± 5 tahun yang lalu.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada saat dikaji klien dan keluarga mengatakan bahwa dalam keturunan
klien tidak diketahui adanya penyakit yang sama seperti klien.
A. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan Umum :
Compos Mentis, klien dapat merespon dengan tepat terhadap stimulus,
orientasi terhadap lingkungan, orang, waktu dan tempat respon motorik 6,
verbal 5, mata 4, nilai GCS 15 .
a) Tanda-Tanda Vital
T : 120 / 80 mmHg
P : 120 x /mnt
R : 24 x / mnt
S : 37 0 C
b) Status gizi
TB: 170 cm BB: 50 kg
2. Hasil pemeriksaan :
a. Sistem Pernapasan
13
Pada saat dikaji bentuk hidung simetris, lubang hidung kotor,dan
banyak bulunya pernapasan terdengar vesikular (R: 24 x/mnt). Tidak ada
bunyi napas tambahan, Bentuk dada simetris dan tidak terdapat kebiruan
dibibir dan jari kuku.
b. Sistem Kardiovaskuler
Pada saat dikaji konjungtiva pucat. irama jantung teratur, tidak ada
bunyi jantung tambahan,tidak terdengar suara mur-mur dan jantung
S1 dan S2 terdengar murni leguler TD 120 / 80 mmHg. CRT (Cafilary
Repil Time) kembali dalam 3 detik, N : 120 x/mnt.
c. Sistem Pencernaan
Pada saat dikaji klien tampak pucat, mulut kotor , tidak ada lesi pada
bibir, bibir kering, lidah kotor, gigi geraham bawah tidak ada yang
sebelah kiri, tidak terjadi tonsilitis, bentuk perut datar dan bising usus
(12 x/mnt) selama di RS pernah BAB hanya 2 kali saat di palpasi tidak
terdapat nyeri tekan nyeri lepas.
d. Sistem Perkemihan
Klien tidak terpasang dower kateter frekwensi berkemih 7-9 kali
perhari dengan warna kuning dan bau khas, tida ada kesulitan pada saat
berkemih tida distensi kandung kemih maupun hematuria.
e. Sistem Persyarafan
Tes Nervus
1. Nervus I Olpakttorius
Dengan keadaan mata klien tertutup klien dapat membedakan
antara wangi jeruk dan wangi kopi.
2. Nervus II Optikus
Mata klien masih jelas untuk membaca papan nama pada jarak ±
50 cm
3. Nervus III,IV,VI ( Okulomotoris, trechlearis,abdusen.)
Klien dapat menggerakan bola matnya kesegala arah dengan
baik dan pupil klien kontriksi saat di beri rangsang cahaya.
4. Nervus V trigmus
Klien dapat merasakan usapan halus pada pipinya dan klien
dapat membedakan rasa asin dan manis saat matanya di tutup serta
klien dapat tersenyum.
14
5. Nervus VII. Fasialis
Klien dapat membedakan rasa asin, manis dan klien dapat
tersenyum.
6. Nervus Vestibula acustikus
Klien dapat mendengarkan gesekan kertas sejauh ± 30 cm.
7. Nervus IX,X. Galsopharinglus dan vagus
Klien dapat menelan makanan dapat menjulurkan lidahnya
walaupun sedikit.
8. Nervus XI. Aksesorius
Klien tidak dapat menggerakan bahu serta kepalanya.
9. Nervus XII. Hipoglosus.
Lidah klien dapat menggerakan lidahnya kekiri dan kekanan
3. Sistem endokrin
Klien mengalami gangguan system endokrin tidak ada pembesaran tiroid
terdapat defisiensi kadar insulin dengan nilai GDS: 279 mg/dl pada tanggal
17 Agustus 2005.
4. Sistem Integumen
Pada saat dikaji rambut klien tampak kotor dan berminyak, kulit kepala
kotor penyebaran kulit merata, warna kulit sawo matang, terdapat luka pada
mandibula dengan diameter ± 10 cm× 5cm dengan kedalaman 2cm, suhu
tubuh 37º C turgor elastis, terdapat hiperpigmentasi daerah luka, tidak ada
oedema, kuku pada tangan dan kaki panjang dan kotor ada clubbing finger
pada jari kaki.
5. Sistem Penglihatan
Pada saat dikaji refleks pupil baik, bentuk pupil isokor. Kiri dan kanan
0,3 mm. Penglihatan klien dapat membaca ± 50 cm.seklera pucat tidak ada
edema palpebra.dan konjungtiva merah muda.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
15
Diagnosa Intervensi
Ketidakstabilan Kadar Perawatan Mulut (I.11356)
Gula Darah (D.0027) Definisi :
Definisi : Mengidentifikasi dan
Variasi kadar glukosa merawat kesehatan mulut
darah naik/turun dari serta mencegah terjadinya
rentang normal. komplikasi
Penyebab : Tindakan :
a. Hiperglikemi 1. Identifikasi kondisi
b. Disfungsi pankreas umum(mis.
Kesadaran, gigi palsu)
Gejala dan Tanda Mayor: 2. Identifikasi kondisi
Hiperglikemi : oral
DS : Lelah atau lesu 3. Monitor kebersihan
DO : Kadar glukosa dalam mulut, lidah dan gusi
darah atau urin
tinggi Terapeutik : Diagnosa
untuk melakukan
dengan radiasi
Kondisi Klinis Terkait: perawatan mulut
rongga mulut.
Diabetes Mellitus tipe 1 mandiri
Defin isi : Perubahan
4. Bersihkan gigi palsu
membrane
secara terpisah
mukosa mulut
5. Sikat gigi minimal 2
adalah keadaan
kali sehari
individu
6. Gunakan alat suction
mengalami
untuk menghisap
gangguan pada
cairan/saliva dimulut
lapisan rongga
pada pasien penurunan
mulut.
kesadaran
7. Gunakan cairan
Tujuan Intervensi Rasional
chlorhexidine atau
sesuai kebijakan
16
institusi
8. Bersihkan alat-alat
Klien akan memiliki a. Membangun aturan Menggosok yang
mukosa utuh yang perawatan-mulut setelah konsisten meningkatkan
terhidrasi baik pada makan dan waktu tidur. jaringan gusi,
waktu pulang. b. Menggosok dengan sikat mengurangi kotoran, dan
gigi yang lembut menghasilakan
menggunakan gerakan pengontrolan plak. Sikat
horizontal. gigi yang lembut dengan
c. Bilas dengan garam atau gerakan horizontal
larutan baking soda (1/2 membantu jaringan gusi
sendok teh dengan 473 ml yang lembut dan
air) mencegah perdarahan.
d. Flossing dengan flos gigi Membilas melarutkan
yang tidak berlilin dua kali keasaman mulut,
sehari. Hindari flossing de mengangkat debris; dan
ngan keras dekat garis membantu mengurangi
gusi. mulut yang kering yang
terjadi pada terapi untuk
mengurangi produksi
saliva.
Klien akan melakukan Minta klien untuk melakukan Larutan soda dan garam
secara mandiri hygiene hygiene mulut. meningkatkan
oral dengan benar. penyembuhan dan
membantu pembentukan
jaringan granulasi.
Mereka bertindak
sebagai penyegar dan
menekan pertumbuahn
bakteri.
Flossing sistemik
mengurangi produksi
pertumbuhan bakteri
yang hancur pada
permukaan gigi dan
17
dekat garis gusi.
Menggunakan flossing
yang tidak berlilin dan
menghindari flossing
yang keras, untuk
mencegah perdarahan.
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Hygiene Mulut
Hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan dan
kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan
kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas jangka panjang seringkali tidak
menerima perawatan agresif yang mereka butuhkan. Perawatan mulut harus
diberikan teratur dan setiap hari.
2. Diet
Untuk mencegah kerusakan gigi klien harus mengubah kebiasaan makan,
mengurangi asupan karbohidrat, terutama kedupan manis diantara
makanan. Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel pada
permukaan gigi. Setelah memakan yang manis, klien harus menggosok gigi
dalam waktu 30 menit untuk mengurangi aksi plak.
3. Gosok gigi
Gosok gigi dengan teliti sedikitnya dua kali sehari (setelah makan dan waktu
tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif. Sikat gigi harus
mempunyai pegangan yang lurus, dan bulunya harus cukup kecil untuk
menjangkau semua bagian mulut. Sikat gigi harus diganti setiap tiga bulan.
4. Penggunaan Fluorida
Pada kebanyakan komunitas persediaan air terdiri dari fluoride. Rosier dan
Beck (1991) melaporkan ringkasan studi epidemiologi yang menunjukkan bahwa
18
pemberian fluor pada air minum telah memainkan peranan yang dominan dalam
menurunkan karies gigi.
5. Flossing
Flossing gigi adalah penting untuk mengangkat plak dan tartar dengan efektif
diantara gigi. Flossing melibatkan insersi floss gigi, satu per satu.
LANGKAH RASIONAL
1) Kaji adanya refleks muntah. Menunjukkan klien beresiko aspirasi. Membuat
Posisikan klien dalam posisi sekresi mengalir dari mulut daripada menumpuk
Sims atau miring dengan dibelakang faring dan mencegah aspirasi.
kepala diputar kea rah sisi
yang terkena.
2) Jelaskan prosedur kepada Klien yang tidak sadar masih mampu mendengar.
klien.
3) Persiapkan peralatan dan
bahan yang diperlukan; Menghilangkan enkrustrasi dan bertindak sebagai
a. Larutan anti infeksi anti infeksi.
b. Sikat gigi spon atau spatel Sikat membersihkan gigi dengan efektif. Spon atau
lidah dibungkus kasa swab menstimulasi dan membersihkan gigi dan
tunggal;sikat gigi kecil mukosa.
c. Spatel lidah berbantalan Mempertahankan mulut terbuka dan gigi terpisah
d. Handuk wajah selama prosedur tanpa membuat trauma struktur
e. Mangkok piala ginjal mulut.
f. Handuk kertas
g. Gelas air dengan air dingin
h. Jeli larut air Melubrikasi bibir
i. Mesin pengisap portable Mengangkat sekresi mulut yang tertinggal selama
dengan kateter suksion membersihkan rongga mulut.,
j. Sarung tangan sekali pakai Rongga mulut berisi mikroorganisme penginfeksi
yang tinggi.
19
peralatan. Hidupkan mesin lancar dan aman.
pengisap dan hubungkan
selang ke kateter pengisap.
6) Tarik tirai sekitar tempat tidur Memberikan privasi
atau tutup pintu ruangan.
7) Tinggikan tempat tidur pada Penggunaan mekanika tubuh yang baik denga
tingkat horizontal tempat tidur pada posisi tinggi mencegah cedera
tertinggi;turunkan pagar pada perawat dank lien.
tempat tidur.
8) Pindahkan klien mendekati Pengaturann posisi kepala yang sesuai mencegah
sisi tempat tidur dan ke dekat aspirasi.
perawat; pastikan kepala klien
diputar ke arah matras.
9) Letakkan handuk di bawah Mencegah linen tempat tidur menjadi kotor.
wajah klien dan mangkok
piala ginjal di bawah dagu.
10) Secara hati-hati retraksi gigi Mencegah klien dari menggigit jari dan
bagian atas dan bawah klien menyediakan kemudahan ke rongga mulut.
dengan spatel lidah yang
berbantalan dengan
memasukkan spatel dengan
cepat tetapi lembut diantara
geraham belakang. Masukkan
saat klien rileks.
11) Bersihkan mulut dengan Tindakan penggosokkan mengangkat partikel
menggunakan sikat atau spatel makanan diantara gigi dan sepanjang permukaan
lidah yang dilembabkan pengunyahan. Pengusapan membantu
dengan anti infeksi dan air. pengangkatan sekresi dan enkrustasi dari mukosa
Minta perawat kedua dan melembabkan mukosa. Suksion mengangkat
mengisap sekresi yang sekresi dan cairan yang berkumpul pada faring
mengumpul selama posterior. Pengulangan pembilasan mengangkat
pembersihan. Bersihkan kotoran yang terlepas dan peroksida yang
permukaan mengunyah dan mengiritasi mukosa.
bagian dalam pertama
kali. Bersihkan permukaan
20
luar gigi. Usapkan bagian
dasar mulut dan sebelah dalam
pipi. Secara lembut usap atau
sikat lidah tetapi hindari
menstimulasi reflex muntah
(jika ada). Lembabkan lidi
kapas yang bersih dengan air
untuk membilas. Ulangi
membilas beberapa kali, isap
semua sekresi yang tersisa.
12) Berikan jeli larut air pada Melubrikasi bibir untuk mencegah kering dan
bibir. retak.
13) Jelaskan bahwa prosedur telah Menyediakan stimulasi yang bermakna pada klien
selesai yang tidak sadar atau kurang responsive.
14) Lepaskan sarung tangan dan Mencegah transmisi muikroorganisme.
letakkan pada tempat yang
sesuai.
15) Atur kembali posisi klien yang Mempertahankan kenyamanan dan keamanan
nyaman, naikkan penghalang klien.
tempat tidur, dan kembalikan
tempat tidur pada posisi
semula.
16) Bersihkan peralatan dan Pembuangan peralatan kotor yang tepat mencegah
kembalikan pada tempatnya tranmisi infeksi.
yang sesuai. Letakkan linen
kotor ke dalam tempat yang
sesuai.
17) Cuci tangan. Mengurangi tranmisi mikroorganisme.
18) Inspeksi rongga mulut. Menntukan kemanjuran pembersihan. Setelah
sekresi tebal terangkat maka dapat terlihat
inflamasi atau lesi dibawahnya.
19) Catat prosedur, termasuk Mencatat respons klien terhadap terapi
observasi yang berhubungan keperawatan. Perdarahan dapat menunjukkan
(mis. Perdarahan gusi, mukosa masalah sistemik yang lebih serius. Lesi rongga
kering, ulserasi, atau krusta mulut mungkin menjadi kanker.
21
pada lidah) dan laporkan
setiap temuan yang tidak
umum kepada perawat
penanggung jawab atau
dokter.
Evaluasi?
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk
kesejahteraan fisik dan psikis.
2. Personal hygine dilakukan dengan tujuan :
a) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b) Memelihara kebersihan diri seseorang
c) Memperbaiki personal hyiene yang kurang
d) Mencagah penyakit
e) Menciptakan keindahan
f) Meningkatkan rasa percaya diri
3. Macam-macam personal hygiene diantaranya merapikan tempat tidur,
memandikan pasien di atas tempat tidur, merawat rambut. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi personal yygiene yaitu body image, praktik
social, kondisi fisik, pengetahuan, budaya, kebiasaan seseorangdan status
sosial-ekonomi.
B. SARAN
Personal hygine merupakan tindakan yang sangat penting untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan.Untuk itu setiap orang diharapkan dapat menjaga
personal hygine, guna meningkatkan derajat kesehatan,memelihara
kebersihan,mencegah penyakit serta meningkatkan rasa percaya diri.
22
DAFTAR PUSTAKA
23