Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ilman Rahaswin Bolkiah

Nim : 017.06.0005
Topik Kuliah : Tuberkulosisi Paru di Lembaga Pemasyarakatan
Oleh : Dr. drg. Fatimah W, Sp. Ort

Salah satu penyakit yang timbul karena faktor lingkungan adalah penyakit
tuberkulosis (TB). Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi paling sering
menyerang jaringan paru, disebabkan oleh . Penyakit tuberkulosis (TB) paru ini
dapat menyerang semua usia dengan kondisi klinis yang berbeda-beda atau tanpa
dengan gejala sama sekali hingga manifestasi berat. Tuberkulosis (TB) adalah
penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Sampai sekarang ini
belum ada satu negara pun di dunia yang bebas dari tuberkulosis (TB). Jumlah
Angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis cukup tinggi. Pada tahun 2009 sekitar 1,7 juta orang meninggal
karena menderita tuberkulosis (TB) (600.000 diantaranya perempuan) sementara
jumlah kasus baru tuberkulosis (TB) sebanyak 9,4 juta (3,3 juta diantaranya
perempuan). Sepertiga dari jumlah penduduk di dunia sudah tertular dengan
tuberkulosis (TB) di mana sebagian besar penderita TB terjadi pada usia produktif
15-55 tahun (Kenedyanti dan sulistyorini, 2017).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi granulomatosa kronik yang
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis.Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, 85% dari seluruh kasus TB adalah TB paru, sisanya (15%)
menyerang organ tubuh lain.5Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB
paru di lapas antara lain kepadatan hunian, luas ventilasi, merokok, keberadaan
penderita dalam satu kamar hunian, keberadaan bengker, lama tahanan,
lingkungan fisik (pencahayaan, kelembaban dan suhu), perilaku (perilaku batuk
tanpa ditutup dan membuang dahak sembarangan) (Putri dkk, 2018).
Narapidana merupakan kelompok khusus yang mempunyai risiko tinggi
terhadap TB, masalah TB di lapas diperkirakan tinggi dikarenakan kondisi lapas
memudahkan terjadinya penyebaran infeksi TB karena lamanya dan berulangnya
paparan terhadap Mycobacterium tuberculosis sebagai hasil dari keterlambatan
deteksi kasus, kurangnya ruang isolasi (ruang khusus bagi terduga TB),
ketidaktepatan pengobatan kasus TB yang menular, tingginya pergantian
(turnover) dari narapidana atau tahanan melalui transfer antar lapas, narapidana
bebas dan residivis, ventilasi dan cahaya matahari langsung yang kurang dan
higiene sanitasi yang buruk (Putri dkk, 2018).
Prinsip dan strategi program tuberkulosis tahun 2015-2020 yaitu
penguatan kepemimpinan program TB di kabupaten/kota, peningkatan akses
layanan TB yang bermutu, pengendalian faktor resiko, peningkatan kemitraan TB
melalui forum koordinasi TB, peningkatan kemandirian masyarakat dalam
penanggulangan TB dan penguatan manajemen program. Kegiatan dalam
penemuan kasus TB di Lapas/ rutan dibagi menjadi 2 ruang lingkup secara aktif
dan pasif. Secara aktif yaitu melakukan skrining TB bagi tahanan dan narapidana
yang baru masuk, skrining TB secara berkala bagi seluruh tahanan dan narapidana
minimal 1 kali dalam setahun, skrining TB 1 bulan sebelum bebas. Secara pasif
dapat dilakukan dengan menemukan suspek TB bagi tahanan dan narapidana yang
berkunjung ke poliklinik di Lapas dan rutan (Fatimah, 2020).

Referensi

Fatimah, W. (2020). Kuliah Pelayanan Kesehatan di Lingkungan Lembaga


Pemasyarakatan. Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran,
Universitas islam Al-Azhar
Kenedyanti, E., & Sulistyorini, L. (2017). Analysis of mycobacterium
tuberculosis and physical condition of the house with incidence pulmonary
tuberculosis. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(2), 152-162.

Putri, E. A., Martini, M., & Saraswati, L. D. (2018). Faktor Risiko Tuberkulosis
Paru Pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1), 245-
252.

Anda mungkin juga menyukai