Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

KEPERAWATAN ANAK II

Disusun oleh:

MHD. AZLAND FIKRY

1811142010049

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Liza Merianti, M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN IIA

STIKES YARSI BUKITTINGGI SUMBAR BUKITTINGGI

TP 2020/2021
1. Contoh penyakit akut dan kronis pada anak
Penyakit akut

1. Diare

dikatakan diare jika buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari, terlebih jika
feses yang dikeluarkan cenderung encer. Penyebab diare antara lain: infeksi saluran
pencernaan, keracunan atau alergi makanan, infeksi parasit, hingga penyakit iritasi
usus. Saat Si Kecil diare, hal yang bisa ibu lakukan adalah tetap memberikannya
makanan dan minuman, khususnya cairan yang mengandung garam dan elektrolit
(oralit).

2. Demam

Demam merupakan gejala penyakit yang sering dialami anak. Ini karena seiring
pertumbuhannya, demam adalah respon alami tubuh terhadap perubahan yang terjadi
pada tubuh anak.

3. Radang Tenggorokan

Jika Si Kecil mengidap radang tenggorokan, ia cenderung sulit untuk menelan,


sehingga akan rewel saat hendak makan. Gejala lainnya adalah tenggorokan terasa
kering dan gatal, sakit kepala, badan terasa lelah, dan nyeri otot. Penyakit ini
biasanya disebabkan oleh virus dan bakteri. Mengonsumsi obat penghilang rasa
sakit, minum banyak air, dan berkumur air garam adalah cara yang bisa ibu lakukan
untuk membantu mengurangi gejala radang tenggorokan pada  Si Kecil.

4. Eksim

Eksim adalah kelainan kulit yang ditandai dengan peradangan atau pembengkakan


pada kulit, serta kemerahan dan rasa gatal. Meski tidak menular, eksim bisa
menyebabkan rasa enggak nyaman pada bagian kulit yang terkena. Untuk mengatasi
eksim, ibu bisa mengoleskan obat oles dan pelembab sesuai anjuran dokter.

5. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang menyerang bagian atas, seperti hidung,
tenggorokan, faring, laring, dan bronkus. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh
infeksi virus dan bakteri.

Penyakit Kronis

1. Kanker
Sama seperti penyakit jantung yang kini banyak menyerang di usia muda, kanker
juga menjadi penyakit yang penderitanya banyak masih terbilang muda. Padahal
selama ini banyak yang menganggap kanker baru akan diderita ketika usia tua.
Kanker di usia muda disebabkan banyak faktor, tapi yang paling berpengaruh karena
pola hidup, seperti banyak mengonsumsi makanan kurang sehat dan jarang
berolahraga.
2. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi cukup umum terjadi pada anak dan remaja. Anak
yang menderita hipertensi, dapat mengalami gangguan kesehatan untuk jangka
panjang. Hipertensi pada anak, selain diakibatkan oleh faktor genetic, juga dapat
dikaitkan dengan faktor usia, jenis kelamin, dan etnis. Penegakkan diagnosis
hipertensi pada anak ditegakkan setelah dilakukan pengukuran tekanan darah
sebanyak 3 kali atau lebih.

Berbeda dengan orang dewasa, diagnosis hipertensi pada anak ditegakkan bila
tekanan darah sistolik dan/atau diastolic seorang anak lebih tinggi dari presentil ke-95
dari tabel tekanan darah berdasarkan golonganjenis kelamin, usia, dan tinggi badan
anak. Sedangkan jika tekanan darah anak berada antara presentil ke-90 dan presentil
ke-95, maka anak tersebut digolongkan sebagai kondisi prahipertensi.

Seperti pada kondisi hipertensi dewasa, kondisi hipertensi pada anak dapat
digolongkan menjadi hipertensi primer/esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi
primer merupakan kondisi hipertensi yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan
tidak disebabkan karena adanya penyakit lain. Walaupun biasanya sulit
mengidentifikasi penyebab terjadinya hipertensi primer, namun beberapa faktor
seperti berat badan, keturunan, pola hidup, dan respon metabolic diperkirakan
merupakan faktor-faktor pencetus terjadinya hipertensi primer. Sedangkan pada
hipertensi sekunder, biasanya disebabkan oleh penyakit lain yang mendasarinya,
seperti misalnya penyakit ginjal.

Penatalaksanaan hipertensi pada anak dapat berupa terapi non-farmakologis dan terapi
farmakologis. Kedua jenis terapi tersebut bertujuan untuk menurunkan tekanan darah
anak hingga di bawa presentil ke-95 untuk anak dengan kondisi hipertensi tanpa
komplikasi dan di bawah presentil ke-90 untuk anak dengan kondisi hipertensi dengan
komplikasi. Pemberian terapi hipertensi pada anak dilakukan dengan pertimbangan
usia anak, tingkatan hipertensi, dan respon tubuh anak terhadap terapi. Terapi non-
farmakologis adalah terapi yang melibatkan modifikasi gaya hidup, seperti
mengkonsumsi makanan dengan gizi sehat dan seimbang, melakukan aktifitas
olahraga, serta diet rendah lemak dan garam. Terapi farmakologis adalah terapi yang
menggunakan obat seperti Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor, Loop Diuretics,
Calcium Chanel Blockers, dan lain sebagainya.

3. Penyakit Jantung Non-Kongenital (Non-Bawaan)

Penyakit jantung saat ini tidak hanya umum ditemukan pada orang dewasa saja, tetapi
sudah mulai banyak ditemukan pada usia anak-anak. Walaupun sebagian besar
penyakit jantung pada anak adalah penyakit jantung congenital (bawaan), tetapi tetap
juga didapatkan penyakit jantung non-kongenital (non-bawaan) pada anak. Seperti
pada orang dewasa, penyakit jantung non-kongenital pada anak dapat dilatarbelakangi
beberapa kondisi seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas. Faktor gaya hidup,
termasuk di antaranya konsumsi makanan dengan tinggi lemak, dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya gangguan jantung.

Dengan semakin tingginya prevalensi terjadinya penyakit-penyakit kronis pada anak-


anak, maka semakin pentingnya diterapkan pola hidup sehat sejak dini, seperti
pengaturan pola makan dengan gizi sehat dan seimbang, mengurangi konsumsi
makanan siap saji (junk food), dan membimbing anak untuk giat melakukan olahraga
secara teratur. Yang tidak kalah penting adalah orang tua dan keluarga harus menjadi
lingkungan yang suportif serta dapat memberi contoh dan inspirasi bagi anak untuk
melakukan pola hidup

2. Makna dari gambar 1 dan 2 pada video


Pada gambar 1

Anak tersebut memiliki empati reflektif yang membuat dirinya bisa merasakan
apa yang dialami di sekitarnya. Hal inilah yang membuat anak ikut menangis
ketika melihat orang di sekitarnya juga merasakan hal yang sama.
Jadi anak tersebut jika melihat ibunya menangis atau sedih, anak akan melihat
dan merasakan. Ia akan berempati dengan ikut sedih atau menangis kencang,Ia
pun membenarkan bahwa empati memang sudah ada di diri setiap manusia
sejak dilahirkan.
Pada gambar ke 2

Pasien anak yang lagi bercermin sambil melihat wajahnya di kaca dia melukis rambut
pada kaca yang kemungkinan si anak lagi menderita kemotrapi yang menyebabkan
rambut si anak rontok dan hampir tidak ada rambut lagi di kepala si anak, namun sang
anak menguatkan dirinya dengan melukis rambut dicermin agar si anak merasa tidak
memiliki kekurangan, karena sianak memiliki konsep diri yang baikk dan tidak
berputus asa

3. Contohpenyakit kronis pada anak (terminal ilnes)


•Infeksi Saluran Nafas Bawah, Pneumonia dan Bronkhitis
•HIV/AIDS
•Malaria
•Diare
•Tuberkulosis
•Campak
•Tetanus
•Infeksi Selaput Otak (Meningitis)
•Difteri
•Penyakit Kanker
•Akibat Kecelakaan Fatal

Anda mungkin juga menyukai