Anda di halaman 1dari 18

Case Report

Dermatitis Kontak Alergen

DISUSUN OLEH :
Roni Irwansyah
1811901036

PEMBIMBING:
dr. Imawan Hardiman, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau


substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak
yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA),
keduanya dapat bersifat akut maupun kronik. Dermatitis iritan merupakan reaksi
peradangan kulit nonimunologik, sehingga kerusakan kulit terjadi langsung tanpa
didahului proses sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi pada
seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen.1
Pada tahun 1898, dermatitis kontak pertama kali dipahami memiliki lebih
dari satu mekanisme, dan saat ini secara general dibagi menjadi dermatitis kontak
iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan berbeda dengan
dermatitis kontak alergi, dimana dermatitis kontak iritan merupakan suatu respon
biologis pada kulit berdasarkan variasi dari stimulasi eksternal atau bahan pajanan
yang menginduksi terjadinya inflamasi pada kulit tanpa memproduksi antibodi
spesifik.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi1
Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah dermatitis yang terjadi karena
pajanan ulang pada kulit secara langsung dengan substansi alergi, dan
mekanisme yang mendasari proses terjadinya DKA termasuk reaksi
hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV).

2.2 EPIDEMIOLOGI1
Bila dibaandingkan dengan dermatitis kontak iritan. Jumlah penderita
dermatitis kontak alergi lebih sedikit. Karena hanya mengenai orang yang
kulitnya sangat peka (hipersensitif). Diperkirakan jumlah DKA maupun DKI
makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang
mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat. Namun sedikit
sekali informasi mengenai prevalensi dermatitis ini di masyarakat.
Diperkirakan kejadian akibat kerja sebanyak 80% dan DKA 20%, tetapi
data baru dari inggris dan Amerika serikat menunjukkan bahwa dermatitis
akibat kerja ternyata cukuo tinggi yaitu berkisar antara 50 dan 60%.

2.3 ETIOLOGI
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa
bahan kimia dengan berat molekul (< 1000 dalton), yang juga disebut bahan kimia
sederhana. Dermatitis yang timbul juga dipengaruhi oleh potensi sensitisasi
alergen, derajat pajanan, luasnya penetrasi di kulit.1

2.4 PATOGENESIS
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah
mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune
respons) atau reaksi tipe IV. Reaksi hipersensitivitas dikulit timbulnya
lambat (delayed hipersensitivit), umummnya dalam waktu 24 jam setelah
terpajan dengan alergen.1
Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik,
terlebih dahulu mendapat perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya.
Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana
yang disebut hapten yang akan terikat dengan protein, membentuk antigen
lengkap, antigen ini ditangkap dan di proses oleh makrofag dan sel
langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak yang telah
diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk
berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi
secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi
ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid, sehingga menyebabkan keadaan
sensitivitas yangsama di seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen
sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase
ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi
sensitisasi ini di pengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi
alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat
mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lembah seperti
bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya
kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut,
bisa bulanan atau tahunan. Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang
dengan alergen yangsama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut
fase elisitasi, umumnya berlangsungantara 24-48 jam

2.5 GEJALA KLINIS


Pasien umumnya mengeluhkan gatal. Kelainan kulit bergantung pada
keparahan dermatitisnya. Pada stadium akut dimulai dengan bercak eritema
berbatas tegas, kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau
bula. Vesikel atau bula yang pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah).
Pada stadium kronis terlihat kering, erskuama, papul, likenifikasi dan mungkin
juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis
kontak iritan kronis, mungkin penyebabnya juga campur

Berbagai lokalisasi terjadinya dermatitis kontak :

Tangan. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling


sering di tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan
dermatitis kontak akibat kerja ditemukan ditangan. Sebagian besar memang
oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya deterjen,antiseptik,
getah sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.

Lengan. Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam
tangan (nikel), sarungtangan karet, debu semen, dan tanaman. Di aksila
umumnya oleh bahan pengharum.

Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan


kosmetik, obat topikal,alergen yang di udara, nekel (tangkai kaca mata). Bila
di bibir atau sekitarnya mungkindisebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah
buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapatdisebabkan oleh cat kuku, cat
rambut, eyeshadows, dan obat mata.

Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis
kontak pada cupingtelinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca
mata, cat rambut,hearing-aids.
Leher. Penyebanya kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung
jari), parfum, alergen diudara, zat warna pakaian.

Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat


warna, kancing logam,karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.

Genitalia. Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom,


pembalut wanita, danalergen yang ada di tangan.

Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh
pakaian, dompet,kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya
anestesi lokal, neomisin,etilendiamin), semen, dan sepatu.

2.6 DIAGNOSIS

Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan


klinis yang teliti. Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan
kelainan kulit yang ditemukan.Misalnya, ada kelainan kulit berupa lesi
numular di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi,likenifikasi, dengan
papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai
kancingcelana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data
yang berasal darianamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal
yang pernah digunakan, obatsistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui
menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta penyakit kulit
pada keluarganya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis).
Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan
pola kelainan kulitseringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya.
Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan
di kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknyadilakukan pada seluruh
permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karenasebab-
sebab endogen.
Contoh dermatitis kontak alergi
2.7 DIAGNOSIS BANDING

Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan


gambaran morfologik yangkhas, dapat menyerupai dermatitis atopik,
dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis banding
yang terutama ialah dengan dermatitus kontak iritan. Dalam keadaan ini
pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah
dermatitistersebut karena kontak alergi.
Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit alergi dapat kita
periksa kadar Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal
(0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atauambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut
harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang
menyebabkan penyakit alergi (alergen).
Ada beberapa macam tes alergi, yaitu

1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).


Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirupdan makanan,
misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-
lain. Tes inidilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergenyang diuji
ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata
jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya
dapatsegera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap
alergen tertentu akantimbul bentol merah gatal.Syarat tes ini :
o Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin(obat anti alergi) selama 3 ± 7 hari, tergantung jenis obatnya.
o Umur yang di anjurkan 4 ± 50 tahun.Biaya untuk test ini untuk
mendeteksi 33 alergen berkisar antara Rp. 350.000 -Rp. 600.000 tergantung
instansi dan peralatan yang dipakai.

2. Patch Tes (Tes Tempel).


Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahankimia, pada
penyakit dermatitis atau eksim. Tes inidilakukan di kulit punggung. Hasil tes
ini baru dapatdibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimiatertentu,
akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.Syarat tes ini :
o Dalam 48 jam, pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang berkeringat,
mandi, posisi tidur tertelungkup, punggung tidak boleh bergesekan.
o 2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung steroid
atauanti bengkak. Daerah pungung harus bebas dari obat oles, krim atau salep.
Biaya untuk tes ini berkisar antara Rp. 350.000

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).


Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes
inimemerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut
diprosesdengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui
setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak
dipengaruhi oleh obat-obatan.Biaya untuk test ini berkisar antara Rp. 200.000
- Rp. 300.000 / alergen.

4. Skin Test (Tes kulit).


Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang
disuntikkan. Dilakukan dikulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat
yang akan di tes di lapisan bawahkulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15
menit. Bila positif akan timbul bentol, merah,gatal.

5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum,
makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi
untuk alergen hirup dinamakantes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk
penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah
jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasiendan berisiko tinggi
terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi
makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode
RAST.
Untuk tes provokasi obat, menggunakan metode DBPC (Double Blind
Placebo Control)atau uji samar ganda. caranya pasien minum obat dengan
dosis dinaikkan secara bertahap, lalu ditunggu reaksinya dengan interval 15 ±
30 menit.Dalam satu hari hanya boleh satu macam obat yang dites, untuk tes
terhadap bahan/zat lainnya harus menunggu 48 jam kemudian. Tujuannya
untuk mengetahui reaksi alergitipe lambat.Ada sedikit macam obat yang sudah
dapat dites dengan metode RAST.Semua tes alergi memiliki keakuratan 100
%, dengan syarat persiapan tes harus benar,dan cara melakukan tes harus tepat
dan benar.

2.8 TATALAKSANA

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah


upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan
menekan kelainan kulit yang timbul.Kortikosteoroid dapat diberikan dalam
jangka pendek untuk mengatasi peradangan padadermatitis kontak alergi akut
yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, sertaeksufatif
(madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan
meredasetelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan
larutan garam faal.Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau
dermatitis akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan
kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid topikal.

2.9 PROGNOSIS

Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan


kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis,
bila bersamaan dengan dermatitis olehfaktor endogen (dermatitis atopik,
dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang
tidak mungkin dihindari.
BAB III
ILUSTRASI KASUS

NAMA PASIEN : Ny. E


UMUR/TANGGAL LAHIR : 29 Tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan
PEKERJAAN : Ibu rumah tangga
ALAMAT : Ranah
STATUS PERNIKAHAN : Menikah / pernikahan 1
PENDIDIKAN : SMA
AGAMA : Islam
SUKU : Ocu
NO. RM :-
TANGGAL : 21 Maret 2020

ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA : (Aloanamnesis) pasien datang dengan keluhan


gatal pada kedua kaki

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pasien datang ke Poli Klinik Penyakit Kulit dan Kelamin dengan keluhan
kedua kaki gatal dan kemerahan di punggung kaki sejak satu bulan yang lalu,
namun gatal dirasakan semakin sering tiga hari ini. Gatal berkurang jika dibawa
istirahat, Bercak kemerahan dan gatal timbul setelah pasien memakai sandal jepit.
Riwayat pengobatan (+) pasien memakai salep vaselin yang di sarankan oleh
tetangganya, namun setelah memakai salep tersebut keluhan pasien tidak
membaik. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan (-)

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


Pasien pernah mengalami sakit seperti ini ± empat tahun yang lalu namun pasien
tidak melakukan pengobatan

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.

RIWAYAT PENGOBATAN :
pasien menggunakan salep vaselin yang di beli di apotek, dan di oleskan setiap
selesai mandi

RIWAYAT KEBIASAAN :
Pasien bekerja di rumah sebagai IRT, mencuci baju memasak , dan selalu
menggunakan sandal jepit berbahan karet

STATUS GENERALIS
Keadaan umum :-
Kesadaran : Komposmentis
Tanda vital :-
Tekanan darah :-
Nadi :-
Nafas :-
Suhu :-
Keadaan gizi :-
Pemeriksaan thorax :-
Pemeriksaan abdomen :-

STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : region dorsum pedis dextra et sinistra
Distribusi : regional
Bentuk : bulat
Susunan : linier
Batas : sirkumkripta
Ukuran : lentikular sampai numular
Efloresensi : Tampak papul, eritema, disertai erosi

KELAINAN SELAPUT/MUKOSA : -
KELAINAN MATA :-
KELAINAN KUKU :-
KELAINAN RAMBUT :-
KELAINAN KGB :-

PEMERIKSAAN LABORATORIUM : tidak perlu dilakukan


 Pemeriksaan yang dianjurkan adalah uji tempel

DIAGNOSIS : Dermatitis Kontak Alergi


DIAGNOSIS BANDING : Dermatitis kontak iritan, dermatitis atopi,
dermatofitosis
TERAPI
UMUM:
- Tidak menggaruk lesi
- Sarankan agar menghindari penyebab, seperti gnti sandal dengan bahan yg
lain
- Menggunakan sandal dengan bahan selain karet

KHUSUS
-Loratadine 1x10mg
- desoximethasone 2,5mg zalf cream 2x1 oles/hari

PROGNOSIS
QUO AD SANAM : Bonam
QUO AD VITAM : Bonam
QUO AD FUNGSIONAM : Bonam
QUO AD KOSMETIKUM : Bonam
BAB IV
KESIMPULAN

Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah dermatitis yang terjadi karena


pajanan ulang pada kulit secara langsung dengan substansi alergi, penyebab
dermatitis kontak alergik adalah alergen, jumlah DKA maupun DKI makin
bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan
kimia yang dipakai oleh masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Prof DR Adhi dkk, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7 Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016 . Hal 158-165
2. Siregar R.S, Editor. Dermatosis Eritroskuamosa in Atlas Berwarna Saripati

Penyakit Kulit 2th Ed. EGC : Jakarta : 2004. Hal 107-114


3. Siregar E.S, Editor. Dermatosis Eritroskuamosa in Atlas Berwarna Saripati
Kulit 2th Ed. EGC : Jakarta : 2015. Hal 109-113

Anda mungkin juga menyukai