Anda di halaman 1dari 2

Hilangnya perrmainan tradisional Masa kanak-kanak, Hilangnya Jiwa dan Interaksi sosial

anak-anak Aceh? begini pandangan psikologi sosial

Permainan tradisional adalah salah satu bentuk permainan anak baik menggunakan alat
maupun tidak, yang bertujuan untuk menghibur,dan diwariskan secara turun-temurun. Permainan
tradisional merupakan hasil dari galian budaya yang didalamnya banyak mengandung nilai-nilai
pendidikan. Permainan tradisional biasa dimainkan secara berkelompok. Permainan ini juga
sepenuhnya menggunakan benda-benda dari lingkungan sebagai medianya, tanpa melibatkan
teknologi. Permainan tradisional sangatlah populer dikalangan anak-anak jaman dulu, yang
belum mengenal kecanggihan teknologi.

Permainan tradisional nyatanya selain memberikan rasa bahagia dan gembira pada anak,
juga berperan penting dalam perkembangan anak itu sendiri. Salah satu tokoh Psikologi yaitu
Vygotsky, dalam teorinya mengatakan bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap
perkembangan kognisi anak. Dalam bermain anak akan menciptakan kemampuan yang positif
secara mandiri, baik dalam mengkontrol dirinya, interaksi sosialnya dengan teman bermain,,
penggunaan bahasa, daya ingat, kreativitas, dan kerjasama dalam kelompok.

Masyarakat Aceh sejak dahulu tumbuh dengan Permainan tradisioanl. Aceh memiliki
banyak sekali jenis permainan tradisional, yang memuat lakon keseharian aanak-anak Aceh.
permainan-perminan seperti maa’een galah, ma’en pet-pet, ma’en guli, dan masih banyak
lainnya, yang mana permainan ini sudah dimainkan oleh berbagai generasi. Sebelum teknologi
berkembang,dan mengambil alih, anak-anak tidak pernah menghabiskan hari tanpa pergi keluar
untuk bermain, bertemu teman sebaya, melakukan interaksi secara langsung dan bersenang-
senang. Namun seiring berkembangnya teknologi, permainaan tradisional semakin sepi peminat.
Satu persatu permainan tradisional mulai dilupakan. Anak-anak yang lahir pada era digital
kebanyaakan tidak mengenal permainan tradisional. Sungguh disayangkan, padahal permainan
tradisional punya andil besar dalam perkembangan baik dari segi fisik, kognisi, dan
sosioemosional anak.

Sebagaimana yang kita lihat saat ini, anak-anak sudah terlalu bergatung pada teknologi.
Mereka menghabiskan hampir seluruh waktunya dalam sehari untuk bermain game, media
sosial, menonton TV, tanpa terlibat interaksi dengan orang lain. Kendatipun teknologi memiliki
banyak aspek postifnya, tetapi tidak bisa dipungkiri juga, jika orang tua tidak membimbing anak
untuk bijak dalam memanfaaatkan teknologi, bukan tidak mungkin banyak aspek negatif yang
akan didapatkan si anak.

Memang bermain game secara online dengan gadget lebih praktis, tidak perlu pergi jauh
dari rumah, tidak perlu melakukan aktifitas fisik yang berat, dan lebih menyenangkan. Akan
tetapi kita tidak bisa abai bahwa permainan tradisional juga tidak boleh dilupakkan begitu saja.
Karena jika anak hanya terpaku pada permainan seperti game onlien dari gadget, maka akan
banyak hal-hal baik dari permainan tradisional tidak akan didapatkannya. Permainan tradisional
adalah permainan yang paling baik untuk usia anak-anak, yang mana usia tersebut memiliki
peran penting terhadap perkembangannnya.

Menurut Harlock pola permainan yang mendukung perkembangan anak, khususnya


perkembangan sosial anak, adalah permainan yang bernuansa sosial, yaitu permainan yang
melibatkan secara langsung interaksi anak dengan teman sebayanya. Permainan tradisional tentu
saja memiliki kriteria tersebut.

Dharmamulyani juga menyebutkan dalam bukuya, bahwa ada beberapa nilai positif yang
terkandung dalam permainan tradisional, antara lain adanya rasa bebas, demokrasi, penuh
tanggung jawab, rasa taat pada peraturan, saling membantu dengan sesama, gotong royong dan
bekerja sama. Ini merupakan nilai-nilai yang sangat baik ditanamkan pada kepribadian anak
sedini mungkin, dan permainan tradisional bisa menjadi salah satu alternatif pembantu.

Namun, bayangkan saaat anak-anak pada usia yang seharusnya bertindak aktif,
melompat, berlarian, bermain dengan teman sekolahnya, menjalin hubungan dengan orang baru,
tetapi menjadi kaku, hanya berfokus pada game di gadget, seharian hanya duduk diam dengan
gadget-nya. Apa yang akan terjadi pada perkembangannya? Bukan hanya akan menghambat
perkembangan sosialnya, namun fisiknya pun akan mendapat masalah karena kurangnya aktifitas
fisik yang dilakukan.

Terhambatnya perkembangan sosial pada usia anak-anak, tentu akan berdampak pada
anak ketika dewasa nanti. Anak akan berpotensi tidak bisa berinteraksi secara intens dan nyata
dengan orang lain. Kurangnya rasa simpati pada orang lain, bersikap apatis, tidak mau berusaha,
karena sudah terbiasa dengan kepraktisan teknologi, tidak mampu membentuk hubunngan
intrapersonal. Semua hal tersebut merupakan kemuduran sosial yang serius.

Pada akhirnya generasi Aceh yang akan terbentuk akan sangat jauh dari nila-nila budaya
yang ada, yaitu masyarakat yang berjiwa sosial tinggi, dan sangat senang bersosialisasi. Maka
dari itu, bersikap bijak lah dalam memperhatikan hal-hal yang akan mempengaruhi
perkembangan anak, termasuk membiarkan anak hanya terpaku dengan teknologi dan melupakan
hal-hal apa saja yang harus anak lakukan untuk menunjang perkembangannya. Membiarkan
permainan tradisional menghilang begitu saja mungkin terlihat sepele, tapi nyatanya setelah
dikaji, permainan tradisional memiliki peran yang sangat penting dan mentukan dalam
perkembangan, khusunya dari segi sosial anak. Maka dari itu, ayo! Sama-sama kita budayakan
lagi, kita kenalkan lagi permainan-permainan tradisional yang menyenangkan kepada anak-anak,
guna menyelamatkan generasi penerus Aceh, dan genersi penerus Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai