Anda di halaman 1dari 26

KERANGKA ACUAN

TIM KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS (KPP)


PUSKESMAS TANGGUNGGUNUNG

UPTD PUSKESMAS TANGGUNGGUNUNG


TAHUN 2018
KERANGKA ACUAN
TIM KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS (KPP)
PUSKESMAS TANGGUNGGUNUNG

I. PENDAHULUAN
Sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan di
indonesia maka puskesmas perlu mendapatkan perhatian terutama berkaitan
dengan mutu pelayanan kesehatan puskesmas sehingga dalam hal ini
puskesmas dituntuk untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari para
pegawainya, serta meningkatkan fasilitas/sarana kesehatannya untuk
memberikan kepuasan kepada masyarakat penguna jasa layanan kesehatan
Pelayanan bermutu adalah pelayanan yang profesional. merupakan hak
pelanggan. Dalam memberikan pelayanan yang bermutu berarti memberikan
yang terbaik bagi pelanggan. Pelayanan yang bermutu memberi peluang
untuk memenangkan persaingan. Pelayanan yang diberikan melibatkan
berbagai pihak terkait.
Kualitas Mutu dikaitkan dengan keselamatan pasien adalah tingkat
dimana pelayanan kesehatan untuk individu maupun populasi mampu
menghasilkan outcome pelayanan sesuai dengan yang diharapkan dan
konsisten dengan pengetahuan profesional terkini, atau secara singkat
berpedoman pada struktur, proses, output, dan outcome.
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis
obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah
Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan medis (medical erroPuskesmas). kesalahan medis didefinisikan
sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan
perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa
berupa Near Miss (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi
cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima
suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu
obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya).
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi
pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan
atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai,
menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak
bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti
kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode
penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan
yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik
serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain
seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.

II. LATAR BELAKANG


Sebagai upaya untuk mencapai visi dan misi puskesmas duduksampeyan,
perlu dilakukan peningkatkan mutu pelayanan klinis oleh unit – unit
pelayanan yang terkait, untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada
pasien dan mampu memberikan rasa aman , tenang , nyaman, itulah
sebabnya perencanaan program peningkatan mutu klinis dan keselamatan
pasien perlu mendapat perhatian yang memadai.
Permenkes No 11 tahun 2017 tentang Keselamatn pasien menekankan
adanya enam sasaran keselamatan pasien yaitu : Kepastian Identifikasi
Pasien, Peningkatan Komunikasi yang Efektif, Peningkatan Keamanan Obat
yang Perlu Diwaspadai, Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur dan Tepat
Operasi, Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan, dan
Pengurangan Resiko Pasien Jatuh.
Terjadinya KTD pada tahun 2017 terkait dengan kesalahan pemberian
obat dan kesalahan identifikasi pasien di tahun 2018 dan 2019 menunjukkan
bahwa keselamatan pasien merupakan permasalahan yang harus segera
ditangani secara terstruktur dan berkelanjutan.
Penanganan pencegahan kesalahan dalam identifikasi
III. TUJUAN:
A. Tujuan umum: meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di
Puskesmas Tanggunggunung melalui suatu sistem dimana Puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman.
B. Tujuan khusus:

a. menciptakan budaya keselamatan pasien;


b. meningkatkan akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien &
masyarakat;
c. menurunkan KTD di Puskesmas.
d. melaksanakan program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

No Kegiatan Pokok Rincian kegiatan


1 Memonitor capaian sasaran
Mengidentifikasi pasien dengan benar
keselamatan pasien
    Meningkatkan komunikasi efektif
    Meningkatkan keamanan obat yang harus
diwaspadai
    Memastikan lokasi pembedahan,
prosedur, dan tindakan pembedahan pada
pasien yang benar
    Mengurangi resiko infeksi akibat
perawatan kesehatan
    Mengurangi resiko cidera pasien akibat
terjatuh
2 penanganan insiden keselamatan Menyusun kebijakan tentang keselamatan
pasien pasien di puskesmas
Membuat panduan system pencatatan dan
pelaporan insiden keselamatan pasien
(IKP)
    Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
sentinel, KTD, dan KNC
    Melakukan analisis kejadian KTD dan
KNC
    Melakukan tindak lanjut

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN SASARAN:


A. Cara melaksanakan kegiatan:
Secara umum dalam pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien
adalah mengikuti siklus Plan Do Check Action

B. Standar Keselamatan Pasien


Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient
safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:
1.      Hak pasien
Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
2.      Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah puskesmas harus mendidik pasien & keluarganya
tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada sistim dan
mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan
tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
a.    Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b.    Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c.    Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d.   Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e.    Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas
f.     Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g.    Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3.      Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan
dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
dengan kriteri sebagai berikut:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah puskesmas harus mendisain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor & mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP dengan
criteria sebagai berikut:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan
(design) yang baik, sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
standarnya adalah:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui
penerapan “7 Langkah Menuju KP puskesmas”
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko KP & program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar
unit & individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja puskesmas serta
tingkatkan KP.
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja puskesmas & KP. dengan criteria sebagai
berikut:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan dan program meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden,
termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.


Standarnya adalah

a. puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi


untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP
secara jelas.
b. puskesmas menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara kompetensi
staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien. Standarnya adalah:
a. puskesmas merencanakan & mendesain proses manajemen
informasi KP untuk memenuhi kebutuhan informasi internal &
eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan
criteria sebagai berikut:
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi
tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada
V. SASARAN :
1. Komitmen karyawan untuk meningkatkan mutu
2. Tersusunnya tata nilai mutu dan perilaku dalam pemberian pelayanan
3. Seluruh unit pelayanan minimal melakukan satu siklus PDCA untuk
menyelesaikan permalahan yang ada
4. Kinerja pelayanan klinis diukur pada semua unit pelayanan
5. Tercapainya sasaran keselamatan pasien
6. 100 % insiden keselamatan pasien dilaporkan dan ditindak lanjuti
7. Manajemen risiko diterapkan di pelayanan Gawat Darurat, Farmasi,
Laboratorium, Poli umum
8. Tidak terjadi kematian ibu pada tahun 2020
9. Terlaksananya diklat PMKP sesuai rencana
10. Tidak terjadi kesalahan pemberian obat
11. Tidak terjadi kesalahan pemeriksaan laboratorium
VI. JADWAL KEGIATAN TAHUN 2020

N PELAKSANAAN TAHUN 2019


KEGIATAN
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 penyusunan kebijakan keselamatan pasien
                     
Puskesmas
2 Distribusi form pelaporan insiden x x x x x x x x x x x x
3
Pemantauan sasaran keselamatan pasien                      
4
Pencegahan insiden keselamatan pasien  

Pengawasan obat   x x x x
5 Koordinasi tim keselamatan pasien puskesmas   x x x x
6 Penyusunan laporan tim keselamatan pasien
  x x
puskesmas
VII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA
1. Evaluasi terhadap pemantauan sasaran keselamatan dilakukan tiap bulan,
dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan tersebut.
2. Evaluasi kegiatan keselamatan pasien dilakukan setiap 3 bulan.
3. Analisis terhadap insiden keselamatan pasien dilaksanakan setiap terjadi
insiden.
4. Penyusunan laporan setiap 6 bulan.

VIII. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


1. Pencatatan sasaran keselamatan pasien dilakukan setiap bulan
2. Pemantauan harian indikator mutu dan pelaporan dilakukan setiap bulan.
Dilakukan pencatatan dan pelaporan indikator pelayanan klinis dari tiap
unit kerja
3. pelaporan hasil analisis penilaian indikator pelayanan klinis dan sasaran
keselamatan pasien setiap tiga bulan
4. hasil kegiatan dilaporkan setiap 6 bulan
5. Dilakukan pelaporan tahunan Tim KPP kepada Wakil Manajemen Mutu
dan Kepala Puskesmas.

Tulungagung, 9 Januari 2020


Tim Keselamatan Pasien Puskesmas
UPTD Puskesmas Tanggunggunung

Imam Ma’ruf, Amd.Kep


PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu:
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di Puskesmas yang
bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan ”bisnis” yang terkait dengan kelangsungan
hidup Puskesmas. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting
untuk dilaksanakan.Namun harus diakui kegiatan institusi kesehatan
dapat berjalan apabila ada pasien oleh karena itu keselamatan pasien
merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait
dengan isu mutu dan citra puskesmas. Harus diakui, pelayanan
kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai
dengan yang diucapkan Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu
Primum, non nocere (First, do no harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi
pelayanan kesehatan menjadi semakin kompleks dan berpotensi
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila tidak
dilakukan dengan hati-hati. Di puskesmas terdapat ratusan macam obat,
ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam
jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan
pasien 24 jam. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.

Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka


pelaksanaan program keselamatan pasien perlu dilakukan. Karena itu
diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien
tersebut.
B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan keselamatan pasien meliputi pelayanan di
pendaftaran, poli umum, poli gigi, KIA, laboratorium, farmasi, ruang
tindakan, ruang konsultasi.

D. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assestment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tim Keselamatan pasien puskesmas terdiri dari:
1. Kepala puskesmas
2. Ketua Tim
3. Anggota Tim:
· Dokter Umum
§ Dokter gigi
§ Petugas Pendaftaran
§ Bidan
§ Perawat umum dan perawat gigi
§ Asisten apoteker
§ Petugas laboratorium
§ Petugas sanitarian
§ Nutrisionis

B. Distribusi Ketenagaan
Pada jam kerja (7.30 – 14.15) distribusi ketenagaan adalah sbb:
· Pendaftaran : 3 petugas RM
· BP Umum : 3 dokter dan 3 perawat
· BP Gigi : 2 dokter gigi, 2 perawat gigi
· KIA : 3 bidan
· Laboratorium : 2 petugas laboratorium
· Farmasi : 1asisten apoteker
· Kesling : 2 sanitarian
· Gizi : 2 Nutrisionis

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-
sama dan di pertanggung jawabkan oleh Kordinator Klinis, Kordinator
Bidan dan Kordinator Perawat.
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan
pada akhir bulan sebelum pelaksanaan jadwal.

3. Untuk tenaga dokter, bidan maupun perawat yang memiliki keperluan


penting pada hari tertentu, maka petugas perawat tersebut dapat bertukar
jadwal dengan sejawatnya dan mencatatkan perubahan jaga tersebut di
lembar jadwal jaga.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

I.Fasilitas dan sarana


Ruang pelayanan kepada pasien pada umumnya berlokasi di lantai
bawah gedung puskesmas sehingga memudahkan bagi pasien untuk
mengakses. Bagian pendaftaran terletak di bagian depan gedung,
berdekatan dengan pintu masuk pengunjung, sehingga mudah diakses. Di
ruangan ini terdapat meja resepsionis sekaligus meja kerja, lemari status,
perangkat komputer.

BP umum merupakan ruangan dengan 3 meja pemeriksaan dokter


dengan bed periksa masing-masing. Di bagian depan ruangan ini di sisi
pintu masuk adalah meja anamnese sekaligus pemeriksaan awal oleh
perawat. Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi
petugas setelah melakukan tindakan kepada pasien.Disamping itu
ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai salah satu client dari
sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server untuk
memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas.
Ruang BP gigi memiliki dua unit kursi gigi beserta peralatannya, 2 meja
periksa dokter, 2 meja periksa perawat, 2 lemari peralatan dan
wastafel.Ruangan ini juga diperlengkapi komputer sebagai sarana sistem
informasi puskesmas.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Imunisasi, sehingga
memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa pemeriksaan ibu hamil,
pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin serta pemberian immunisasi
pada balita.Ruangan KIA memiliki meja administrasi, bed pemeriksaan,
bed ginekologi, wastafel, lemari peralatan dan perangkat komputer
pendukung sistem informasi puskesmas.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi, meja kerja sekaligus
meja peralatan, lemari reagen, kulkas, tempat cuci peralatan dan
seperangkat komputer. Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja
tempat menyiapkan resep, lemari obat, kulkas, wastafel.

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan programpeningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :


Standar I. Hak pasien
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk
pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien

Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas
harus ada sistem dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4). Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5). Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6). Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7). Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standar :
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unitpelayanan.
Kriteria :
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan,diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dariPuskesmas.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakansumber daya secara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi antarunit pelayanan dapat berjalan
baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasidukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan,pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainyaproses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif.

Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk


melakukan evaluasi danprogram peningkatan keselamatan pasien
Standar :
Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor danmengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif Kejadian TidakDiharapkan, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan
pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,praktik bisnis
yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien
sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
4.2. Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja
yang antara lain terkait dengan :pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait
dengan semua Kejadian TidakDiharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukanperubahan sistem yang diperlukan, agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan


pasien
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasidalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas ”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasiendan program menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
b.
1. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitandengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
2. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkankinerja Puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien.
3. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkaninsiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang
memerlukan perhatian, mulai dari “KejadianNyaris Cedera” (Near miss)
sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event).
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari Puskesmasterintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yangterkena musibah, membatasi risiko pada
orang lain dan penyampaian informasi yang benar danjelas untuk
keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasukpenyediaan informasi yang benar dan jelas
tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “KejadianNyaris Cedera” (Near
miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan
pasienmulai dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “KejadianSentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan
proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanismeuntuk mendukung
staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar
unit dan antar pengelolapelayanan di dalam Puskesmas dengan
pendekatan antar disiplin.

8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam


kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupansumber daya
tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untukmengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
Puskesmas dan keselamatan pasien, termasukrencana tindak lanjut dan
implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar :
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakupketerkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkandan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
1. Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baruyang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
2. Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan inservicetraining dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden.
3. Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork)guna mendukung pendekatan interdisiplin
dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai


keselamatan pasien
Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untukmemenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria :
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untukmemperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemeninformasi yang ada.

BAB V
LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah


tentang ketersediaan logistic, yang antara lain berupa form-form
pelaporan maupun sarana yang dibutuhkan untuk pencatatan dan
pelaporan kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi yang mampu
mempengaruhi keselamatan pasien, meliputi :
a. Form pelaporan insiden KTD, KNC,KPC, resiko medik
b. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
c. Petunjuk lantai basah
d. Peralatan kebersihan lingkungan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan pasien adalah


sebagai berikut:
1. Puskesmas membentuk Tim Keselamatan Pasien, dengan susunan
organisasi sebagai berikut : Ketua dokter, Anggota : dokter, dokter gigi,
perawat, tenaga kefarmasian dantenaga kesehatan lainnya
2. Puskesmas mengembangkan sistem informasi pencatatan dan
pelaporan internal tentang insiden
3. Puskesmas melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan
Pasien dinas kesehatan kabupaten/kotasecara rahasia
4. Puskesmas memenuhi standar keselamatan pasien dan menerapkan
tujuh langkahmenuju keselamatan pasien
Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas merupakan panduan yang
komprehensif untuk menujukeselamatan pasien, sehingga tujuh langkah
tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap puskesmas.
Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas
4. Kembangkan system pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan Pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan
tidak harus serentak.Pilih langkah-langkahyang paling strategis dan paling
mudah dilaksanakan di Puskesmas.Bila langkah-langkah ini berhasilmaka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan.Bila tujuh
langkah ini telah dilaksanakan dengan baik Puskesmas dapat menambah
penggunaan metodametodalainnya.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek.Tujuan K3 adalah untuk
memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga
melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang
juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas,
dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan
bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi
aman sepanjang waktu. Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja)
meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga
penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan
perawatan kesehatan dan cuti sakit.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka


yang harus dilakukan adalah:
1. Setiap unit kerja di puskesmas mencatat semua kejadian terkait
dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan
oleh puskesmas.
2. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan
dan Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien pada formulir
yang sudah disediakan.
3. Tim Keselamatan Pasien menganalisis akar penyebab masalah
semua kejadian yangdilaporkan oleh unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan
Pasien merekomendasikansolusi pemecahan dan mengirimkan hasil
solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan puskesmas.
5. Pimpinan puskesmas melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke
Komite Keselamatan Pasien
setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar masalah
yangbersifat rahasia.
6. Pimpinan puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada unit
kerja-unit kerja di Puskesmas, terkaitdengan pelaksanaan keselamatan
pasien di unit kerja
BAB IX
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap


pelayanan di Puskesmas makapelaksanaan kegiatan keselamatan pasien
Puskesmas sangatlah penting.Melalui kegiatan ini diharapkan
terjadipenekanan / penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas di Indonesia.Program
Keselamatan Pasien merupakan never ending proses, karena itu
diperlukan budayatermasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia
melaksanakan program keselamatan pasien secaraberkesinambungan
dan berkelanjutan.
Strategi pelaksanaan Standar Keselamatan Pasien, meliputi :
1.      Hak pasien, hak pasien diberikan dengan cara :
a. menentukan dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan membuat rencana pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD

2.      Mendidik pasien dan keluarga, dengan cara :


a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur terkait
dengan penyakitnya
b. pasien dan keluarga mengetahui kewajiban dan tanggung
jawabnya
c. pasien dan keluarga dapat mengajukan pertanyaan untuk hal
yang tidak dimengerti
d. pasien dan keluarga memahami dan menerima konsekuensi
pelayanan yang diberikan
e. pasien dan keluarga mematuhi instruksi dan menghormati
peraturan puskesmas
f. pasien dan keluarga memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggang rasa
g. pasien dan keluarga memenuhi kewajiban finansial yang
disepakati

3.      Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh dilaksanakan melalui
pertemuan pralokmin dan lokakarya mini puskesmas yang
dilakukan setiap bulan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan
pelayanan dan merencanakan pelayanan pada bulan
berikutnya.
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya yang dilaksanakan dengan pemenuhan
kebutuhan tenaga yang disesuaikan dengan kompetensi profesi
masing-masing unit pelayanan. Koordinasi pelayanan UKP
dikaitkan dengan pelayanan yang terpadu mulai dari
pendaftaran, poli umum, poli gigi, poli KIA-KB, imunisasi,
pelayanan laborat, gizi, dan pelayanan obat.
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
melalui identifikasi dan evaluasi peran di lingkup pelayanan
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan yang
dilakukan dengan mekanisme rujukan internal dan eksternal
serta pengisian kelengkapan rekam medis meliputi sosialisasi
hak dan kewajiban pasien, persetujuan tindakan medis,
rencana terapi, odontogram dll

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
e. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan
(design) yang baik, sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
f. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
g. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
h. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui
penerapan “7 Langkah Menuju KP puskesmas”
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko KP & program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit
& individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja puskesmas serta
tingkatkan KP.
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja puskesmas & KP.
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden,
termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.


Standarnya adalah

c. puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi


untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP
secara jelas.
d. puskesmas menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara kompetensi
staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien. Standarnya adalah:
a. Pelaksanaan komunikasi antar staf dilaksanakan pada pertemuan
pralokmin yang dilakukan setiap minggu ke 4 setiap bulannya.
b. Pertemuan pralokmin dipimpin oleh penanggung jawab upaya.
Untuk merencanakan pelayanan pada bulan berikutnya.
c. Koordinasi pencapaian target keselamatan pasien dilakukan tim
keselamatan pasien puskesmas setiap 3 bulan
d. Setiap unit pelayanan berkewajiban untuk mengisi form
pencapaian sasaran keselamatan pasien setiap bulan
e. Data dan informasi di analisa oleh tim keselamatan pasien
puskesmas dan dilakukan feed back kepada unit yang
bersangkutan
f. Pendanaan koordinasi tim keselamatan pasien puskesmas
dibebankan kepada dana BOK

Anda mungkin juga menyukai