Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB VI

SISTEM AKUNTANSI

Oleh:

Kadek Juli Hartawan (1833122111)

I Gusti Bagus Satya Bramasiwi (1833122114)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2020
A. Definisi Sistem Akuntansi :

Sistem akuntansi, (Haward F. Slettler dalam Baridwan, 1971) adalah formulir-


formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur,dan alat-alat yang digunakan
untuk mengolah data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan
untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang
diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak-pihak
lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga-
lembaga pemerintah untuk menilai hasil operasi.

B. Akuntansi Anggaran

Akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi untuk mencatat transaksi-


transaksi yang terdapat pada anggaran mulai dari saat anggaran disahkan,
dialokasikan, dilaksanakan/ direalisasikan sampai ditutup pada akhir tahun
anggaran serta pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang
digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan.

C. Akuntansi Dana

Akuntansi Dana merupakan sistem akuntansi yang sering digunakan oleh


organisasi-organisasi nirlaba dan institusi sektor publik. Sistem tersebut
merupakan metode pencatatan dan penampilan entitas dalam akuntansi seperti
aset, dan kewajiban yang dikelompokkan menurut kegunaannya masing-
masing. Akuntansi dana umumnya digunakan pada organisasi-organisasi
nirlaba dan sektor publik yang umumnya membutuhkan metode pelaporan
khusus neraca akhir yang dapat menunjukkan arus pengeluaran keuangan
organisasi tersebut secara jelas. Metode pelaporan tersebut berbeda dengan
laporan neraca akhir yang biasa digunakan oleh sektor bisnis yang
menekankan pada nilai keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh
organisasi tersebut dalam suatu periode akuntansi tertentu.

Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik yaitu ;

a. Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund) digunakan untuk


mencatat nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo yangdapat
dibelanjakan untuk kegiatan yang bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi
ini digunakan pada organisasi pemerintah (governmental funds)
b. Dana yang tidak dapat dibelanjakan (nonexpendable) untuk mencatat
pendapat biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya
mencari laba. Jenis akuntansi ini digunakan pada organisasi bisnis
(proprietary).

D. Akuntansi Komitmen

System akuntansi komitmen adalah system akuntansi yang dijadikan dasar


pengambilan keputusan (komitmen) manajemen oprasional. Sitem akuntansi
komitmen dipergunakan untuk pengendalian anggaran belanja organisasi.
Akibatnya system akuntansi komitmen (comiment accounting) sering
diimplementasikan sebagai sub system. Fungsi utama pada system ini adalah
pengendalian anggaran, oleh sebab itu fokusnya pada pesanan yang
dikirimkan.

E. Akuntansi Akrual – Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Adaptasi IPSAS

System akrual merupakan system yang paling modets. Keberhasilan new


Zealand menerapakan akuntansi akrual telah menyebabkan berbagai
perubahan manajemen  sektor public. Salah satu usaha untuk menerapkan
akuntansi akrual diindonesia adalah penerbitan manual akuntansi keuangan
pemerintah daerah (MAKUDA) – 2001 (bastian 2001). Orientasi basis akrual
telah dinyatakan secara tegas dibagian tujuan manual sebagai berukut:
1. Sebagai pedoman, agar terdapat suatu pedoman, penafsiran atau panduan
yang jelas bagi aparat yang berkecimbung keuangan daerah dalam
menerapkan SAK dan SKAP
2. Fungsi manajemen, agar fungsi manajemen keuangan daerah dapat
diselenggarakan dengan baik, transparan dan lebil akuntabel.
3. Penyajian laporan keuangan, agar tahapan dalam penyajian laporan
keuangan dapat diselenggarakan dengan baik oleh pemerintah daerah.
4. Keseimbangan transparansi dan akuntabilitas
5. Sebagai alat pengendalian / pengawasan dan pemeriksaan

a. kerangka pelaporan keuangan pemerintah

Dalam manual tersebut, ada dua titik yang amat kritis dalam menentukan
kualitas produk laporan keuangan. Pertama prinsip konsiladisian laporan
keuangan, kedua laporan dinas atau unit kerja setara akan dijadikan dasar
pembuatan laporan keuangan konsolidasian pemerintah. Ini berarti
mekanisme manajemen keuangan sudah tidak akan terpusat ditingkat
pemerintah daerah / pusat dan memperkuat manajemen keuangan unit
kerja. Untuk memperaktikan akuntansi akrual, dinas sebagai unit kerja
yang melakukan transaksi keuangan diwajibkan melaporkan transaksi,
sekaligus mempertanggung jawabkan. Wujud pelaporan /
pertanggungjawabannya adalah ringkasan transaksi atau laporan keuangan
unit kerja. Secara rinci tugas dan tanggungjawab unit kerja akan dibahas
dibawah ini.

Dari segi pendapatan daerah/ satuan kerja antara lain berkewajiban untuk
1. melaksanakan dan bertanggung jawab atas pemungutan pajak.
2. memberikan jasa umum untuk mendapatka retribusi
3. meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan dan jasa produksi
yang dihasilkan oleh satuan unit kerja yang bersangkutan.
4. turut bertanggungjawab atas tugas tugas pemegang kas khusus
penerima dalam unit kerja yang bersangkutan.

Dari segi belanja daerah; pencatatan transaksi pada unit kerja dalam hal ini
pemegang kas haruslah dapat menyajikan data kegiatan terutama
penggunaan uang anggaran pada unit tersebut, adanya pembukuan ini
antara lain untuk mengetahui ;

1. jumlah dan keadaan / kualifikasi rekan


2. perikatan atau kontrak dengan rekan
3. jumlah kemajuan fisik masing-masing proyek
4. jumlah keadaan mutu / kualitas
5. jumlah dan nilai SKO dan SPMU yang diterima
6. jumlah-jumlah yang telah dibayarkan oleh rekan dan sisa yang harus
dibayarkan
7. jumlah pemeliharan barang-barang inventaris milik pemerintah per
unit/satuan /jenis
8. jumlah realisasi penerimaan dan yang telah disetor ke kas Negara /
daerah serta yang masih tertunggak pada wajib pajak/ wajiib bayar.
9. realisasi secara definitive masing-masing ayat dan pasal yang di urus
oleh unit kerja yang bersangkutan.

Kegunaan dari pencatatan dan pelaporan keuangan oleh unit kerja tersebut
antara lain sebagai berikut;

1. Membatu pemegang kas dalam pengajuan SPP


2. Sebagai alat monitoring terhadap pelaksanaan tugas para pemegang
kas dalam lingkugan dinas / satuan kerja yang bersangkutan
3. Penyajian data yang menjadi bahan penyusunan DUKDA/DUPDA dan
anggaran kas
4. Penyajian data untuk mengajukan usul perubahan anggaran
5. Sebagai bahan pembanding/percobaan dengan pencatatan buku besar
penerimaan dan buku besar pengeluaran yang sekaligus dapat
membantu kelancarab penyusunan perhitungan APBD
6. Sebagai dasar menyusun laporang keuangan pemerintah yang
merupakan konsolodasi dari laporan keuangan unit kerja
b. Laporan keuangan konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan suatu entitas


ekonomi disajikan seolah-olah seperti entitas tunggal.
1. Lingkup laporan keuangan konsolidasi
Suatu entitas penggendali atau pemerintah yang menerbitkan laporan
keuangan seharusnya  mengkonsolidasi semua entitas kendalian
pemerintah dalam bentuk satu kesatuan yang disajikan oleh informasi
keuangannya kedalam keuangan konsolidasi.entitas kendalian tersebut
seharusnya mempertanggungjawabkan kegiatanya misalnya jika
pemerintah akan melakukan investasi. Dalam pengembalian
keputusannya harus sesuai dengan ketentuan yang telah tetapkan
(standar )
2. Prosedur konsolidasi
Agar laporan keuangan konsolidasian tersebut menyajikan informasi
keuangan entitas ekonomi sebagai entitas tunggal maka langkah-
langkah tersebut harus diambil
1. Jumlah tercatat investasi entitas pengendali pada setiap entitas
kendalian dan porsi entitas pengendalian terhadap aset/ekuitas dari
setiap entitas kendalian, dieleminasi
2. partisipasi minoritas dalam surplus atau defisit neto dari
konsolidasi entitas kendalian untuk pelaporan yang diindentifikasi
dan disesuaikan terhadap surplus atau defisit neto suatu entitas
ekonomis agar menghasilkan surplus atau defisit neto yang
terartibusi kepada pemilik entitas pengendali
3. partisipasi minoritas dalam aset/ekuitas neto suatu entitas
kendalian konsolidasian didefinisikan dan sajikan dalam laporan
posisi keuangan secara terpisah dari kewajiban dan aset/ekuitas
neto entitas pengendali.
3. Penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Laporan konsolidasi dapat
disusun dengan dua sumber yang ada yaitu:
1. Neraca saldo pemerintah dan unit kerja
2. Laporan keuangan pemerintah dan unit kerja baik menggunakan
sumber yang pertama maupun yang kedua hasilnya akan sama.
Prosedur penyusunaan laporan keuangan konsolidasi adalah
 membuat jurnal eliminasi
tujuan membuat jurnal eliminasi adalah untuk menghilangkan
(mengeliminir) saldo rekening timbal balik yang bersaldo
kredit dan mengkredit rekening timbale balik yang bersaldo
debit.
 membuat kertas kerja
Pada dasarnya tujuan penyusunan  kertas kerja adalah untuk
mempermudah dan mempercepat penyusunan laporan
keuangan konsolidasi. Bahan yang diperlukan untuk membuat
kertas kerja adalah;
1) laporan keuangan dan neraca saldo atau laporan keuangan
pemerintah dan unit kerja
2) jurnal eliminasi

prosedur untuk membuat kertas kerja adalah

1) memasukan angka-angka dari neraca saldo atau laporan


keuangan masing-masing entitas.
2) memasukan angka-angka dari jurnal eliminasi kedalam
rekening debit-kredit yang sesuai.
3) menghitung angka-angka yang akan disajikan didalam
laporan keuangan konsolidasi yang merupakan hasil
kompilasi dari langkah a dan b.
 membuat laporan keuangan konsolidasi

F. Penerapan Sistem Akuntansi Di Indonesia

Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat lamban dalam


merespons tuntutan perkembangan zaman. Akuntansi pemerintahan di
Indonesia juga belum berperan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja
birokrasi. pemerintah dalam memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat. Pada periode lama, output yang dihasilkan oleh akuntansi
pemerintahan di Indonesia sering tidak akurat, terlambat, dan tidak informatif,
sehingga tidak diandalkan dalam pengambilan keputusan. Malah, segala
kekurangan ada dalam akuntansi pemerintahan pada periode tersebut sering
menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya praktek-praktek KKN.
Namun demikian, pada dasawarsa terakhir yang berkulminasi diundangkannya
tiga paket keuangan negara, terdapat dorongan yang kuat untuk
memperbaharui akuntansi pemerintahan di Indonesia.

a. Pengembangan system akuntansi pemerintah

Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah sudah beberapa kali


dilakukan perubahan dan penyempurnaan dengan heberapa kali
dikeluarkannya peraturan-peraturan pemerintah khususnya Keputusan
Menteri Keuangan. Pengembangan dan implementasi Sistem Akuntansi
Pemerintah dapat kita telusuri sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomar 476/ KMK.01/1991 pada tanggal 21 Mei 1991
tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sampai pada tahun 2005, Menteri
Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Sejarah teori dan praktek akuntansi di Indonesia menunjukkan bahwa


sebelum pendidikan akuntansi diperkenalkan di Indonesia pada tahun
1950an, pada masa itu hanya dikenal tata buku warisan Belanda yang
disebut sistem continental. Akibat perubahan hubungan politik dengan
Belanda, banyak guru besar berkebangsaan Belanda kembali ke negerinya.
Hal ini berakibat adanya perubahan kurikulum pendidikan akuntansi dan
sistem continental ke sistem Anglo Saxis (sistem Amerika).
Perkembangan selanjutnya, ternyata akuntansi keuangan untuk sektor
swasta maju pesat, sedangkan akuntansi di sektor pemerintah masih
mengikuti konsep-konsep yang diterapkan sejak zaman Belanda.

Meskipun ada perbaikan dalam akuntansi pemerintah di atas,


penyempurnaan yang bersifat mendasar belum pernah dilakukan,
sedangkan sistem tersebut mempunyai kelemahan yaitu:
1. Pada Pemerintah, sebagian aktivitasnya dibiayai melalui anggaran
yang setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang. Pencatatan
pelaksanaan anggaran tersebut terpisah-pisah dan tidak terpadu karena
berdasarkan sistem tata buku tunggal (single entry
bookeping). Akuntansi yang terpisah-pisah tersebut semakin
mengakibatkan pelaporannya menjadi tidak bersesuaian satu dengan
yang lain karena tidak menggunakan bagan perkiraan yang standar.
2. Pengelompokan perkiraan yang digunakan pemerintah dirancang
hanya untuk memantau dan melaporkan realisasi penerimaan dan
pengeluaran anggaran saja; tidak dirancang untuk menganalisis
efektivitas pembiayaan suatu program atau memberikan informasi
yang cukup untuk pengendalian pengeluaran suatu program.
3. Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tidak terintegrasi
dengan keuangannya juga dalam perencanaan maupun pelaksanaan
anggaran tidak dibedakan secara tegas antara belanja modal dan
belanja operasional.
4. Penyusunan pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN
yang dituangkan dalam bentuk Perhitungan Anggaran Negara (PAN)
semula berdasarkan Sumbangan Perhitungan Anggaran/SPA dari
seluruh Departemen atau Lembaga.
5. Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga ke-
wajaran dan keseragarnan perlakuan akuntansi dan pelaporan
keuangan pcrncrintah.
6. Khusus dalam pengelolaan keuangan Negara, semakin tahun jumlah
APBN yang harus dikelola semakin hesar dan masalah yang harus
ditangani pemerintah scmakin kompleks dan beragam, sedangkan
dalam sistem akuntansi pemerintah yang lama tersebut terdapat banyak
kelemahan. Hal ini berakibat pada  praktek akuntasi pemerintah yang
belum mampu memberikan informasi yang sesuai dengan peningkatan
transaksi keuangan negara yang semakin kompleks. Praktek akuntansi
pemerintah hanya dapat memenuhi tujuan pertanggungjawaban,
namun tidak menyediakan informasi yang cukup untuk kepentingan
manajerial.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dilakukan pengembangan sistem


akuntansi pemerintah pusat dengan tujuan utama untuk:

a. Merancang sistem akuntansi pemerintah yang baru,


b. Menyusun standar dan prinsip akuntansi pemerintah, dan
c. Membentuk pusat akuntansi di Departemen Keuangan

Dari tujuan utama di atas, penyusunan sistem akuntansi pemerintah pusat


telah dilaksanakan dan dilakukan implementasi secara bertahap. Penyusun
standar dan prinsip telah dilakukan seiring dengan penyusunan sistem
akuntansi dan pembentukan pusat akuntansi juga telah terselenggara
dengan diresmikannya Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)
pada Departemen Keuangan RI berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
35/1992 tanggal 7 Juli 1992. Untuk mengembangan usaha yang telah ada,
maka dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
295/KMK.012/2001 tentang Tata Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan
Keuangan pada Departemen/Lembaga dan diimplementasikan tahun 2001.

1. System akuntansi pemerintah pusat


 Dasar hukum system akuntansi pusat
Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat berbasis
double entry memiliki dasar hukum sebagai berikut:
a. Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 2000, khususnya Bab VI
tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran.
b. Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991 tanggal
24 Mei 1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah.
c. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1135/KMK.O1/1992
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Akuntansi Keuangan
Negara (BAKUN)
d. Surat Menteri Keuangan RI No. S-984/KMK.018/1992 perihal
Pengesahan Daftar Perkiraan Sistem Akuntansi Pemerintah
 Tujuan dari sistem akuntansi pusat
Tujuan SAPP adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan dalam hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
penatausahaan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan,
pengambil keputusan dan penilaian kinerja pernerintah dan sebagai
upaya untuk mempercepat penyajian Perhitungan Anggaran
Negara (PAN), serta memudahkan pemeriksaan oleh aparat
pengawasan fungsional secara efektif clan efisien.

Di samping itu, SAPP juga dirancang untuk mendukung


transparansi Laporan Keuangan Pemerintah dan Akuntabilitas
Keuangan Pemerintah dalam mencapai pemerintahan yang baik,
yang meliputi Akuntabilitas, Manajerial dan Transparansi.
Akuntabilitas yang dimaksud adalah meningkatkan kualitas
akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemerintah atas pelaksanaan
anggaran. Dalam hal manajerial adalah menyediakan informasi
keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggaran, perumusan
kebijaksanaan, pengambilan keputusan dan penilaian kinerja
pemerintah. Sedangkan menyangkut transparansi adalah
memberikan keterbukaan pelaksanaan kegiatan pemerintah kepada
rakyat untuk mewujudkan pemerintahan yang baik.

G. Manual Akuntansi Keuangan Daerah

Tahun 1981, pemerintah daerah telah melakukan pelaporan keuangan yang


disebut perhitungan anggaran dan nota perhitungan anggaran. Berjalannya
waktu dan jaman terdapat pertentangan akuntabilitas public. Berbasis kas dan
berdasarkan budgetary accounting, sisem ini mengakomodasi kepentingan
manjemen pemerintahan daerah namun gagal memenuhi akuntabilitas public

Dalam sistem MAKUDA 1981 dijelaskan bahwa proses pencatatan dan


pelaporan keuangan sebenarnya telah dilakukan. Transaksi keuangan harus
disertai bukti dan dipertanggungjawabkan pertransaksi melalui SPJ (Surat
Pertanggungjawaban). Perhitungan anggaran dilakukan di bagian keuangan
pemerintah daerah biasanya ditandatangani oleh kepala sub bagian
pembukuan. Kondisi menyebabkan pelaporan keuangan daerah dianggap
sebagai laporannya bagian keuangan daripada laporan keuangan pemerintah
daerah.

Pelaksanaan anggaran belanja daerah secara garis besar sebagai berikut :


a. Penyusunan dan penetapan DIKDA dan DIPDA (Daftar Isi Proyek
Daerah)
b. Penetapan pejabat yang member wewenang menandatangani Surat
Keputusan Otorisasi (SKO)
c. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) diajukan oleh bendaharawan kepada
kepala daerah lewat biro/ bagian keuangan berdasarkan
SKO/DIKDA/DIPDA yang telah diterima untuk kepentingan pengendalian
dan pelaksanaan APBD
d. Surat Perintah MembayarUang (SPMU) diajukan untuk menjaga
keamanan uang dengan menerbitkan SPMU yang ditandatangani pejabat
atas nama kepala daerah yang ditunjuk dengan Surat Keputusan
e. Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pengelola keuangan daerah
mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengurusan keuangan daerah
melalui SPJ

H. Kontroversi Sistem Akuntansi

Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)dan Sistem


Akuntansi Pengendalian Anggaran (SAPA) dan Sistem Akuntansi
Pengendalian Anggaran (SAPA) menghadapi permasalahan-permasalahan
sebagai berikut:

a. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Untuk memperoleh laporan yang handal dan tepat waktu transaksi
dilakukan secara sentralisasi di BAKUN. Pemprosesan dilakukan dengan
computer maka diperlukan konsistensi dalam pemberian kode perkiraan
dan perlakuan akuntansinya. Namun adapun kendala – kendala yang
dihadapi seperti :

- Tidak konsistensinya dalam pemberian kode-kode rekening dan


perlakuan akuntansi
- Klasifikasi dan kodifikasi yang tidak sesuai dengan system akuntansi
- Perlu waktu dalam menyempurnaan sub-sub sistem yang
menghasilkan input data dalam sistem akuntansi pemerintah
- Masalah langkanya kemampuan SDM yang menguasai akuntansi dan
computer
- Adanya beberapa instansi masih belum welcome dengan adanya sistem
akuntansi pemerintah, karena selama ini tidak pernah dilibatkan dalam
penyusunan pertanggungjawaban keuangan
b. Sistem Akuntansi Pemerintah daerah
Adapun kendala yang dihadapi meliputi :
- Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) yang disusun
oleh rezim lama untuk pemerintah daerah, tidak applicable
- Peraturan pemerintah yang memuat ketentuan-ketentuan yang
mendukung kebijakan fiscal, baru terbit tanggal15 nopember 2000
sehingga tidak cukup waktu untuk melaksanakan sosialisasi yang
efektif kepada Pemerintah Daerah yang dapat dilaksanakan dalam
tahun anggaran 2001
- Masalah kemampuan SDM khususnya dibidang pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah yang tidak memadai
- Dalam rangka pemberdayaan legislative dan menikmati euphoria
kebebasan otonomi daerah, terjadi implikasi negative dalam rangka
check ank balances antara eksekutif dan legislative yang berakibat
diabaikannya masalah akuntansi dan pertanggungjawaban
- Masalah kebijakan fiscal ditangani oleh Menteri Dalam Negeri
danOtonomi Daerah

Dari observasi PPA FE UGM, 2001 dinyatakan kelemahan mendasar


SAPA dan SAPP yaitu :

1. Tidak bisa mengatasi konflik pelaporan keuangan internal versus


eksternal
2. Keseragaman
Pengaturan SAPP dan SAPA yang sangat tersentralisir merupakan
penyebab kegagalan. Kebutuhan yang beragam dari pemerintah daerah
menyebabkan sistem justru menjadi gagal
3. Tak ada standard akuntansi keuangan sektor publik

Anda mungkin juga menyukai