Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, manusia telah banyak yang kehilangan arah dan tujuan dalam
kehidupannya baik itu berhubungan dengan masalah individual maupun sosial.
Secara hakikatnya, manusia disebut sebagai makhluk sosial sehingga tiap-tiap
manusia mempunyai keinginan untuk berkelompok dengan manusia lainnya.
Seperti juga yang dikemukakan oleh Gerungan a.l.:
“....bahwa kegiatan-kegiatan manusia itu dapat digolongkan menjadi tiga
golongan utama secara hakiki, yaitu kegiatan yang bersifat individual, sosial,
dan kegiatan yang bersifat berketuhanan. Hal ini berhubungan erat dengan 3
segi utama manusia yakni: makhluk individual, makhluk sosial, dan makhluk
berketuhanan”.1
Selain itu, dalam perjalanan kehidupannya manusia juga tidak selamanya
berdiri tegak tanpa terpaan badai. Hal ini berarti manusia harus mampu
bertahan ditengah-tengah terpaan permasalahan hidup, tantangan, godaan, dan
sebagainya. Namun, tidak berarti individu manusia mampu bertahan sendiri
tanpa dukungan dari orang lain. Terkadang permasalahan antara seseorang
dengan yang lainnya itu sama tetapi berbeda penyelesaiannya. Disinilah terjadi
interelasi yang sangat erat antara seseorang yang berperan sebagai konselor dan
pihak lainnya sebagai konseli. Konselor dapat memberikan bantuan kepada
para konselinya agar mereka mampu menyelesaikan segala permasalahannya
dengan baik. Bantuan kepada para konseli itu kemudian dikenal dengan
bimbingan dan konseling kelompok. Kedua istilah tersebut terdapat sisi
perbedaan dan persamaan yang dapat diidentifikasi masing-masing.
Berdasarkan dari uraian tersebut, maka kami membuat makalah dengan
judul Bimbingan dan Konseling Kelompok.

1
W.A. Gerungan, Psychologi Sosial, Bandung: P.T. Eresco, 1996), h. 26.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum tentang bimbingan kelompok itu?
2. Bagaimana dinamika kelompok itu?
3. Bagaimana bimbingan kelompok di Instansi Pendidikan?
4. Bagaimana perencanaan program bimbingan kelompok di kelas?
5. Bagaimanakah karakteristik konseling kelompok itu?
6. Apa saja syarat-syarat konseling kelompok?
7. Bagaimana proses konseling kelompok tersebut?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang bimbingan kelompok.
2. Untuk mengetahui dinamika kelompok.
3. Untuk mengetahui bimbingan kelompok di Instansi Pendidikan.
4. Untuk mengetahui perencanaan program bimbingan kelompok di kelas.
5. Untuk mengetahui karakteristik konseling kelompok.
6. Untuk mengetahui syarat-syarat konseling kelompok.
7. Untuk mengetahui proses konseling kelompok tersebut.

D. Metodologi Penulisan
Ada beberapa metode yang dilakukan dalam penyusunan makalah, yakni:
1. Metode literatur study
Tahapan pertama, penulis mengumpulkan dan membaca referensi yang
menjadi sumber rujukan utama dan penulis juga mengambil beberapa
sumber rujukan baik dari buku maupun dari literatur lain yang sesuai
dengan tema makalah.
2. Metode deskripsi
Selanjutnya, penulis berusaha untuk memberikan gambaran umum
dan menjelaskan secara komprehensif dari pembahasan makalah
berdasarkan referensi-referensi yang telah ada.

2
BAB II
PEMBAHASAN TEORETIK

A. Bimbingan Kelompok
Ditinjau dari sejarah perkembangannya, pelayanan bimbingan secara
kelompok berakar dari gerakan bimbingan di Amerika Serikat yang dipelopori
oleh Frank Parsons. Hal ini karena tidak lama sesudah Frank Parsons
mencanangkan konsepsinya tentang bimbingan jabatan, beberapa sekolah di
jenjang pendidikan menengah mulai mengelola program kegiatan bimbingan
kelompok dengan memanfaatkan kelompok struktural yang sudah terbentuk
yaitu satuan kelas.
Selama tahun 1920-an, istilah bimbingan (guidance) dan pendidikan
(education) memiliki arti yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Namun, tidak
sedikit program kegiatan bimbingan kelompok ini mengalami kegagalan
karena sumber tenaga pengelolanya adalah guru-guru vak yang
memperlakukan pelajaran bimbingan diberbagai bidang kehidupan sebagai
suatu bidang studi baru, dan menerapkan berbagai prosedur pengajaran yang
mereka kenal dengan prosedur didaktis tradisional. Oleh karena itu, banyak
sekolah menghapus program bimbingan kelompok secara klasikal dengan
alasan membosankan bagi siswa dan memusingkan pimpinan sekolah.
Sejak pertengahan tahun 1930-an lahir cabang ilmu terapan baru yang
dikenal denagn nama Dinamika Kelompok (Group Dynamics) khusus
mempelajari cara anggota dalam suatu kelompok berinteraksi satu sama lain
dan beroperasi bersama. Ilmu ini lahir sebagai hasil berbagai studi penelitian
dan kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh The National Training Laboratory,
yang didirikan tahun 1946 untuk menyelenggarakan sejumlah lokakarya dalam
pengelolaan kelompok terhadap kepemimpinan dan interaksi antara anggota
suatu kelompok yang dilakukan oleh para ahli di bidang ilmu sosiologi,
psikologi, dan manajemen perindustrian. Adapun tokoh yang terkenal di
bidang penelitian ini antara lain Kurt Lewin dan Ronald Lippit. Lama-

3
kelamaan gerakan Dinamika Kelompok ini memasuki bidang pendidikan
sekolah dan memberikan inspirasi baru kepada semua tenaga bimbingan di
sekolah untuk mengembangkan terobosan baru tersebut.2
Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan
bantuan atau bimbingan kepada individu melalui kegiatan yang berbentuk
kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, topik-topik yang dibahas
adalah topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota
kelompok. Selanjutnya permasalahan yang menjadi topik pembicaraan
tersebut, dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan
konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok dibawah bimbingan
pemimpin kelompok. Sedangkan dinamika kelompok adalah hal yang unik dan
hanya dapat ditemukan dalam suatu kelompok yang benar-benar hidup,
dinamis dan aktif sehingga tujuan kegiatan kelompok itu dapat tercapai,
sbagaimana dalam uraian berikut:
1. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok (group dynamics) merupakan studi tentang
kekuatan-kekuatan sosial dalam suatu kelompok yang memperlancar atau
menghambat proses kerjasama dalam kelompok, segala metode, sarana, dan
teknik yang dapat diterapkan bila sejumlah orang bekerjasama dalam
kelompok, misalnya pemberian umpan balik (feedback) serta prosedur
menangani organisasi dan pengelolaan kelompok.
Yang disebut dengan kelompok (a group) dalam rangka bimbingan
kelompok ialah suatu unit orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai
bersama, berinteraksi, dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain
pada waktu berkumpul dalam proses bekerjasama dan mendapat kepuasan
pribadi dari interaksi psikologis dengan seluruh anggota yang tergabung
dalam satuan itu. Interaksi antara para anggota kelompok ini harus
bermakna karena semakin tinggi gradasi interaksi antara pribadi-pribadi

2
W. S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 1997),
hlm. 503-504.

4
dalam kelompok semakin besar kadar kebersamaan kelompok itu. Gradasi
interaksi akan jauh lebih intensif jika dilakukan dalam kelompok yang kecil.
Dalam menganalisis aktivitas suatu kelompok, dapat dibedakan antara
dimensi isi (content) dan dimensi proses (process). Dimensi isi menunjuk
pada apa yang menjadi fokus perhatian kelompok, berkaitan dengan tujuan
yang ingin dicapai, seperti apa yang didiskusikan. Dimensi proses menunjuk
pada bagaimana caranya isi ditangani, dengan cara yang bagaimana
kelompok bekerja, dengan cara yang bagaimana kelompok menganalisis
problem yang dihadapi serta mencari pemecahan bersama, dan sebagainya.
Sedangkan kesukaran-kesukaran yang dialami dalam kelompok dapat
dianalisis dengan meninjau kelima komponen dasar dalam proses kelompok
yaitu struktur dan organisasi, interaksi dan komunikasi, keterpaduan dan
kebersamaan, gerak maju dalam kelompok, dan kepemimpinan.3
2. Bimbingan Kelompok di Institusi Pendidikan
Bimbingan kelompok merupakan salah satu bimbingan dimana
bimbingan tersebut menekankan pada pengalaman melalui pembentukan
kelompok yang khas yang digunakan untuk keperluan pelayanan bimbingan.
Di dalam bimbingan kelompok ini pembentukan kelompok dirancang untuk
memberikan pelayanan pendidikan yang sasarannya dekat dengan pelayanan
bimbingan. Oleh karena itu di dalam pelayanan bimbingan konseling
kelompok secara khusus dilibatkan kepada konselor sekolah yang kemudian
tenaga bimbingan professional tersebut bisa terlibat langsung pada
pembinaan kelompok-kelompok itu, sebagaimana berikut:4
1) Bimbingan kelompok yang dipegang oleh konselor
Tujuan bimbingan kelompok ini agar manusia yang dilayani
mampu mengatur kehidupan dirinya serta memiliki pandangan yang
tidak sekedar membebek pada pendapat orang lain dan juga berani dalam
menanggung konsekuensi dari segala tindakannya. Di dalam bimbingan
ini seorang konselor diharapkan bisa memberikan pelayanan bimbingan

3
Ibid., h. 514.
4
Ibid., h. 518-528.

5
dalam pengarahan namun di sisi lain yang dituju bukanlah perkembangan
kelompok melainkan perkembangan individu yang optimal dalam suatu
kelompok. Dengan demikian, pendidikan kelompok yang dipegang
konselor sekolah ini sebenarnya lebih menekankan pada perkembangan
yang optimal pada masing-masing siswa yang diharapkan dapat
mengambil manfaat dari pengalaman pendidikannya bagi dirinya sendiri.
Bimbingan kelompok dapat bersifat komplementer terhadap
bimbingan perseorangan sehingga bimbingan kelompok di institusi
pendidikan dasar dan menengah mencakup pelayanan kepada semua
peserta didik. Hal ini sebenarnya juga berlaku untuk jenjang perguruan
tinggi tetapi penggunaan bimbingan kelompok sebagai sarana untuk
mendampingi perkembangan semua mahasiswa menjadi kurang karena
kegiatan bimbingan kelompok ini sangat terbatas dan kegiatan yang lebih
mencolok bagi perguruan tinggi adalah kegiatan melayani mahasiswa
tertentu yang memiliki kebutuhan khusus seperti kelompok konseling
dan kelompok training kepemimpinan.
Bimbingan kelompok di jenjang pendidikan bermanfat untuk
tenaga bimbingan professional dan siswa. Bagi tenaga bimbingan mereka
mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa,
menghemat waktu dan tenaga, sera memperluas ruang geraknya di
sekolah. Sedangkan diantara manfaat bagi siswa ialah mereka menjadi
sadar akan tantangan yang dihadapi, lebih berani mengemukakan
pendapatnya, dan lebih bersedia menerima pandangan orang lain.
Kelemahan utamanya adalah dalam bimbingan kelompok, kontak pribadi
antara siswa dan konselor terbatas dan kurang mendalam.
Dalam merencanakan dan mengelola kegiatan bimbingan
kelompok, seorang konselor dapat memegang pada tiga model bentuk
dasar, yaitu group guidance model yaitu seorang konselor berperan
sebagai tenaga pengajar yang menyajikan banyak informasi yang
melibatkan seluruh anggota kelompok agar bermakna bagi masing-
masing konseli dengan kelompok besar, group process model yakni

6
seorang konselor mengelola kelompok dengan lebih menghayati
kebersamaan sebagai suatu cara yang efisien dan efektif, misalnya
dengan berdiskusi, group counseling model yakni seorang konselor
mengelola beberapa kelompok kecil yang anggotanya sama-sama
bermasalah dan dibahas bersama dalam suasana wawancara konseling.
2) Kaitan bimbingan kelompok dengan kegiatan kokurikuler maupun
ekstrakurikuler
Beberapa alasan yang mengakibatkan seorang konselor terlibat
dalam kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler, yaitu:
a. Kumpulan aktivitas itu memberikan pengalaman pendidikan yang
sesuai dengan pelayanan bimbingan yaitu perkembangan siswa yang
optimal dalam berbagai aspek yang tidak begitu diperhatikan dalam
bidang akademik.
b. Dalam melakukan kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler siswa
biasanya diberikan proporsi inisiatif sendiri dan tanggung jawab yang
lebih besar daripada dalam kegiatan intrakulikuler, sehingga konselor
sekolah sebagai tenaga pendidikan dapat mendampingi siswa dalam
pegambilan inisiatif sendiri dan pertanggungjawaban seluruh
kegiatannya.
c. Dalam perancangan dan pengelolaan kegiatan kelompok harus di
perhatikan bebrapa asas dari dinamika kelompok yang dipahami oleh
konselor.
d. Melalui keterlibatanya dalam berbagai kegiatan kokurikuler maupun
ekstrakurikuler konselor mendapat kesempatan untuk mengenal dan di
kenal siswa.
e. Siswa merasa lebih bebas bicara dan bertindak spontan jika konselor
hadir di tengah-tengah mereka daripada seorang guru bidang studi.

Dengan demikian partisipasi tenaga bimbingan professional dalam


hal ini untuk bimbingan kegiatan siswa atau pembinaan remaja yang di
koordinasi oleh wakil kepala sekolah urusan pembinaan siswa.

7
Adapun pengelompokan kegiatan kokurikuler maupun
ekstrakurikuler sebagai berikut:

a. Kegiatan kokurikuler yang menunjang pendidikan misalnya: hari


ilmiah, karya wisata serta belajar kelompok yang kesemuanya dapat
berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah.
b. Kegiatan ekstrakulikuler, yang dibagi dua hal, yaitu:
1) Kegiatan siswa dalam rangka partisipasi aktif kehidupan di dalam
sekolah. Misalnya dalam upacara bendera hari peringatan nasional
dan bazar sekolah.
2) Kegiatan siswa dalam rangka partisipasi aktif dalam berbagai
rekreatif, kebudayaan dan lainya, yang dilakukan di dalam atau di
luar sekolah seperti lomba karya ilmiah remaja dan kelompok
pecinta alam.
3. Perencanaan Program Bimbingan Kelompok di dalam Kelas
Persoalan yang dihadapi konselor adalah bagaimana caranya
menentukan isi dan materi untuk pelajaran bimbingan di jenjang pendidikan
tertentu. hal ini karena meskipun isi dan materi dari bimbingan itu sama
namun juga ada perbedaannya baik itu karena tingkatan yang berbeda,
populasi siswa yang berbeda, dan lainnya.
Kebanyakan program bimbingan kelompok yang berorientasi
menunjang perkembangan siswa dan bersifat developmental (growth
centered) memberikan tekanan pada usaha dalam tujuh bidang yaitu
memperdalam konsep diri, mengembangkan hubungan sosial dengan teman-
teman sebaya, meningkatkan disiplin dalam hidup dan disiplin diri,
memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak serta antara tenaga
kependidikan dan siswa, membantu siswa mencapai sukses dalam studi
akademik, mengembangkan pemahaman tentang dunia kerja dan apresiasi
terhadap karier masa depan, dan menciptakan suasana positif untuk proses
belajar-mengajar di dalam kelas.5

5
Charles L. Thompson dan William A. Popen, Guidance Activities for Counselors and Teacher,
(Monterey: Brooks/Cole, 1979).

8
Dalam merencanakan program bimbingan kelompok di kelas,
konselor sekolah dapat mengambil inspirasi dari Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), yang merupakan pola desain instruksional
dengan mendasarkan efisiensi dan efektivitas pengajaran klasikal atas
perencanaan dan pelaksanaan berbagai komponen, seperti tujuan
pengajaran, materi pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, alat-alat serta
sumber-sumber, dan evaluasi. 6
4. Teknik-Teknik Bimbingan Kelompok
Beberapa teknik bimbingan kelompok yaitu:7
1) Home room program, yaitu program kegiatan yang dilakukan dalam
kelas berbentuk pertemuan untuk membicarakan beberapa hal yang
dianggap perlu dengan tujuan agar konselor dapat mengenal para konseli
lebih baik sehingga dapat membantunya secara efisien.
2) Karyawisata, yaitu para konseli mendapatkan kesempatan meninjau
obyek-obyek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih
baik dari obyek itu sehingga muncul penyesuaian kehidupan kelompok,
kerjasama, tanggungjawab, percaya diri, dalam suasana yang senyaman
mungkin.
3) Diskusi kelompok, yaitu cara dimana para konseli mendapat kesempatan
untuk memecahkan masalah bersama-sama sehingga mereka dapat
menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah.
4) Kegiatan kelompok, yaitu teknik ini memberikan kesempatan kepada
individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya sehingga konseli
dapat mengembangkan bakatnya dan menyalurkan aspirasinya melalui
kegiatan kelompok.
5) Organisasi, yakni salah satu teknik untuk memecahkan masalah-masalah
yang sifatnya individual maupun kelompok dengan mereka mendapat
kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek kehidupan sosialnya
sehingga dapat terselesaikan.
6
W. S. Winkel, Op. Cit., h. 532-537.
7
I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: C.V. Ilmu, t.t.),
h. 107-109.

9
6) Sosiodrama, yakni suatu teknik untuk memecahkan permasalahan
melalui kegiatan bermain peran sehingga mereka mampu menghayati
secara langsung situasi masalah yang dihadapinya yang selanjutnya
didiskusikan untuk pemecahannya.
7) Psikodrama, yaitu teknik untuk memecahkan masalah-masalah psikhis
sehingga konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya bisa dikurangi.
8) Remedial teaching, yakni bentuk pengajaran yang diberikan untuk
membantu memecahkan masalah kesulitan belajar yang dihadapinya.
5. Manfaat dan Pentingnya Bimbingan Kelompok
Hartinah menyatakan bahwa melalui bimbingan kelompok para
anggota kelompok:8
a. Diberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan
berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Pendapat mereka itu boleh jadi
bermacam-macam, baik yang positif maupun negatif. Semua pendapat
itu, melalui dinamika kelompok (peranan konselor) diluruskan,
disinkronisasikan, dan dimantapkan sehingga para konseli memiliki
pemahaman yang objektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal
yang dibicarakan.
b. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan
mereka yang berkaitan dengan hal-hak yang dibicarakan dalam
kelompok. Sikap positif ini diharapkan dapat merangsang konseli untuk
menyusun program-program kegiatan.
c. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan
terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.
d. Mendorong untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung
membuahkan hasil sebagaimana yang diprogramkan semula.

Apabila manfaat bimbingan kelompok dapat ditubuhkembangkan,


maka bimbingan kelompok akan sangat efektif bukan saja bagi
perkembangan pribadi masing-masing anggota kelompok tetapi bagi
kemaslahatan lingkungan dan masyarakat.
8
Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: Revika Aditama, 2009), h. 114.

10
6. Tujuan Bimbingan Kelompok
Secara umum, tujuan bimbingan kelompok ialah untuk
mengembangkan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan
berkomunikasi. Hal ini dapat dilakukan melalui kondisi dan proses
perasaan, berpikir, berpersepsi, dan berwawasan yang terarah, luwes, dan
luas, serta dinamis, maka kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, dan
bersikap dapat dikembangkan.9
Secara lebih khusus, bimbingan kelompok bertujuan untuk membahas
topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan actual dan menjadi
perhatian anggota sehingga melalui dinamika kelompok yang intensif,
pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran,
persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku
yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik
verbal maupun non verbal.
Menurut Binnett, tujuan bimbingan kelompok ialah:10
1) Memberikan kesempatan kepada anggota untuk belajar hal-hal penting
yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah
pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.
2) Memberikan layanan-layanan penyembuhan
3) Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan
efektif daripada melalui kegiatan individual.
4) Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.

7. Hal-Hal yang harus Diperhatikan dalam Bimbingan Kelompok


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bimbingan kelompok meliputi:
Pertama, layanan bimbingan kelompok bukan sekadar kegiatan
kelompok. Kegiatan bimbingan kelompok mengemban fungsi-fungsi

9
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, (Padang: Universitas Negeri Padang,
2004), h. 2.
10
Romilah, Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok, (Malang: Universitas Negeri Malang,
2006), h. 14.

11
konseling seperti pemahaman, pemeliharaan, dan advokasi, serta
menerapkan prinsip-prinsip, juga asas-asas konseling.
Kedua, kegiatan bimbingan kelompok bukan berarti membimbing
kelompok, melainkan suatu layanan terhadap sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok agar setiap siswa memperoleh manfaat tertentu.
Ketiga, kegiatan bimbingan kelompok tidak sama dengan diskusi
biasa atau rapat. Meskipun dalam bimbingan kelompok dilakukan
pembahasan melalui kegiatan diskusi, bertukar pendapat, menganalisis, dan
mengkritisi data,berbeda pendapat, dan berargumentasi, namun semuanya
bukan untuk sampai pada kesimpulan atau keputusan melainkan secaea
dinamis dan konstruktif membina sebagian anggota kelompok sesuai
dengan tujuan layanan.
Keempat, heterogenitas dalam kelompok sehingga terjadi proses
saling memberi dan menerima, saling mengasah, saling merasang, dan
merespons dengan materi yang bervariasi.
Kelima, layanan bimbingan kelompok tidak sekadar memberikan
informasi kepada anggota kelompok, melainkan sangat aktif serta saling
member dan menerima satu sama lain. Selain itu, layanan bimbingan
kelompok, konselor hanya berbicara seperlunya saja, peranan para konseli
lebih aktif dalam pengembangan dinamika kelompok.11

B. Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling
yaitu wawancara konseling antara konselor professional dengan beberapa
orang yang tergabung dalam kelompok kecil. Konseling kelompok
menunjukkan kesamaan dan perbedaan dengan konseling individual.
Kenyataan ini menuntut persiapan dan kemampuan khusus di pihak konselor
seperti pembentukan kelompok dan pendampingan proses konseling yang

11
Sri Narti, Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), h. 27-28.

12
mengandunng interaksi antara konselor dan para konseli serta antara konseli
dengan konseli lainnya.
1. Karakteristik Konseling Kelompok
Shertzer dan Stone mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah
suatu proses antara pribadi yang dinamis terpusat pada pemikiran dan
perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri terapeutik yang
melekat pada interaksi antarpribadi dalam kelompok, membantu untuk
memahami diri dengan lebih baik, dan menemukan penyelesaian atas
berbagai kesulitan yang dihadapi seperti pengungkapan pikiran dan
perasaan secara leluasa, orientasi ada kenyataan, pembukaan diri seluruh
perasaan mendalam yang dialami, saling pengertian, saling perhatian, dan
saling mendukung. Semua ciri tersebut diciptakan dan dibina dalam suatu
kelompok kecil dengan cara mengemukakan kesulitan pribadi kepada
sesama anggota kelompok dan konselor. Konseli adalah orang yang pada
dasarnya tergolong orang normal dan menghadapi berbagai masalah yang
tidak memerlukan perubahan dalam struktur kepribadian untuk diatasi.12
Kelompok konseling (counseling group) berbeda dengan kelompok
terapi (therapy group) karena tekanannya terletak pada pengalaman dan
masalah yang disadari, pada penyelesaian persoalan dalam waktu tidak
terlalu lama serta pada perkembangan optimal para konseli.
Perbedaan antara bimbingan kelompok dengan konseling kelompok.
Perbedaanya terletak dalam ciri-ciri sebagai berikut:13
1) Bimbingan kelompok diberikan kepada semua siswa dan mahasiswa,
sedangkan konseling kelompok dimaksudkan bagi mereka yang
menghadapi persoalan yang membutuhkan penanganan khusus suatu
proses konseling bersama.
2) Bimbingan kelompok mengupayakan perubahan sikap dan perilaku
secara tidak langsung melalui penyajian informasi yang menekankan
pengolahan kognitif oleh para peserta sehingga mereka dapat
12
B. Shertzer dan Stone, Fundamentals of Counseling, (Boston: Houghton Mifflin, 1980), h.
361.
13
W. S. Winkel, Op. Cit., h. 543-544.

13
menerapkan sendiri. Konseling kelompok mengupayakan perubahan
dalam sikap dan perilaku secara langsung dengan membicarakan bersama
suatu topik tertentu pada taraf pengolahan kognitif dan penghayatan
afektif.
3) Bimbingan kelompok menggunakan kelompok yang besar dari satuan
kelas atau satu kelompok instruksional sampai beberapa satuan kelas atau
beberapa kelompok instruksional yang digabung untuk keperluan
bimbingan kelompok. Konseling kelompok berlangsung dalam kelompok
kecil.
4) Bimbingan kelompok lebih bersifat instruksional dan ini akan tampak
dalam cara konselor membimbing kelompok itu. Konseling kelompok itu
bercirikan komunikasi antarpribadi di antara anggota kelompok serta
menggali lebih dalam budi dan hati masing-masing sehingga hal ini akan
tampak pula dalam cara konselor mendampingi kelompok itu dan dalam
tuntutan yang harus dipenuhi oleh para peserta misalnya menjaga rahasia.
Adapun perbandingan antara bimbingan kelompok dan konseling
kelompok dapat dikategorikan sebagai berikut:14

Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok


Tidak terlalu dibatasi
1. Jumlah anggota Terbatas: 5-10 orang
(sampai 60-80 orang)
2. Kondisi dan Hendaknya homogen
karakteristik Relatif homogen dapat pula heterogen
anggota terbatas
a. Pemecahan
masalah
Penguasaan informasi
3. Tujuan yang b. Pengembangan
untuk tujuan yang lebih
ingin dicapai kemampuan
luas
komunikasi dan
interaksi sosial

14
Priyatno dan Ermananti, Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1999), h. 314.

14
4. Pemimpin Konselor atau Konselor
kelompok narasumber
5. Peranan anggota Menerima informasi a. Berpartisipasi
untuk tujuan tertentu dalam dinamika
interaksi sosial
b. Menyhumbang
pengentasan
masalah
c. Menyerap bahan
untuk pemecahan
masalah
6. Suasana a. Menolong atau a. Interaksi multiarah
interaksi dialog terbatas b. Mendalam dengan
b. Dangkal melibatkan aspek
emosional.
7. Sifat isi Tidak rahasia Rahasia
pembicaraan
8. Frekuensi Kegiatan berakhir Kegiatan berkembang
kegiatan apabila informasi telah sesuai tingkat
disampaikan pemecahan masalah
dan evaluasi
dilakukan sesuai
tingkat kemajuan
pemecahan masalah.

2. Syarat-Syarat Konseling Kelompok


Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam konseling
kelompok meliputi syarat di pihak konselor dan di pihak konseli, yaitu: 15
1) Di Pihak Konselor
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh konselor meliputi:
a. Pendidikan akademik, terutama meliputi persyaratan dalam bekal
kognitif.
15
W.S. Winkel, Op. Cit., h. 343-351.

15
b. Kepribadian, terutama menyangkut sejumlah kondisi nonkognitif,
yang meliputi tiga kualitas kepribadian yakni mengenal diri sendiri,
memahami orang lain, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain. Sedangkan faktor-faktornya seperti motivasi, nilai-nilai
kehidupan, perasaan terhadap orang lain, kedewasaan, kelincahan
dalam pergaulan social, dan lainnya.
c. Keterampilan berkomunikasi dengan orang dan mampu
mengekspresikan diri secara memadai.
d. Penggunaan teknik-teknik konseling, baik melalui teknik verbal dan
nonverbal (ekspresi wajah, isyarat, dan pandangan mata).
2) Di Pihak Konseli
Keberhasilan dalam konseling tergantung dari kadar motivasi para
konseli dan kesediaanya untuk melibatkan diri. Ini merupakan prasyarat
yang menentukan keberhasilan atau kegagalan konseling. Kedua,
keinsyafan akan tanggungjawab yang dipikul oleh konseli sendiri dalam
mencari penyelesaian terhadap masalahnya dan melaksanakan apa yang
diputuskan pada akhir proses konseling. Ketiga, keberanian dan
kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannnya serta
masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan kemampuan intelektual
dan kemampuan untuk merefleksi diri sendiri. Oleh karena itu konseli
harus memiliki motivasi kuat untuk mencari pernyelesaian atas masalah
yang dihadapi, disadari sepenuhnya, dan mau dibicarakan dengan
konselor.16
3. Proses Konseling dalam Kelompok
Proses konseling dalam kelompok terdiri dari lima fase berikut:17

Fase/Tahap
dalam
Pihak Para Konseli Pihak Konselor
Proses
Konseling
16
Ibid, h. 342-343.
17
Ibid, h. 562-564.

16
1. Pembuka Membina hubungan pribadi Membangun hubungan
an dengan anggota kelompok pribadi dengan kelompok
dan konselor dengan: konseli:
a. Menanggapi ucapan a.Menyambut kedatangan
selamat datang dari para konseli.
konselor. b. Memperkenalkan diri dan
b. Saling memperkenalkan mempersilakan para
diri. konseli memperkenalkan
c. Menjelaskan penjelasan diri.
konselor dan mengajukan c. Memberikan penjelasan
pertanyaan. yang diperlukan.
d. Mempersilakan masing-
masing untuk
mengemukakan
masalahnya.
2. Penjela Masing-masing konseli Menerima ungkapan masing-
san masalah mengutarakan pikiran dan masing konseli,
perasaannya tentang materi menunjukkan penghayatan,
diskusi. Mendengarkan dan membantu
ungkapan teman dan mengungkapkan diri secara
menanggapinya serta memadai, serta membuat
mengungkapkan pikiran dan ringkasan permasalahan dan
perasaan sendiri. mengusulkan suatu rumusan
umum yang mengkonkretkan
materi diskusi.
3. Pengga Masing-masing konseli Membantu para konseli
lian latar menambah ungkapan mengungkapkan latar
belakang pikiran dan perasaan belakang masalah.
masalah sehingga kedudukan a. Memberikan penjelasan
masalah bagi masing- tentang hal-hal yang
masing konseli menjadi perlu dijelaskan.

17
lebih jelas. b. Mendengarkan ungkapan
a. Mendengarkan penjelasan masing-masing konseli
konselor. dengan penuh perhatian.
b. Mendengarkan ungkapan c. Membantu masing-masing
teman dan konseli menggali lebih
menanggapinya. dalam.
c. Mengungkapkan pikiran d. Mengajak kelompok
dan perasaan sendiri. berefleksi atas
d. Mengakui adanya keterbukaan dalam
kebersamaan dengan sharing bersama.
saling mengutarakan isi e. Menunjukkan kaitan
hati. antara hal-hal yang
e. Membenarkan kaitan terungkap.
yang ditunjukkan f. Mengusulkan supaya
konselor. kelompok merumuskan
f. Menentukan bersama keadaan ideal yang
keadaan ideal yang diharapkan.
diharapkan.
4. Penyele Kelompok konseli Membantu para konseli
saian membahas cara menentukan cara
masalah penyelesaian masalah, yaitu: penyesuaian yang tepat:
a. Mendengarkan penjelasan a.Memberikan penjelasan
tutor. mengenai hal-hal apa yang
b. Mengungkapkan tujuan akan dibahas.
yang ingin dicapai. b. Membantu kelompok
c. Mendiskusikan dengan menetapkan tujuan yang
tujuan itu akan dicapai. ingin dicapai.
d. Menetapkan urutan c.Membantu kelompok
langkah konkret yang menentukan jalan yang
perlu diambil untuk akan ditempuh untuk
mencapai tujuan. mencapai tujuan itu.

18
e. Menyatakan d. Membantu kelompok
kesediaannya untuk memikirkan aneka siasat
memulai melaksanakan yang akan diterapkan dan
langkah pertama urutan langkah konkret
yang perlu ditempuh.
e.Mendorong kelompok
untuk menyatakan
kesediaannya akan mulai
melaksanakan langkah
awal.
5. Penutup Masing-masing konseli Mengakhiri proses konseling
mengungkapkan kelompok:
pengalamannya selama a. memberikan ringkasan
proses konseling: tentang jalannya proses
a. Mendengarkan ringkasan konseling.
yang diberikan konselor b. Mempersilakan masing-
dan melengkapinya. masing konseli
b. Semua konseli mengungkapkan
mengemukakan pengalamannya selama
pengalamannya dalam pertemuan dan
berkonseling kelompok mengevaluasi selama
dan mengevaluasinya. konseling berlangsung.
c. Menyatakan c. Menegaskan kembali
kemantapannya dalam kemantapan yang telah
menerima saran konselor. dicapai kelompok.
d. Memberikan sanjungan
dan menumbuhkan
semangat untuk berani
bertindak.
e. Menawarkan bantuannya
dalam rangka tindak

19
lanjut.

BAB III
ANALISIS

Manusia merupakan makhluk unik yang diberikan kepercayaan oleh Allah


sebagai seorang khalifah di muka bumi ini dan manusia juga mempunyai konsep
diri yang berbeda dengan makhluk lainnya. Konsepsi-konsepsi manusia mengenai
dirinya sendiri akan memengaruhi pilihan tingkah laku dan pengharapannya dari
hidup ini. Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan yang bersifat biologis,

20
psikologis, dan sosial tentang diri yang diperoleh melalui pengalaman dan
interaksi dengan orang lain.18
Pandangan tentang konsep diri yang dibangun bukan semata-mata sebagai
konsep yang spekulatif, melainkan harus dibangun dalam suatu konsep diri yang
sesuai dengan Dzat yang menciptakan manusia, yakni Allah SWT sehingga kajian
tentang manusia tidaklah berdiri sendiri, namun digunakan untuk menuju kepada
Allah. Adapun konsep diri yang berorientasi kepada Allah yaitu individu yang
pandangannya terhadap diri sendiri, harapannya terhadap diri sendiri, dan
penilaiannya terhadap diri sendiri selalu dikorelasikan dengan konsep manusia
sebagai hamba Allah, manusia dianugerahi raga yang sebaik-baiknya, sebagai
makhluk individu yang khas, makhluk sosial, dan makhluk yang berbudaya,
sehingga manusia harus bertanggungjawab atas segala perbuatannya karena
manusia telah dianugerahi Allah berbagai kemampuan sebagai bekal hidupnya.
Berbagai bekal kemampuan yang melekat pada diri manusia untuk menunjang
eksistensinya di dunia ini tentu tidak akan berjalan lurus tanpa tikungan, baik itu
berupa hambatan, masalah, tantangan, maupun lainnya. Semua manusia di dunia
ini pasti akan menemui tikungan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
bimbingan dan konseling yang berupa kelompok agar lebih memudahkan pihak
konseli dan konselornya untuk berinteraksi soaial juga lebih menyelaraskan
tanggungjawab manusia di bumi ini.
Adapun yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dan konseling
kelompok bahwa manusia memiliki berbagai unsur dalam dirinya yang antara satu
dengan lainnya tidak bisa dipisahkan, yakni unsur jasmaniah (biologis), psikologis
(rohaniah), manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk
berbudaya, dan sebagai makhluk Tuhan (religius), yang diuraikan sebagai berikut:
a. Segi jasmaniah (biologis)
Manusia memiliki unsur biologis sehingga manusia memiliki berbagai
kebutuhan biologis seperti makan, harta, anak, dan lainnya yang harus
dipenuhinya sehingga manusia memerlukan upaya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut agar selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan penyimpangan-

18
Sri Narti, Op. Cit., h. 1.

21
penyimpangan baik dari faktor internal maupun eksternal yang bisa terjadi
dapat diminimalisasi. Seperti firman Allah SWT:
        
         
     
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-
orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji'uun". (Q.S. Al-Baqarah: 155-156).
Ayat ini menunjukkan bahwa kelaparan, kekurangan harta, kekurangan
jiwa, dan buah-buahan merupakan sesuatu yang wajar terjadi dalam situasi
kondisi lingkungan dan bisa juga terjadi karena ulah manusia. Lebih dari itu,
sifat, sikap, dan perbuatan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan jasmani
terkadang tidak diperhatikan, maka diperlukan adanya bimbingan dan
konseling kelompok sehingga manusia yang diciptakan dengan bentuk fisik
yang sebaik-baiknya selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT.
b. Segi rohaniah (psikologis)

Sebagaimana telah diketahui, manusia dianugerahi kemampuan rohaniah


(psikologis) pendengaran, penglihatan, dan kalbu, secara luas untuk bisa hidup
bahagia. Manusia memerlukan keadaan mental psikologis yang baik. Dalam
kehidupan nyata, baik karena faktor internal maupun eksternal, apa yang
diperlukan manusia bagi psikologisnya itu tidak bisa terpenuhi atau dicari
dengan cara yang tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Kondisi
psikologis manusia (sifat dan sikap) adalah yang lemah dan memiliki
kekurangan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

              
   

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya


nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang.” (Q.S. Yusuf: 53).

22
Berdasarkan kenyataan seperti di atas, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan dan konseling kelompok diperlukan untuk membantu manusia agar
dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya senantiasa selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah SWT dan terhindar dari berbagai penyakit mental yang
merusak pergaulan dalam berinteraksi dengan masyarakat.

c. Sudut individu

Manusia merupakan makhluk individu yang berarti setiap manusia


memiliki kekhasan sendiri sebagai pribadi. Keadaan setiap orang mencakup
keadaan jasmaniah dan rohaniahnya bisa membawa kepada kehidupan yang
tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT. Ketidaknormalan
sosok jasmaniah, ketidakunggulan potensi rohaniah, dapat membawa manusia
kepada kehidupan yang sia-sia. Sebagai individu, manusia bertugas
memperhatikan dirinya sendiri dengan segala kepentingannya sesuai dengan
kadar kemampuannya masing-masing untuk menjalankan tugas dan
kewajibannya di muka bumi ini. Allah berfirman:

        


“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena
Dia melihat dirinya serba cukup.” (QS. Al-Alaq: 6-7).

Problem-problem yang berkaitan dengan kondisi individu akan selalu


muncul dihadapan manusia sehingga menyebabkan kehidupan manusia
kehilangan arah tujuan asalnya dan hancur martabat kemanusiaannya. Oleh
karena itu, bimbingan dan konseling kelompok sangat diperlukan kehadirannya
di tengah-tengan kehidupan manusia.

d. Segi sosial

Manusia juga termasuk makhluk sosial yang senantiasa berhubungan


dengan manusia lain dalam kehidupan bermasyarakat. Semakin modern
kehidupan manusia, semakin kompleks pula tatanan kehidupan yang harus
dihadapi manusia. Kompleksitas kehidupan ini bisa membuat manusia

23
terguncang, yang pada akhirnya bisa menjadikannya hidupnya mudah
terombang-ambing oleh zaman. Selain itu, manusia akan saling memaksakan
kehendak, bertikai, bahkan berperang, dan saling membunuh. Seperti firman
Allah SWT:

         


           
 

“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta


dirikanlah shalat dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama
mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Q.S. Ar-Rum: 31-32).

Dari ayat itu, untuk menjadikan manusia bisa menjalani kehidupannya di


dalam hubungan dengan manusia lain yang harmonis maka keberadaan dari
bimbingan dan konseling kelompok sangat diperlukan.

e. Segi budaya

Manusia hidup dalam lingkungan fisik dan sosial. Semakin maju tingkat
kehidupan, manusia harus berupaya meningkatkan berbagai perangkat
kebudayaan dan peradabannya. Ilmu dan teknologi sebagai salah sdatu
indikator kemajuan peradaban dikembangkan sedemikian rupa. Kesemuanya
itu dilakukan untuk memperoleh kebahagiaan hidup yang sebaik-baiknya,
namun seringkali makna kebahagiaan yang dicari itu, tidak sesuai dengan
hakikat kebahagiaan hakiki yang sudah ditentukan oleh Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT:

          
           
           
           
         

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan
dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-
buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu

24
supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dia telah menundukkan (pula)
bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya);
dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.
dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S. Ibrahim: 32-34).

Manusia harus membudidayakan, mengolah, memanfaatkan alam


sekitarnya untuk keperluan hidupnya baik itu biologis maupun spiritual dengan
sebaik-baiknya. Dalam mengelola atau memanfaatkan alam sekitarnya ini
manusia kerap kali berlaku rakus, serakah, tidak memperhatikan kepentingan
orang lain dan kelestarian alam, sehingga pada akhirnya pun berdampak pada
dirinya sendiri akibat ulah negatifnya. Oleh sebab itu, bimbingan dan konseling
kelompok sangat diperlukan guna meminimalisasi terjadinya implikasi-
implikasi negatif yang tidak diinginkan.

f. Segi agama

Agama merupakan wahyu Allah SWT. Walaupun diakui bahwa wahyu


itu benar, tetapi dalam penafsirannya bisa terjadi banyak perbedaan antara
penafsiran satu dengan lainnya, sehingga muncul masalah-masalah khilafiah
yang kemudian menimbulkan konflik sosial dan juga konflik batin dalam diri
seseorang yang kemudian dapat menggoyahkan kehidupan dan keimanannya.

Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini semakin meledak.


Perkembangan ilmu dan teknologi ini kerap kali tidak mampu dijelaskan secara
agamis oleh tokoh agama, sehingga orang-orang yang memiliki banyak
pengetahuan ilmu “umum”, tetapi pengetahuan dan keyakinan agamanya
sangat sedikit, dapat menjadi bimbang dengan ajaran agama yang dianutnya,
karena menurut pemahamannya tampak ajaran agamanya itu tidak rasional.
Sesuai dengan firman Allah:

25
          
      

“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami Dia berpaling dengan


menyombongkan diri seolah-olah Dia belum mendengarnya, seakan- akan ada
sumbat di kedua telinganya; Maka beri kabar gembiralah Dia dengan azab
yang pedih.” (QS. Luqman: 7).

Lebih luas dari itu, konflik-konflik batin dalam diri manusia yang
berkenaan dengan ajaran agama banyak ragamnya. Oleh karena itu, diperlukan
selalu adanya bimbingan dan konseling kelompok yang mampu memberikan
bimbingan kehidupan keagamaan agar orang mampu mencapai kehidupan yang
bahagia di dunia dan akhirat.

Semua aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan seorang individu


pada khususnya dan sekelompok manusia pada umumnya yang membutuhkan
kehadiran bimbingan dan konseling kelompok dalam kesehariannya yang
melibatkan dua pihak, sebagai konselor dan konseli. Jika dilihat dari
historisnya, hal ini sesuai dengan tugas para Nabi ialah membimbing dan
mengarahkan manusia ke arah kebahagiaan yang hakiki. Ini berarti para Nabi
sebagai figur konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan manusia baik jasmani maupun rohaninya
agar manusia mampu memenangkan diri dari dorongan nafsu yang membawa
kepada kerusakan manusia.19 Seperti halnya tertuang dalam firman Allah:

          
     
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran”. (Q. S. al-Ashr: 1-3).
Berdasarkan ayat itu, manusia diharapkan saling memberikan bimbingan
dan konseling sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri,
sekaligus memberikan konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi

19
Ibid., h. 42-49.

26
perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Selain itu, dari ayat tersebut dapat
dipahami bahwa manusia harus selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain.
Disamping itu, secara kodrati manusia hidup pasti memerlukan bantuan
orang lain. Bahkan, manusia baru akan “menjadi manusia manakala berada di
dalam lingkungan dan berhubungan dengan manusia” sehingga disebut makhluk
sosial, sehingga bimbingan dan konseling kelompok ini sangat diperlukan dan
Islam pun memberikan perhatian serius melalui firman-firman Allah SWT dalam
proses bimbingan dan konseling kelompok tersebut.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan kelompok merupakan cara memberikan bantuan bimbingan


kepada individu melalui kegiatan kelompok dan memuat ilmu dinamika
kelompok yang lahir 1946 sebagai hasil studi penelitian dan kegiatan yang
disponsori oleh The National Training Laboratory, dengan tokoh yang terkenal
seperti Kurt Lewin dan Ronald Lippit. Selanjutnya, bimbingan kelompok di
institusi pendidikan berkaitan dengan bimbingan kelompok yang dipegang oleh
konselor dan bimbingan kelompok dengan kegiatan kokurikuler maupun
ekstrakurikuler. Beberapa teknik bimbingan kelompok diantaranya home room
program, karyawisata, diskusi kelompok, dan sosiodrama.

Adapun konseling kelompok adalah suatu proses antara pribadi yang


dinamis terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Sedangkan syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam konseling kelompok meliputi syarat di pihak
konselor yaitu pendidikan akademik, kepribadian, keterampilan komunikasi,
serta penggunaan teknik-teknik konseling, dan di pihak konseli yakni motivasi
para konseli, keinsyafan akan tanggungjawab konseli dalam mencari

27
penyelesaian masalahnya, keberanian juga kemampuan untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannnya serta masalah yang dihadapi berkaitan dengan
kemampuan intelektual dan kemampuan untuk merefleksi diri sendiri.

B. Saran
Sebaiknya dalam perguruan tinggi diselenggarakan bimbingan dan
konseling kelompok. Hal ini karena eksistensi mahasiswa tidak akan bisa
terlepas dari aneka problematika kehidupan yang kompleks apalagi berbagai
virus-virus globalisasi dewasa ini yang semakin mengakibatkan terjadinya
degradasi moral dan dekadensi akhlak para mahasiswa serta agar mereka
mampu bertanggungjawab dalam tugasnya sebagai khalifatullah fil ardl.

DAFTAR PUSTAKA

Djumhur, I. dan Moh. Surya, Tanpa Tahun. Bimbingan dan Penyuluhan di


Sekolah. Bandung: C.V. Ilmu.

Gerungan, W.A. 1996. Psychologi Sosial. Bandung: P.T. Eresco.

Hartinah. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Revika Aditama.

Narti, Sri. 2014. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang:


Universitas Negeri Padang.
Priyatno dan Ermananti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

Romilah. 2006. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas


Negeri Malang.

28
Shertzer, B. dan Stone. 1980. Fundamentals of Counseling. Boston: Houghton
Mifflin.

Thompson, Charles L. dan William A. Popen. 1979. Guidance Activities for


Counselors and Teacher. Monterey: Brooks/Cole.

Winkel, W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:


PT Grasindo.

29

Anda mungkin juga menyukai